Rabu, 31 Juli 2013

Pokok Doa: Masalah-Masalah Pedesaan

Marilah kita mendoakan bangsa dan negara kita dengan memperhatikan 2 ayat ini:
1Ti 2:1  Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,
1Ti 2:2  untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.

Sekarang marilah kita berdoa bagi masalah pedesaan di Indonesia. 

Berdoalah bagi kepala desa agar diberi bijaksana dalam menangani masalah-masalah warga dengan cermat.

Berdoalah bagi pemilihan kepala desa agar tidak berlangsung di bawah kendali politik uang. Biarlah pemilihan kepala desa adalah pembelajaran demokrasi sejak awal. 

Berdoalah bagi masalah pendidikan dan kesehatan agar ditata dengan baik oleh pemerintah kabupaten sehingga terjangkau baik secara akses maupun biaya. 

Berdoalah untuk pembangunan infrastruktur: jalan, jembatan, dan sebagainya. Banyak anak sekolah harus menyeberang sungai yang dalam atau berpegangan pada seutas tali untuk menyeberang sungai menuju sekolah. 

Berdoalah untuk pembangunan listrik/ telepon sehingga warga desa tidak terkurung.

Berdoalah untuk lapangan pekerjaan agar tersedia bagi warga desa. Doakan khususnya kreativitas masyarakat dalam membangun ekonomi sektor riil: usaha kecil menengah sehingga membuka lapangan pekerjaan baru. 

Berdoalah untuk kesadaran warga sehingga tidak tertipu oleh agen-agen penjualan manusia untuk kepentingan prostitusi di perkotaan. 

Berdoalah untuk pembangunan irigasi. 

Berdoalah untuk pemberantasan buta huruf. 

Dan seterusnya 

Pokok Doa: Masalah-Masalah Perkotaan

Marilah kita mendoakan bangsa dan negara kita dengan memperhatikan 2 ayat ini:
1Ti 2:1  Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,
1Ti 2:2  untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.

Sekarang kita akan mendoakan kota-kota besar di Indonesia dengan masalah-masalahnya.

Berdoalah bagi Kepala Daerah: Walikota/Wakil (Khusus Jakarta: Gubernur/Wakil) agar diberikan niat untuk membangun kesejahteraan kota dan hati nurani yang mengasihi rakyat. Berdoalah juga agar diberi bijaksana dalam mengelola kota yang kompleks. 

Berdoalah untuk birokrasi di perkotaan agar tidak rumit dan berbelit tetapi ringkas dan murah. 

Berdoalah untuk masalah yang sangat besar yakni kebanyakan kota besar sudah dikuasai jaringan premanisme, mafia, backing, baik untuk lahan parkir, jasa keamanan, juragan tanah, narkoba, prostitusi dan seterusnya. Kebanyakan sumber masalah kota ada di sini. Doakan keberanian dan bijaksana pemerintah kota dan kepolisian dalam menegakkan kebenaran dan keadilan untuk kebaikan rakyat banyak. 

Berdoalah untuk masalah transportasi publik. Kemacetan bukan saja pemborosan energi juga pemborosan waktu dan menghasilkan ekonomi biaya tinggi. Jika transportasi publik dibangun dengan baik: aman, nyaman mudah dijangkau dan murah maka kemacetan akan berkurang. 

Berdoalah bagi penanganan banjir: pembersihan dan penggalian sungai, danau, muara, selokan sepanjang waktu agar pada musim hujan tidak terjadi banjir. Doakan agar masyarakat sadar dan tidak membuang sampah sembarangan. 

Berdoalah penegakkan keamanan kota oleh kepolisian sehingga masyarakat merasa aman dalam beraktivitas bahkan malam hari sekalipun. 

Berdoalah bagi penanganan kaum miskin kota sehingga tidak memarjinalisasikan mereka tetapi juga tidak membiarkan mereka menyebabkan ketidaktertiban dan kekacauan kota. Doakan penanganan tempat tinggal. 

Berdoalah bagi kebijakan pemerintah untuk mendorong kepadatan kota ke luar kota dengan kebijakan-kebijakan pembatasan pembangunan di pusat kota. 

Berdoalah pembangunan taman dan penghijauan kota sehingga menghasilkan habitat yang hijau dan sehat bagi warga kota. 

Berdoalah bagi pemimpin kota agar rajin menyambangi persoalan-persoalan kota dan dengan tegas dan bijaksana menghadapinya.

Berdoalah untuk penanganan masalah urbanisasi. 

Berdoalah bagi orang-orang percaya menjadi kesaksian dalam kedisiplinan hidup di kota. 

Selasa, 30 Juli 2013

Kalimat Penting: Pdt. Stephen Tong: Kelahiran Tuhan Yesus

"Adam diciptakan tanpa pria dan tanpa wanita. Hawa diciptakan hanya ada pria. Kita dilahirkan dari pria dan wanita. Tinggal satu yang belum, manusia dilahirkan hanya dari wanita dan itu adalah Kristus".

[Kalimat ini adalah parafrase saya sendiri. Saya pernah mendengar kalimat ini dalam berbagai khotbah pak Tong].

Kalimat Penting: Pdt. Stephen Tong: Lahir-Mati

"Orang berdosa lahir satu kali, mati dua kali. Orang percaya lahir dua kali mati satu kali".

[Kalimat ini adalah dalam parafrase saya. Saya sudah pernah mendengar kalimat ini di berbagai kesempatan khotbah pak Tong. Maksudnya, orang berdosa hanya lahir jasmani tetapi matinya mati jasmani dan mati kekal. Sedangkan orang percaya lahir dua kali yakni lahir jasmani dan lahir baru dan matinya hanya satu kali yakni mati jasmani]

Senin, 29 Juli 2013

Bos vs Pemimpin (2)

Keenam, seorang bos menyalahkan. Seorang pemimpin menyelesaikan masalah dan memperbaiki kesalahan.

Ketujuh, seorang bos menguasai 10 persen tenaga kerja bermasalah. Seorang pemimpin bekerja berdampingan dengan 90 persen yang kooperatif.

Kedelapan, seorang bos akhirnya menyebabkan dendam bertumbuh. Seorang pemimpin memupuk antusiasme yang bertumbuh.

Kesembilan, seorang bos membuat pekerjaan menjemukan. Seorang pemimpin membuat pekerjaan menarik.

Kesepuluh, seorang bos melihat masalah sebagai musibah yang akan menghancurkan perusahaan. Seorang pemimpin melihat masalah sebagai kesempatan yang dapat diatasi staf yang bersatu padu dan berubah menjadi pertumbuhan.

---------------------------------------------------
Bandingkan firman Tuhan:

1Pe 5:1  Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.

1Pe 5:2  Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.

1Pe 5:3  Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.

1Pe 5:4  Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

(Bos vs Pemimpin diambil dari "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin")

Bos vs Pemimpin (1)

Pertama, seorang bos menciptakan rasa takut dalam diri stafnya. Seorang pemimpin membangun kepercayaan.

Kedua, seorang bos mengatakan "Saya". Seorang pemimpin mengatakan "kita".

Ketiga, seorang bos tahu bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan. Seorang pemimpin tahu bagaimana suatu karir harus ditempa.

Keempat, seorang bos mengandalkan kekuasaan. Seorang pemimpin mengandalkan kerja sama.

Kelima, seorang bos menyetir. Seorang pemimpin memimpin.

----------------------------------------------------------
Bandingkan firman Tuhan:

Mar 10:42  Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

Mar 10:43  Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

Mar 10:44  dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

Mar 10:45  Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

(Bos dan Pemimpin diambil dari "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin").

Minggu, 28 Juli 2013

Ayat-Ayat: Yang Keras Dalam Perjanjian Baru (2)


Gal 6:7  Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. 

Gal 6:8  Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. 

1Ko 16:22  Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!

Ibr 12:16  Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. 

Ibr 12:17  Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. 

Ibr 12:28  Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. 

Ibr 12:29  Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan. 

1Ko 5:13  Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu. 

Ayat-Ayat: Yang Keras Dalam Perjanjian Baru (1)

Luk 6:24  Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.

Luk 6:25  Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.

Luk 6:26  Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

Gal 1:8  Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.

Gal 1:9  Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.

Rom 2:4  Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?

Rom 2:5  Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.

Rom 2:11  Sebab Allah tidak memandang bulu. 

Sabtu, 27 Juli 2013

Pdt. Stephen Tong: Abad 20: Abad Yang Bodoh (2)

Pada permulaan abad 20 manusia begitu yakin yang ditemukan ideologi dan sistem pikiran abad 19. Lalu mereka menganggap itulah kebenaran. Apalagi Immanuel Kant telah mengatakan bahwa dunia mulai dewasa. Kalimat itu telah menjadi sumber inspirasi bagi August Comte (bapak Positivisme) yang mengatakan bahwa manusia yang sudah matang dan dewasa berada di dalam era 'scientific'.

Maka abad ke 20 manusia dengan optimis menuju kepada penemuan-penemuan scientific dan segala penguraian yang makin kompleks, makin rumit dan makin sempurna dalam segala bidang. Jika kita melihat apa yang dicari dan dituntut oleh ilmuwan dan filsuf, politikus dan sosiolog pada permulaan abad 20, semua mempunyai warna yang sama: mereka percaya dunia ini maju terus berdasarkan sodoran pikiran evolusi. Evolusi telah menjadi suatu induk pengaruh yang penetrasi dalam 4 bidang sejarah besar:
Pertama, sejarah.

Kedua, teologi. Bahkan teolog-teolog yang tidak lagi beriman ketat kepada kitab suci berdasarkan Reformasi menganggap Allahlah yang memimpin proses evolusi. Allah memakai evolusi di dalam menciptakan dunia ini. Ini disebut Theistic Evolution.

Ketiga, sosiologi dan ekonomi. Menurut Hegel seluruh dunia berada dalam metode dialektik. Dialektikal materialisme yang dikemukakan oleh Hegel (guru besar Karl Marx), oleh Marx diadopsi menjadi suatu interpretasi bagaimana menjelaskan perkembangan ekonomi sepanjang sejarah.

Keempat, politik. Penetrasi ini juga masuk ke dalam bidang politik dan kemiliteran. Sehingga di dalam sejarah, kita melihat orang seperti Lenin dan Mao Tze Dong yang mau memakai pikiran Marx untuk memaksa orang menerima komunisme dalam politik.

...

Mengapa abad ke 20 ini saya sebut sebagai abad yang bodoh? Karena abad ke 20 adalah abad yang tidak menghasilkan pemikir yang penting.

Versi lengkapnya silahkan membaca buku ini. Sangat menarik.
(dari buku "Perjuangan Menantang Zaman" [Jakarta: Reformed Insitute Press, 2000])

Pdt. Stephen Tong: Abad 20: Abad Yang Bodoh (1)

Abad ke 20 ini saya sebut sebagai abad yang sangat bodoh, 'a very stupid century'. Saya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan ini sebelum menganalisa kepada paruh terakhir abad ini. Abad ke 20 dianggap oleh umum sebagai abad yang paling maju. Seperti yang kita lihat, perkembangan teknologi dan ilmu amat maju dengan pesat, lebih luas, lebih mendalam, dan lebih kongkret dalam 94 tahun terakhir ini.

Di sepanjang sejarah sejak abad masehi sampai akhir abad 19, perkembangan teknologi dan ilmu tidak bisa dibandingkan dnegan 94 tahun terakhir ini. Kalau mata kita hanya tertuju kepada fenomena ini, kita akan tertipu dan tidak dapat melihat kepada esensi yang lebih dalam. Orang yang ditipu secara fenomena, hanya melihat lahiriah belaka. Orang yang bijak mau menembus ke dalam esensi yang sesungguhnya.

Abad ke 20 dimulai dengan optimisme yang naif dan diakhiri dengan optimisme yang naif pula. Pada awal abad 20, manusia sedang bermimpi dan membayangkan hari depan yang cerah dan kesuksesan yang mungkin dicapai manusia melalui potensi yang ada pada dirinya. Tetapi apa yang diimpikan itu di dalam beberapa belas tahun kemudian mulai disadari terlalu naif. Mengapa demikian? Sebab waktu itu manusia sedang menaruh pengharapan yang begitu besar terhadap ideologi-ideologi yang diajarkan pada abad ke 19.

Di dalam sejarah filsafat, abad ke 19 disebut sebagai 'the age of ideology' dan abad ke 20 disebut sebagai 'the age of analysis'. Abad Iman, Abad Kepercayaan, Abad Rasio, Abad Pencerahan, Abad Ideologi, dan Abad Analisa. Tetapi saya lebih suka mengatakan bahwa abad di mana kita hidup sekarang ini bukan abad analisa melainkan abad yang bodoh.

bersambung...

(dari buku "Perjuangan Menantang Zaman" [Jakarta: Reformed Institute Press, 2000])

Jumat, 26 Juli 2013

Kalimat Penting: Pdt. Stephen Tong: Proteksionisme

"Protectionism is committing suicide".

(Proteksionisme adalah tindakan bunuh diri)

[Maksudnya, dengan kebijakan proteksionisme, kualitas tidak akan diperbaiki karena toh ada jaminan perlindungan. Sebagai contoh, kalau anak guru diproteksi terus maka ia tidak akan bisa bertumbuh dalam pemikiran karena nilainya selalu dikatrol oleh ayahnya. Ini tidak berarti tidak boleh ada perlindungan bagi anak dari hal yang jahat dan bahaya kecelakaan. Ini berarti, kalau anak dimanja, ia tidak bisa maju. Kalau negara melindungi suatu produk dengan jaminan pasti beli, maka kualitas burukpun tidak diperbaiki, toh pasti dibeli].

Kalimat Penting: Pdt. Stephen Tong: Pentingnya Visi

"Vision is prior to organization or administration. Organization without vision: where is organization going?"

(Visi mendahului organisasai atau administrasi. Organisasi tanpa visi: kemanakah organisasi itu berjalan?)

Kamis, 25 Juli 2013

Norman Geisler: Etika Kristen Bersifat Menentukan

Karena kebenaran moral ditetapkan oleh Allah yang bermoral maka harus dilaksanakan. Tidak ada hukum moral tanpa si Pemberi moral; tidak ada perundang-undangan moral tanpa Pembuat undang-undang moral. Dengan demikian etika Kristen berdasarkan naturnya adalah preskriptif, bukan deskriptif. Etika berkaitan dengan apa yang seharusnya dilakukan, bukan dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Orang-orang Kristen tidak menemukan kewajiban-kewajiban etis mereka di dalam standar orang-orang Kristen tetapi di dalam standar bagi orang-orang Kristen di dalam Alkitab.

Dari sudut pandang Kristen, etika yang murni deskriptif bukanlah etika sama sekali. Menguraikan tentang perilaku manusia adalah sosiologi. Tetapi menentukan perilaku manusia merupakan bidang wewenang moralitas. Usaha untuk mengambil moral dari adat istiadat adalah seperti yang telah kita perlihatkan merupakan buah pikiran dari "apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang seharusnya terjadi" yang keliru. Apa yang sebenarnya dilakukan orang bukanlah dasar untuk apa yang seharusnya mereka kerjakan. Jika demikian halnya, maka orang harus berbohong, menipu, mencuri dan membunuh, karena hal-hal semacam ini selalu dilakukan.

(dari buku "Etika Kristen" [Malang: SAAT, 2000])

Norman Geisler: Etika Kristen Berdasarkan Wahyu Allah

Etika Kristen didasarkan pada perintah-perintah Allah, wahyu yang bersifat umum (Roma 1:19-20; 2:12-15) dan khusus (Roma 2:18; 3:2). Allah telah menyatakan diriNya baik melalui alam (Mazmur 19:1-6) dan di dalam Kitab suci (Mazmur 19:7-14). Wahyu umum berisikan perintah Allah bagi semua orang. Wahyu khusus mendeklarasikan kehendakNya untuk orang-orang percaya. Tetapi di dalam kedua hal tersebut, dasar dari tanggung jawab etis manusia adalah wahyu ilahi.

Gagal untuk mengenali Allah sebagai sumber kewajiban moral tidak membebaskan siapapun juga, bahkan seorang ateis, dari kewajiban moralnya. Karena "apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat, oleh dorongan sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu, mereka menunjukkan bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka" (Roma 2:14-15).

Maksudnya adalah bahkan jika orang-orang yang tidak percaya tidak memiliki hukum moral di dalam pikiran mereka, mereka masih memilikinya tertulis dalam hati mereka. Bahkan jika mereka tidak mengetahuinya melalui pengertian, mereka memperlihatkannya melalui kehendak hati.

(dari buku "Etika Kristen" [Malang: SAAT, 2000])

Rabu, 24 Juli 2013

Norman Geisler: Etika Kristen Bersifat Mutlak

Karena karakter moral Allah tidak berubah (Maleakhi 3:6; Yakobus 1:17) maka kewajiban-kewajiban moral yang berasal dari naturNya itu bersifat mutlak. Maksudnya adalah kewajiban-kewajiban tersebut selalu mengikat setiap orang di mana-mana. Tentu saja, tidak setiap kehendak Allah harus berasal dari naturNya yang tidak berubah. Ada beberapa hal yang pada dasarnya sesuai dengan naturNya tetapi dengan bebas mengalir dari kehendakNya. Misalnya, Allah memilih untuk menguji ketaatan moral Adam dan Hawa dengan melarang mereka untuk makan buah dari pohon tertentu (Kej. 2:16-17). Meskipun secara moral Adam dan Hawa bersalah karena tidak menaati perintah itu, kita tidak lagi diikat oleh perintah tersebut saat ini. Perintah tersebut didasarkan pada kehendak Allah...

Di lain pihak, perintah Allah untuk tidak membunuh (Kej. 9:6) berlaku sebelum hukum tersebut diberikan kepada Musa, di bawah hukum Musa (Keluaran 20:13) dan juga semenjak zaman Musa (Roma 13:9). Singkatnya, pembunuhan itu keliru di segala zaman, tempat, dan bagi semua orang. Hal ini benar karena manusia diciptakan menurut "gambar Allah" (Kej. 1:27; 9:6). Termasuk di dalamnya adalah keserupaan moral dengan Allah (Kol. 3:10; Yakobus 3:9). Dan apapun juga yang dapat ditemukan pada karakter moral Allah yang tidak berubah merupakan satu kemutlakan moral.

Termasuk di dalamnya adalah kewajiban-kewajiban moral seperti kekudusan, keadilan, kasih, sifat yang sebenarnya dan belas kasihan. Perintah-perintah lain yang berasal dari kehendak Allah, tetapi tidak harus berasal dari naturNya, itu sama-sama mengikat orang percaya, tetapi perintah-perintah tersebut tidak mutlak. Maksudnya adalah, perintah-perintah itu harus ditaati oleh orang yang menerimanya karena Allah yang menetapkannya, tetapi Dia tidak menetapkan perintah-perintah semacam itu bagi semua orang, di semua zaman, dan di segala tempat. Sebaliknya, kewajiban-kewajiban moral yang absolut mengikat semua orang di segala tempat.

(dari buku "Etika Kristen" [Malang: SAAT, 2000]).

Norman Geisler: Etika Kristen Sesuai Kehendak Allah

Seperti yang baru saja kita lihat, etika Kristen merupakan satu bentuk sikap yang diperintah dari atas. Kewajiban etis merupakan sesuatu yang seharusnya kita lakukan. Kewajiban ini merupakan ketentuan dari atas. Tentu saja, perintah etis yang diberikan Allah itu sesuai dengan karakter moralNya yang tidak dapat berubah. Maksudnya adalah, Allah menghendaki apa yang benar sesuai dengan sifat-sifat moralNya sendiri.

"Jadilah kudus, sebab Aku ini kudus", [demikian] Tuhan memerintahkan Israel (Im. 11:45). "Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Mat. 5:48). "Allah tidak mungkin berdusta" (Ibr. 6:18). Dengan demikian kita tidak boleh berdusta juga. "Allah adalah kasih" (1 Yoh. 4:16) dan dengan demikian Yesus berkata "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" (Mat. 22:39).

Singkatnya, etika Kristen didasarkan pada kehendak Allah, tetapi Allah tidak pernah menghendaki apapun yang bertentangan dengan karakter moralNya yang tidak berubah.

(dari buku "Etika Kristen" [Malang: SAAT, 2000]).

Selasa, 23 Juli 2013

Kristen tapi Bukan Kristen...

Banyak sekolah...

banyak universitas...

banyak rumah sakit...

mengaku Kristen...

tetapi...

selain...

ada dua tiga ayat...

yang dipajang sana sini...

dan...

ada ibadah formalitas kadang-kadang...

hakekatnya...

manajemennya...

keputusannya...

bukan berdasarkan...

prinsip-prinsip Alkitab

yang konsisten...

Gereja Dihancurkan...

Gedung gereja...

ditutup dari luar...

oleh orang yang melawan Tuhan...

Tetapi...

gereja...

sebagai tubuh Kristus...

dihancurkan dari dalam...

oleh orang...

yang katanya "Kristen"...

tetapi banyak dosa...

suka bertengkar...

dan menerima ajaran sesat...

Senin, 22 Juli 2013

Mark Noll: Perspektif Jonathan Edwards

Kesalehan [Jonathan] Edwards dilestarikan dalam tradisi kebangunan rohani, teologinya dilestarikan dalam Calvinisme akademis, namun tak ada satupun penerus bagi cara pandangnya yang berorientasi pada Allah atau filosofinya yang sangat teologis. Punahnya perspektif Edwards dalam sejarah Amerika merupakan sebuah tragedi.

(dari John Piper, "Pikirkan: Eksistensi Akal Budi dan Kasih Akan Allah" [Bandung: Pionir Jaya, 2012])

Thomas Goodwin: Pikiran dan Kasih

Pikiran dan kasih bersifat 'sibi mutuo causae' - saling mempengaruhi satu sama lain. "Hatiku... menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah" (Mzm. 39:4). Jadi, pikiran itu seperti aba-aba yang memicu dan mengobarkan kasih. Kasih yang telah berkobar ini akan mendidihkan pikiran. Itu sebabnya, para petobat baru, yang memiliki kasih yang baru dan kuat, mampu memikirkan Allah lebih dari pada yang lain dengan kenikmatan ekstra.

(dari buku John Piper, "Pikirkan: Eksistensi Akal Budi dan Kasih Akan Allah" [Bandung: Pionir Jaya, 2012])

Minggu, 21 Juli 2013

Ayat-Ayat: Hamba Dalam Perjanjian Baru (2)

[Perlu membaca ayat-ayat sebelum dan sesudahnya untuk memahami konteksnya]

Rom_1:1  Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.

Rom_6:6  Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.

Rom_6:16  Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?

Rom_6:17  Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.

Rom_6:18  Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.

Rom_6:19  Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.

Rom_6:20  Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.

Rom_6:22  Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

Rom_13:4  Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.

1Co_4:1  Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.

1Co_6:12  Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.

1Co_7:23  Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.

1Co_9:19  Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Gal_1:10  Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.

Gal_3:28  Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

Gal_5:1  Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.

Flp_2:7  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

1Ti_3:3  bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,

2Ti_2:24  sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar

2Ti_3:2  Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,

Ibr_13:5  Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

1Pe_2:16  Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.

Ayat-Ayat: Hamba dalam Perjanjian Baru (1)

[Perlu membaca ayat-ayat sebelum dan sesudahnya untuk memahami konteksnya]

Mat_10:24-25  Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.

Mat_12:18  "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.

Mat_20:27  dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

Mat_24:45  "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?

Mat_24:46  Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Mat_24:48-50  Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,

Mat_25:14  "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.

Mat_25:21  Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Mat_25:23  Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Mat_25:24  Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.

Mat_25:26  Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?

Mat_25:30  Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Luk_1:38  Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Luk_1:48  sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,

Luk_1:54  Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,

Luk_12:37  Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka.

Luk_12:42  Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?

Luk_16:13  Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Luk_16:14  Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia.

Luk_17:7-10  "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Sabtu, 20 Juli 2013

O. Hallesby: Doa dan Ketidakberdayaan

Doa dan ketidakberdayaan tidak dapat dipisahkan. Hanya orang yang tak berdayalah yang bisa sungguh-sungguh berdoa... Doa (karena itu) hanya terdiri dari mengatakan kepada Tuhan hari demi hari dalam hal-hal apa saja kita merasa tidak berdaya. Kita digerakkan untuk berdoa kapan saja Roh Tuhan yang adalah Roh doa menekankan kembali kepada kita ketidakberdayaan kita, dan kita menyadari betapa tidak sanggupnya kita pada dasarnya untuk percaya, mengasihi, berharap, melayani, berkorban, menderita, membaca Alkitab, berdoa dan berjuang melawan hasrat-hasrat berdosa kita.

(dari "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pendoa")

Bill Hybels: Pergumulan dalam Berdoa

Doa tidaklah selalu menjadi kekuatan saya. Selama bertahun-tahun, bahkan sebagai gembala senior sebuah gereja besar, saya tahu lebih banyak tentang doa dari pada yang pernah saya praktekkan dalam kehidupan saya. Saya mempunyai temperamen kuda pacuan dan tarikan-tarikan untuk menganggap diri saya sendiri sangatlah nyata bagi saya. saya tidak ingin keluar dari jalur cepat cukup lama untuk mengetehui apa sebenarnya doa itu.

[Hybels membaca semua buku-buku mengenai doa, dan mempelajari semua ayat dalam Alkitab mengenai doa. Kemudian katanya: "Saya melakukan sesuatu yang sama sekali radikal: saya berdoa"]

...

Kepuasan terbesar dalam kehidupan doa saya bukanlah daftar jawaban mujizat yang saya terima atas doa-doa saya, walaupun itu sangat menyenangkan. Kebahagiaan terbesarnya adalah perbedaan kualitas dalam hubungan saya dengan Tuhan.

(dari "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pendoa")

Jumat, 19 Juli 2013

Douglas Groothuis: Kebenaran Bersifat Universal (2)

Secara konseptual, universalitas berita Injil terkunci pada Amanat Agung. Yesus menyatakan bahwa Dia memiliki semua kekuasaan di dunia (alam semesta) ini. Atas dasar inilah, para murid harus memuridkan semua bangsa, membaptis orang-orang yang bertobat di dalam nama Trinitas, dan mengajari mereka semua hal yang diperintahkan Kristus. Mereka yang diutus ini bisa memiliki kepastian hati bahwa Yesus akan menyertai mereka senantiasa, bahkan sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:18-20). Otoritas Yesus bersifat universal, sebagaimana juga lahan misi, jangkauan pengajaran dan lamanya persekutuan dengan Yesus.

Kitab Wahyu memberikan gambaran yang kuat akan efek-efek universal dari Amanat Agung. Meskipun tidak semua orang yang ditawari Injil akan percaya dan menerimanya, Rasul Yohanes menerima rahasia tentang penglihatan sorgawi berkenaan dengan begitu banyak orang yang menerima kebenaran Yesus dan menyembahNya seturut itu:

"Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!" (Why. 7:9-10; lihat juga 5:9).

Kebenaran Allah tidak bersifat kedaerahan, parokhial atau parsial, melainkan bersifat universal dalam jangkauan dan penerapan. Tetapi kebenaran Allah juga memungkinkan pengungkapan budaya yang unik dan kreativitas para individu yang dijadikan seturut gambar ilahi dan ditebus melalui Sang Anak Domba. Kebenaran itu tidak meratakan kita menjadi keserupaan tanpa wajah, melainkan membebaskan kita masing-masing untuk menjadi diri kita sebagaimana seharusnya di bawah ketuhanan Kristus.

Sebagaimana Allah memelihara kedua belas suku bangsa Yahudi, providensia memberikan tempat bagi suatu keragaman karunia, tipe kepribadian dan panggilan di dalam Kristus. Tetapi semuanya itu hanya ada karena dan di bawah kebenaran Allah yang universal. Seperti dijanjikan Yesus, "Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu, dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh. 8:31-32).

(dari buku "Pudarnya Kebenaran: Membela Kekristenan Terhadap Tantangan Postmodernisme" [Surabaya: Momentum, 2003])

Douglas Groothuis: Kebenaran Bersifat Universal (1)

Bersifat universal berarti terterapkan di mana saja, meliputi apapun dan tidak meluputkan apapun. Pesan Injil dan hukum moral Allah tidak dikurung atau dibatasi oleh kondisi-kondisi budaya. Ketika Petrus berkhotbah di hadapan para pemimpin agama Yahudi, dia dipenuhi dengan Roh Kudus dan menyatakan dengan kata-kata yang jelas mengenai Yesus dari Nazaret, "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kis. 4:12).

Hal ini meliputi setiap orang dan tidak meluputkan satu orang pun. Keselamatan ditawarkan kepada semua manusia, bukan hanya kepada satu kelompok orang tertentu. Paulus lebih lanjut memperluas universalitas Injil dengan menegaskan bahwa supremasi Kristus yang telah bangkit itu "jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. Dan segala sesuatu telah diletakkannya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikanNya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada" (Ef. 1:21-22).

Jangkauan otoritas Kristus tidak terbatas. Paulus memperluas hal ini dalam himne Kristologinya yang menyatakan bahwa karena Kristus Yesus meskipun "dalam rupa Allah" mengosongkan diriNya untuk datang ke dunia demi keselamatan kita, Allah Bapa "mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama". Dalam terang inilah "segala lutut bertelut" dan "segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan" (Flp. 2:6, 9-10).

Teolog Injili, Carl F. H Henry menyatakan: "Kekristenan yakin bahwa kebenaran yang rasional bisa dipahami, bisa diungkapkan dalam proposisi-proposisi yang sah, dan bisa dikomunikasikan secara universal. Kekristenan tidak mengatakan bahwa ia mengkomunikasikan makna yang hanya signifikan di dalam komunitas atau budaya tertentu saja. Kekristenan mengharapkan semau orang dari semua budaya dan bangsa untuk memahami klaim-klaimnya tentang Allah dan menegaskan bahwa manusia di manapun harus mengakui dan menerima klaim-klaim tersebut".

Bersambung...

(dari "Pudarnya Kebenaran: Membela Kekristenan Terhadap Tantangan Postmodernisme" [Surabaya: Momentum, 2003])

Kamis, 18 Juli 2013

John Stott: Arti Serupa Dengan Kristus (4)

Kelima, kita menjadi serupa dengan Kristus dalam misiNya. Setelah kita memerhatikan pengajaran Paulus dan Petrus, kini kita tiba pada pengajaran Yesus, seperti yang dicatat oleh Yohanes (Yoh. 17:18; 20:21). Di dalam doaNya, Yesus berkata kepada BapaNya, "Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia"; dan saat mengutus para murid, Ia berkata "sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu". Perkataan ini sangat penting.

Ini bukan sekedar versi Amanat Agung yang dicatat di dalam Injil Yohanes, ini juga merupakan arahan bahwa misi mereka di dunia haruslah menyerupai misi Kristus. Dalam hal apa? Kata-kata kuncinya adalah "mengutus mereka ke dalam dunia". Itulah sebabnya sebagaimana Kristus harus masuk ke dalam dunia kita, maka kitapun harus masuk ke dalam dunia orang lain.

Dengan sangat fasih hal ini dijelaskan oleh Uskup Agung Michael Ramsay ketika ia berkata "Kita hanya menyatakan dan menghargai iman kita sejauh kita pergi keluar dan menempatkan diri kita di dalam keraguan-keraguan para peragu, di dalam pertanyaan-pertanyaan dari para penanya dan dalam setiap kesepian dari mereka yang telah kehilangan jalan".

Masuknya kita ke dalam dunia orang lain inilah yang dimaksud dengan misi inkarnasional, dan semua misi yang otentik haruslah misi inkarnasional. Kita harus menjadi serupa dengan Kristus dalam misiNya.

(dari buku "Murid Yang Radikal" [Surabaya: Literatur Perkantas Jatim, 2010])

John Stott: Arti Serupa Dengan Kristus (3)

Ketiga, kita menjadi serupa dengan Kristus dalam kasihNya. Seperti yang Paulus tuliskan "Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah" (Efe. 5:2). Frase "menghidupi hidup yang mengasihi" adalah sebuah perintah agar seluruh tingkah laku kita harus dicirikan oleh kasih, namun frase "menyerahkan diriNya untuk kita" jelas merupakan rujukan kepada salib. Jadi di sini, Paulus mendesak kita untuk menjadi serupa dengan Kristus dalam kematianNya; mengasihi dengan kasih Kalvari.

Anda mengerti apa yang sedang dibahas di sini? Paulus sedang mendesak kita agar menjadi serupa dengan Kristus yang berinkarnasi, Kristus yang membasuh kaki, dan Kristus yang tersalib. Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Kristus ini mengindikasikan secara jelas apa makna menjadi serupa seperti Kristus secara praktis. Sebagai contoh, dalam pasal ini juga Paulus mendesak suami-suami untuk mengasihi istri-istri mereka sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja dan memberikan diri baginya (Efe. 5:25).

Keempat, kita menjadi serupa Kristus dalam ketabahanNya. Dalam contoh berikut ini, kita tidak memerhatikan pengajaran Paulus melainkan Petrus. Setiap pasal dalam surat Petrus memuat rujukan kepada penderitaan Kristus, sebab latar belakang dari surat ini adalah permulaan penganiayaan. Dalam pasal 2 secara khusus Petrus mendesak budak-budak Kristen (jika ditindas secara tidak adil) untuk menanggungnya, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (1 Pet. 2:18). Kita telah dipanggil untuk ini karena Kristus juga menderita dan Ia meninggalkan sebuah teladan supaya kita dapat mengikuti langkahNya (1 Pet. 2:21).

(dari buku "Murid Yang Radikal" [Surabaya: Literatur Perkantas Jatim, 2010])

Rabu, 17 Juli 2013

John Stott: Arti Serupa Dengan Kristus (2)

Kedua, kita menjadi serupa dengan Kristus dalam pelayananNya. Kita sekarang beralih dari inkarnasiNya ke kehidupan pelayananNya. Sekarang, marilah bersama saya ke ruang atas di mana Ia menghabiskan malam terakhir bersama murid-muridNya. Dalam kesempatan makan malam itu, Ia melepaskan jubahNya, mengikat sebuah handuk di pinggangNya, menuangkan air dalam sebuah wadah, dan membasuh kaki para muridNya.

Ketika Ia telah selesai, Ia kembali ke tempatNya dan berkata "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yoh. 13:14-15).

Beberapa kalangan orang Kristen memaknai perintah Yesus secara literal dan terkadang melakukan ritual pembasuhan kaki dalam Perjamuan Kudus. Mereka mungkin saja benar. Tetapi sebagian besar kalangan juga menerjemahkan perintah Yesus ini secara budaya. Yang mereka lakukan adalah sebagaimana Yesus melakukan sesuatu yang dalam budayaNya adalah pekerjaan seorang budak, demikian pula kita dalam budaya kita, harus menganggap bahwa tidak ada tugas yang terlalu rendah dan hina untuk dikerjakan.

(dari buku "Murid Yang Radikal" [Surabaya: Literatur Perkantas Jatim, 2010])

John Stott: Arti Serupa Dengan Kristus (1)

Pertama, kita menjadi serupa dengan Kristus dalam inkarnasiNya. Beberapa orang mungkin akan melompat mundur ketakutan karena ide ini. Anda mungkin akan berkata, "Pastilah, inkarnasi merupakan peristiwa unik dan tidak dapat ditiru?" Jawabannya adalah "ya dan tidak".

"Ya" dalam pengertian bahwa Sang Anak Allah mengambil kemanusiaan kita dan mengenakan pada diriNya di dalam Yesus dari Nazaret [maksudnya Pribadi II Allah Tritunggal, Firman Hidup itu, berinkarnasi dan dilahirkan di Bethlehem dan diberinama Yesus] , sekali untuk seterusnya dan tidak dapat diulang kembali.

Namun, jawabannya adalah "tidak" dalam pengertian bahwa kita dipanggil untuk mengikuti teladan kerendahan hatiNya yang agung. Itulah sebabnya Paulus menuliskan Filipi 2:5-8: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib".

(dari buku "Murid Yang Radikal" [Surabaya: Literatur Perkantas Jatim, 2010])

Selasa, 16 Juli 2013

Prinsip Yang Dipakai Pencuri (2)

Ketiga, para pencuri adalah orang yang sadar bahwa untuk setiap kegiatan perlu modal. Ada pencuri yang membeli tiket kereta eksekutif untuk mencuri di atas kereta eksekutif. Ada pencuri yang barusan ditangkap polisi karena merampok perempuan tuna susila kelas atas. Ia menyediakan modal untuk mem-booking hotel-hotel berbintang lima. Berita di Radio memberitahu kita, ada pencuri mobil Mitsubishi Grandis berwarna hijau menggunakan mobil dengan jenis dan warna yang sama sehingga satpam bingung.  Sayang sekali, modal yang ada malah dipakai untuk hal yang keji. Banyak orang percaya tidak mau berkorban dalam pelayanan. Banyak pedagang tidak mau mengeluarkan modal dalam marketing. Hal ini sangat ironis.

Keempat, pencuri adalah orang yang cerdik bahkan licik tetapi sayangnya tidak tulus dan hatinya jahat. Pencuri memakai kecerdikan untuk tujuan yang jahat. Seharusnya kecerdikan dipakai untuk tujuan yang mulia, untuk kebenaran dan kemuliaan Tuhan. Setiap pencuri akan diadili karena memakai anugerah Tuhan untuk hal yang jahat. Tetapi orang percaya juga akan diadili bila tidak memakai anugerah Tuhan untuk melayani dan memuliakan Tuhan.

Dari penjelasan di atas, kita menjadi sadar bahwa ada banyak prinsip-prinsip firman Tuhan yang dipakai untuk tujuan yang jahat. Mari kita kembalikan prinsip-prinsip itu untuk dipakai bagi tujuan yang mulia, yang memuliakan Tuhan.

Prinsip Yang Dipakai Pencuri (1)

Seorang hakim kaget melihat pencuri yang diadili dalam ruang pengadilan. Ternyata orang ini sudah beberapa kali diadili dalam kasus yang sama: pencurian. Sang hakim kemudian bertanya kepada si terdakwa nakal ini: "mengapa saudara mencuri dan mencuri lagi sehingga sudah berkali-kali diadili dalam ruangan ini?" Sang pencuri dengan dingin menjawab, "saya orangnya konsisten pak, saya selalu setia kepada profesi saya".

Ilustrasi jenaka ini menggambarkan ada prinsip-prinsip baik yang dipakai oleh pencuri yang jahat. Sayang sekali, seharusnya prinsip-prinsip baik ini dipakai untuk tujuan yang baik, yang benar, yang sesuai dengan firman Tuhan dan memuliakan Tuhan, dan tidak dipakai untuk hal jahat seperti pencurian.

Pertama, banyak pencuri adalah orang-orang yang konsisten dan tekun dalam mengincar harta benda milik orang lain. Banyak orang percaya gampang menyerah, tidak tekun dalam pelayanan tetapi para pencuri adalah orang yang konsisten dan tekun.

Kedua, para pencuri mempunyai kesadaran akan kesempatan yang harus dipakai dalam kesempitan waktu. Pikirannya: "Kalau bukan saya, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan di sini, di mana lagi?" Prinsip ini seharusnya dipakai oleh seorang mahasiswa sehingga ia boleh menjalani perkuliahan dengan bertanggungjawab. Prinsip ini seharusnya dipakai dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan. Mumpung ada kesempatan melayani, dipakai dengan bertanggungjawab.

bersambung...

Senin, 15 Juli 2013

Kalimat Penting: Hal-Hal Kecil

"Jadilah besar dalam hal-hal kecil...".

"Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil,ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar" (Luk. 16:10).

(dari "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin")

Kalimat Penting: Kesempatan

"Kesempatan jarang berlabel..." [tidak ketahuan kalau itu kesempatan]

"Karena itu selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Gal. 6:10).

(dari "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin")

Minggu, 14 Juli 2013

Ayat-Ayat: Taat dalam Perjanjian Baru (2)

[Perlu membaca ayat-ayat sebelum dan sesudahnya untuk memahami dengan baik]

Tit_2:5  hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.

Tit_2:9  Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah,

Tit_3:1  Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.

Ibr_5:8  Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,

Ibr_5:9  dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,

Ibr_11:7  Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya.

Ibr_11:8  Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.

1Pe_1:2  yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.

1Pe_1:14  Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,

1Pe_2:8  Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

Ayat-Ayat: Taat dalam Perjanjian Baru (1)

[Perlu membaca ayat-ayat sebelum dan sesudahnya untuk memahami dengan baik]

Yoh_3:36  Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

Kis_4:19  Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.

Kis_5:29  Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.

Kis_26:19  Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.

Rom_1:5  Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.

Rom_2:8  tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.

2Ko_2:9  Sebab justru itulah maksudnya aku menulis surat kepada kamu, yaitu untuk menguji kamu, apakah kamu taat dalam segala sesuatu.

Ef_6:5  Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,

Flp_2:8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Flp_2:12  Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,

Sabtu, 13 Juli 2013

John Owen: Berjaga-Jaga Terhadap Pencobaan (2)

Kedua, keanekaragaman yang luar biasa dari pencobaan yang ingin iblis gunakan untuk menyerang orang percaya. Apapun yang bisa menghalangi kita melakukan kehendak Allah harus dianggap sebagai pencobaan. Mungkin itu berupa sesuatu dalam diri kita (yakni keinginan jahat tertentu) atau apapun atau siapapun di dunia. Apapun yang mendorong atau memanas-manasi seseorang untuk berdosa adalah suatu jenis pencobaan. Hampir semua keinginan yang mungkin dimiliki seseorang terbukti sumber pencobaan.

Mengingini hal-hal seperti kehidupan yang mudah, teman-teman, standar hidup yang baik, reputasi yang baik (daftar ini tidak ada habisnya) itu sendiri tidaklah salah. Namun demikian, semua hal ini bisa menjadi sumber pencobaan yang berbahaya yang sulit untuk dilawan. Orang Kristen perlu belajar untuk takut terhadap pencobaan-pencobaan dari sumber-sumber semacam itu. Mereka perlu merasa takut terhadap pencobaan-pencobaan semacam itu sama seperti mereka merasa takut terhadap pencobaan-pencobaan yang menyebabkan mereka berdosa secara terang-terangan dan menimbulkan aib. Jika kita gagal melakukan itu, maka berarti kita sedang berada lebih dekat di ambang kehancuran dari pada yang kita sadari!

(dari buku John Owen, "Pencobaan" [Surabaya: Momentum, 2009])

John Owen: Berjaga-Jaga Terhadap Pencobaan (1)

Kami akan menggambarkan bahaya pencobaan dari Iblis dalam dua bagian:

Pertama, kerusakan besar yang bisa ditimbulkan oleh pencobaan iblis terhadap orang percaya. Tujuan utama dari pencobaan adalah menggiring seseorang untuk berbuat dosa.
Bisa saja berupa dosa karena melakukan apa yang Allah larang.
Bisa juga berupa dosa karena tidak melakukan apa yang Allah perintahkan.
Bisa berupa dosa kedagingan yang bisa dilihat orang lain.
Bisa berupa dosa pikiran, yang hanya bisa dilihat oleh Allah.
Apapun bentuk dosanya, kita tidak pernah boleh lupa bahwa tujuan pencobaan semacam itu adalah untuk merusak kesehatan rohani orang percaya.

bersambung...

(dari buku John Owen, "Pencobaan" [Surabaya: Momentum, 2009])

Jumat, 12 Juli 2013

Anak Bukan Beban & Sapi Perahan

Paradigma yang salah tentang anak yang lain adalah anak adalah beban dalam hidup orang tua. Banyak pasangan ingin menikah tetapi tidak siap mempunyai anak. Mereka masih mau mengejar ambisi masing-masing, baik suami atau istri. Karena itu, ketika anak lahir, langsung "dilempar" ke mertua/ orang tua. Kebetulan mereka lagi sunyi sepi sendiri, perlu "hiburan". Jadi "win-win solution". Orang tua bisa mengejar ambisi, kakek-nenek ada hiburan. Tetapi seperti biasa, "win-win solution" hanya menguntungkan 2 pihak tetapi merugikan pihak lain. Karena itu, "win-win solution" ini menguntungkan orang tua dan kakek-nenek tetapi merugikan anak dan melukai hati Tuhan.

Kalau orang tua masih mengejar ambisi, lebih baik jangan mempunyai anak. Kalau sudah mempunyai anak, nanti tidak ada waktu membimbing anak akhirnya anak tidak beres. Paling sedih adalah ketika orang tua mengejar ambisi dan akhirnya mendapatkannya, tetapi anak hancur. Hal ini paling parah terjadi pada keluarga yang suami-istri ambisius. Kalau hanya suami saja yang bekerja, masih mendingan, ada istri yang membimbing anaknya. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk membimbing anak dalam kebenaran, dalam nasehat dan ajaran Tuhan (Ef. 6:4).

Di sisi yang lain, ada orang tua yang berambisi, bukan dirinya mengejar ambisi - karena sudah terlambat atau tidak mampu mengejar ambisi - tetapi memaksa anaknya untuk mengejar ambisi. Anak dipaksa untuk menjadi apa yang orang tua mau. Seringkali ambisi itu adalah ambisi pribadi tetapi gagal tercapai lalu dipaksakan kepada anak.

Ada orang tua yang ingin menjadi juara bulu tangkis tetapi gagal lalu anak dipaksa latihan bulu tangkis dengan keras. Anak dipaksa berlari mengelilingi lapangan bulu tangkis berpuluh kali untuk latihan fisik. Kalau anak tidak mampu malah dipukulin. Akhirnya, anak seperti ini stres dan sudah dewasa malah menjadi gila. Ada orang tua yang ini jadi polisi, tetapi gagal ujian masuk lalu anak dipaksa menjadi polisi padahal anak tidak dipanggil oleh Tuhan menjadi polisi, dan tidak mempunyai bakat talenta serta fisik sebagai polisi. Akhirnya, setelah menjadi polisi banyak membuat keonaran.

Mari kita membimbing anak sesuai dengan panggilan Tuhan, sesuai bakat talenta yang diberikan oleh Tuhan.

Anak Bukan Hiburan

Setiap anak yang diberikan oleh Tuhan kepada kita adalah anugerah Tuhan. Mazmur 127:3A berbunyi: "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN". Anak adalah pemberian yang berharga dari Tuhan. Kalau bukan anugerah Tuhan, sebuah keluarga tidak mungkin memiliki anak.

Sayangnya, banyak keluarga berpandangan - entah sadar atau tidak - bahwa anak adalah hiburan. Jadi mereka menikmati lucunya, humornya. Bahkan kenakalannya pun dianggap sebagai "skenario lelucon". Hal ini menjadikan anak tidak mempunyai konsep yang jelas mana yang benar dan mana yang salah.

Hal ini akan bertambah parah jika orang tua dan kakek-nenek sepakat dengan paradigma yang salah ini, "anak adalah hiburan" meski mereka tidak sadar atau tidak mengakui paradigma ini secara terbuka.

Anak adalah anugerah yang harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Anak harus dididik dan dibesarkan dalam nasehat dan ajaran Tuhan (Efe. 6:4). Anak harus dibimbing dari sekarang supaya kelak kemudian hari menjadi orang yang berkenan kepada Tuhan.

Marilah kita orang tua dan kakek nenek jangan egois, jangan menikmati leluconnya dan lupa mendidiknya dalam ajaran dan nasehat Tuhan. Kemudian hari ketika hidupnya hancur, yang sisa hanya penyesalan yang tidak mungkin kembali.

Kamis, 11 Juli 2013

Kalimat Penting: Pendengaran-Pembicaraan

"Orang besar memonopoli pendengaran. Orang kecil memonopoli pembicaraan".

"Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya, harapan lebih banyak bagi orang bebal daripada bagi orang itu" (Ams. 29:20).

(Dari buku "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Ayah")

Kalimat Penting: Mencintai Manusia

"Terlalu sering kita mencintai benda-benda dan memanfaatkan manusia, padahal seharusnya kita memanfaatkan benda-benda dan mencintai manusia".

"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat" (Rm 12:10)

(Dari buku "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Ayah")

Rabu, 10 Juli 2013

Ayat-Ayat: Pendidikan Anak (2)

Dan sudah lupakah kamu akan nasehat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan dan janganlah putusasa apabila engkau diperingatkanNya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak" (Ibr. 12:5-6).

Jika kamu harus menanggung ganjaran: Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang (Ibr. 12:7-8).

Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus (2 Tim. 3:15).

Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya, tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya (Ams. 13:24).

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23).

Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasiNya. Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri. Ia mati, karnea tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat (Ams. 5:21-23).

Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian (Ams. 9:10).

Siapa  mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat (Ams. 10:17).

Budak yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, dan akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu (Ams. 17:2).

Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya (Ams. 19:18)

Ayat-Ayat: Pendidikan Anak (1)

... dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka (Ams. 17:6B).

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Ams. 22:6).

Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan (Efe. 6:4).

[Firman Tuhan kepada imam Eli]: Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihanKu dan korban sajianKu, yang telah Kuperintahkan dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari padaKu sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umatKu Israel? (1 Sam. 2:29).

Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang (1 Tes. 5:14).

Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan! (Yos. 24:15).

Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya (Kol. 3:21).

Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya (Ams. 29:15).

Janganlah menolak didikan dari anakmu, ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati (Ams. 23:13, 14).

Dengarkanlah nasehat dan terimalah didikan, supaya engkau bijak di masa depan (Ams. 19:20).

(Sebagian ayat dikutip dari "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Ayah")

Selasa, 09 Juli 2013

Pentingnya Janji Tuhan

Salah satu aspek dari firman Tuhan yang memberi kekuatan luar biasa bagi kehidupan orang percaya adalah janji-janji Tuhan. Mengapa janji-janji Tuhan begitu penting?

Pertama, janji-janji Tuhan adalah sumber pengharapan bagi orang percaya. Orang percaya berharap kepada Allah yang menciptakan mereka melalui iman kepada janji-janji Allah. Yang sungguh Allah janjikan, pasti Ia akan genapkan sesuai dengan waktu dan cara Tuhan sendiri. Waktu kita berharap kepada janji manusia, akan mengecewakan tetapi waktu kita berharap kepada janji Allah, menghibur dan menguatkan kita.

Kedua, Mazmur 119:11: "Dalam hatiku aku menyimpan janjiMu, supaya aku jangan berdosa terhadap engkau". Orang yang tidak berfokus kepada janji Tuhan dapat jatuh dalam beberapa dosa antara lain, meragukan kebaikan Tuhan; berusaha menyelesaikan persoalan dengan cara-cara duniawi; dan dengan demikian tidak lagi bergantung kepada Tuhan tetapi bersandar kepada manusia.

Berbahagialah kita yang banyak menghafal janji-janji Tuhan dalam firman Tuhan yang memang bersifat universal untuk semua orang percaya. Jangan kita keliru menghafal janji Tuhan yang dikhususkan bagi orang percaya tertentu di dalam Alkitab. Misalnya, ada janji Tuhan bagi Yosua bahwa setiap tanah yang ia injak menjadi milik Israel. Janji ini disampaikan dalam konteks pendudukan tanah Kanaan dan janji ini tidak berlaku untuk kita. Kalau tidak, repot nantinya. Setiap tanah yang kita injak waktu kita berekreasi: Borobudur, Tanah Lot, Pantai Belitung, Tokyo, Singapura, akan menjadi milik kita? Tentu tidak bukan...

Pentingnya Peringatan Tuhan

Manusia kerap kali tidak senang kepada peringatan, sebab peringatan seolah menginterupsi atau mengganggu kenyamanan. Bahkan lebih tepat lagi dapat dikatakan bahwa peringatan tidak disenangi karena seolah-olah membatasi kesenangan.

Perhatikanlah firman Tuhan dalam Amsal 6:23: "Karena perintah itu pelita dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan".

Teguran yang mendidik disebut sebagai jalan kehidupan. Bahasa saya, peringatan dan teguran adalah pelindung kehidupan. Justru oleh teguran dan peringatanlah yang meskipun tidak enak, hidup kita dilindungi dari kehancuran.

Teguran dan peringatan mirip seperti rambu-rambu lalu lintas. Kalau kita mengemudikan kendaraan bermotor di jalanan yang asing sama sekali bagi kita, kita sangat memerlukan rambu-rambu lalu lintas. Misalnya, ketika ada tikungan tajam, rambu memperingatkan kita untuk mengurangi kecepatan. Kalau tidak ada rambu atau kita tidak menghiraukan rambu maka kita akan kecelakaan.

Bersyukur kepada Tuhan untuk peringatan-peringatan yang Tuhan sediakan untuk melindungi kita dari kehancuran. Beberapa peringatan yang perlu kita perhatikan antara lain:
Pertama, peringatan firman Tuhan dalam Alkitab.

Kedua, peringatan Roh Kudus yang mengingatkan firman Tuhan dalam hati kita.

Ketiga, peringatan firman Tuhan melalui khotbah yang didengar, dilihat atau dibaca.

Keempat, peringatan hati nurani yang suci.

Kelima, peringatan dari orang-orang sekitar kita yang sesuai dengan prinsip firman Tuhan, antara lain dari suami/istri, orang tua/ anak, teman dekat, rekan kerja dan seterusnya.

Setiap peringatan meskipun tidak enak, mari kita dengarkan dengan seksama, dan kita renungkan. Anggap saja peringatan sebagai ekspresi cinta kasih Tuhan yang melindungi hidup kita dari kehancuran.

Senin, 08 Juli 2013

No Action, Talk Only (NATO)...

Kita selalu...

mencela...

NATO...

no action...

talk only...

padahal...

setan bekerja...

sering melalui bisikan...

Allah bekerja...

selalu melalui firman...

Kata-kata...

seringkali...

lebih berbahaya...

dari tindakan...

Ingat provokator...

Ingat penipu...

Ingat penggoda...

karena itu...

Berjaga-jagalah...

Kata, Detik, Rupiah...

Hal-hal...

yang paling sulit...

dipertanggungjawabkan...

pada penghakiman terakhir...

adalah...

kata-kata...

detik-detik...

rupiah-rupiah...

yang kita keluarkan...

yang kita lewatkan...

setiap hari...

Berjaga-jagalah...

Minggu, 07 Juli 2013

Sederhana tapi Penting (2)

Keenam, menutup telinga terhadap gosip.

Ketujuh, memegang prinsip dalam menghadapi anak-anak remaja.

Kedelapan, meminta maaf kalau salah, kepada anak sekalipun.

Kesembilan, adil dalam urusan bisnis.

Kesepuluh, menerima kepengurusan "satu lagi" anak.

(dari buku "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Anak" [Batam: Gospel Press, 2002])

Sederhana tapi Penting (1)

Pertama, melakukan yang terbaik ketika sedang berkecil hati sekalipun.

Kedua, mendengar sebelum menghakimi dalam pertengkaran keluarga.

Ketiga, berpikir sebelum berbicara ketika sedang emosi.

Keempat, tidak meladeni omongan yang belum tentu benar.

Kelima, murah hati terhadap musuh, mungkin tetangga sebelah rumah.

bersambung...

(dari buku "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Ayah" [Batam: 2002])

Sabtu, 06 Juli 2013

Derek Kidner: Panggilan Yeremia (Tafsiran 1:4-5)

Yeremia 1:4-5: "Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."

Begitu diberitahu, 'Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau', kehidupan Yeremia langsung diberi pusat baru yang berbeda dari dirinya sendiri dan keadaan sekitarnya yakni Pencipta dan rencana agungNya. Pernyataan 'Aku membentuk engkau' menunjuk kepada pemeliharaan dan keahlian seorang tukang periuk (yang diuraikan dan diterapkan lebih luas melalui cerita di rumah tukang periuk dalam pasal 18) - agar Yeremia tidak menganggap sifatnya yang sensitif dan sering mendapat kecaman itu sebagai nasib buruk. Sebab, ia diciptakan khusus untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan untuknya.

Sesuai dengan judul seri buku ini - Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini - maka kita harus bertanya apa saja dari kedua ayat ini yang dapat diterapkan kepada orang lain selain Yeremia. Bagian akhir dari ayat 5 ini dikhususkan bagi Yeremia, namun PB berbicara kepada setiap orang Kristen dengan cara yang sama: "Sebab semua yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya" (Rm 8:29).

Perkataan ini bertujuan meyakinkan dan mengorientasikan kita kembali, sama seperti perkataan yang didengar Yeremia; jadi ini bukanlah ajakan untuk mereka-reka hubungan waktu di dunia ini dengan kekekalan atau hubungan pilihan manusia dan pilihan Ilahi. Kehangatan perkataan Allah kepada kita sebagaimana kepada Yeremia, yakni "Aku senantiasa mengenal engkau, dan tanganKu telah menjadikan dan membentuk engkau" terlalu mulia untuk hanya dikacaubalaukan dalam spekulasi. Respons yang sama hangatnya, menerimanya dengan penuh khidmat dan ucapan syukur adalah satu-satunya respon yang layak.

(dari buku "Yeremia" [Jakarta: YK Bina Kasih/ OMF, 2002])



Derek Kidner: Kehidupan Yeremia & Zamannya

Pada dekade terakhir pemerintahan Manasye, pemerintahan terlama dan tersuram dalam sejarah Yehuda, lahirlah dua anak laki-laki sebagai pemberian Allah kepada bangsa yang sedang dilanda kemerosotan dan kehancuran moral itu. Pemerintahan yang berlangsung sekitar setengah abad ini diwarnai dengan maraknya kembali praktik-praktik penyembahan dewa-dewa Kanaan dan Asyur, praktik-praktik kuasa gelap, pengorbanan manusia (termasuk keluarga raja sendiri) dan sistem peradilan yang bobrok. Semua ini menjadi bahan cemoohan, sebagaimana tertulis dalam 2 Raja-Raja 21:16, "Lagipula Manasye mencurahkan darah orang yang tidak bersalah sedemikian banyak, hingga dipenuhinya Yerusalem dari ujung ke ujung..."

Kedua anak laki-laki pemberian Tuhan itu adalah Yosia yang lahir pada 648 SM dan Yeremia yang mungkin lebih muda tetapi masih sebaya. Ketika dipanggil Tuhan menjadi nabi tahun 627, Yeremia enggan menerima panggilan itu karena masih terlalu muda; dan pelayananya yang sulit selama lebih 40 tahun menunjukkan baha ia memang masih muda sewaktu menjadi nabi. Sebagai raja yang bersemangat reformasi dan nabi yang tegas, keduanya membuka peluang terbaik sekaligus harapan terakhir bagi pembaruan agar negeri itu bisa tetap sebagai kerajaan Daud.

(dari buku "Yeremia" [Jakarta: YK Bina Kasih/ OMF, 2002])

Jumat, 05 Juli 2013

Pdt. Stephen Tong: Pengantar Buku "Membuka Topeng Gerakan Zaman Baru"

Setelah tiga ratus tahun lamanya dunia Barat berada di bawah bayang-bayang abad Pencerahan (enlightenment) pada abad 17 dan 18, dan perkembangan abad Ideologi abad 19 yang sangat beragam, maka pengujian abad 20 yang ketat telah merangsang manusias modern untuk menilai kembali semangat dan 'roh' zaman mereka.

Akibat penilaian itu, muncul semacam gejala kejenuhan yang bersifat global atas pemikiran abad Pencerahan, sekaligus sikap skeptis terhadap zaman modern. Sikap ini ditandai dengan munculnya gerakan "Postmodernisme" yang mewarnai dunia akademis dan Geraka Zaman Baru (New Age Movement) yang menawarkan suatu spiritualitas "baru". Kedua semangat ini muncul dan dengan segera menjadi suatu semangat global di akhir abad 20 ini.

Impian muluk di awal abad 20 yang penuh pesona ternyata hanya merupakan balon-balon indah yang tidak tahan terhadap tusukan jarum kecil. Letusan perang dunia, ketidakmampuan ilmu pengetahuan untuk membahagiakan manusia dan tidak kunjung tiba perdamaian, kemakmuran dan keadilan yang diidamkan, menggugah manusia untuk mencari jalan keluar; di lain pihak pada saat yang sama dunia Timur sedang mengimpikan kemajuan barat.

Dunia barat mulai terbangun akan akbiat kemajuan zaman modern yang muncul dalam problematika ancaman nuklir, kerusakan lingkungan, AIDS, kemorosotan moralitas dan kekeringan jiwa manusia. Semua ini mengembalikan pendulum sejarah ke kutub sebaliknya. Dalam sejarah peradaban manusia, untuk pertama kalinya, dunia Barat menoleh kepada filsafat dan agama timur untuk menemukan paduan yang mendorong terjadinya semangat baru yang bersifat global. Inilah semangat baru yang seolah-olah menawarkan pengharapan bagi manusia modern. Hal-hal yang diabaikan zaman modern seperti nilai-nilai rohani, moralitas, immoralitas jiwa manusia kembali dibicarakan. Perpaduan antara Panteisme dan pengilahian diri yang diperoleh dari agama Timur (seperti kepercayaan Budhisme bahwa setiap orang memiliki Budha) dengan filsafat aktualisasi diri dalam sistem eksistensialisme barat mewarnai semangat Gerakan Zaman Baru.

Benarkah Gerakan Zaman Baru memberikan jalan keluar bagi umat manusia? Bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen terhadap gerakan ini? Bagaimana kita menganalisa roh yang berada di balik gerakan ini berdasarkan kebenaran Firman Tuhan? Apakah wajah sebenarnya di balik topeng yang indah ini? Melalui buku ini kita diajak untuk menemukan paras asli gerakan ini dan menentukan sikap kita di berbagai persimpangan dunia yang telah jatuh dalam dosa. Kiranya Tuhan Yesus menguatkan setiap orang Kristen yang beriman kepadaNya dan kiranya Roh Kebenaran memimpin dan memelihara kita dalam seluruh kebenaranNya untuk melakukan kehendakNya.

(dari buku Douglas Groothuis, "Membuka Topeng Gerakan Zaman Baru", [Jakarta: STEMI, 1996])

Pdt. Stephen Tong: Pengantar Buku "Tidakkah Kami Mempunyai Hak?"

Saya sangat bersukacita dapat memberikan kata pengantar bagi buku yang meskipun tipis tetapi saya anggap sangat bermanfaat ini. Mabel Williamson adalah seorang misionaris dari OMF, yang memulai pelayanannya sebagai penginjil di daratan Tiongkok dan keluar dari sana karena tekanan rezim komunisme, lalu meneruskan pelayanannya di Indonesia. Dan melalui pengaturan Tuhan, kami pernah menjadi rekan kerja di SAAT selama lebih dari 10 tahun sebagai pengajar.

Dalam pengamatan saya, dia adalah seorang misionaris yang sangat bersungguh-sungguh melayani Tuhan. Ia melaksanakan dalam hidupnya semacam prinsip persis yang dia tulis dalam bukunya ini, yaitu hak terbesar seorang yang melayani Tuhan ialah melepaskan haknya. Pikirannya ini diambil dari Surat Pertama Korintus pasal kesembilan yang diucapkan oleh Rasul Paulus.

Sebagai seorang rasul, Paulus bukannya tidak berhak membawa seorang istri untuk menyertainya saat ia pergi ke sana kemari mengabarkan Injil, seperti yang dilakukan Petrus dan rasul-rasul lain. Ia juga bukannya tidak berhak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan supaya dapat berkonsentrasi dalam pelayanan Injil. Namun, Paulus melepaskan semua hak itu dan tidak mempergunakan satu pun dari hak-haknya demi kemajuan Injil. Ia tidak menerima honor dari orang-orang yang ia injili karena mereka masih kafir atau masih orang Kristen baru, supaya jangan sampai muncul rintangan bagi pemberitaan Injil yang ia lakukan (1 Kor. 9:12, 15).

Hal ini membawa kita kepada pemikiran: untuk apakah kita hidup di dunia ini? Apakah kita hidup di dunia ini untuk mendapatkan sesuatu, atau merebut sesuatu dari orang lain untuk memperkaya diri? Inilah sikap hidup yang umumnya kita temukan pada kebanyakan orang. Tetapi seorang yang agung justru adalah orang yang mengosongkan diri untuk memperkaya orang lain. Inilah standar kerohanian sejati yang berasal dari teladan Kristus sendiri, yang sekalipun kaya namun telah menjadi miskin karena kita, supaya kita yang miskin boleh menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya (2 Kor. 8:9).

Orang yang menuntut hak dan menuntut segala sesuatu yang dapat diperoleh melalui hak itu adalah orang yang belum terlepas dari egoisme. Tetapi orang yang mengetahui apa artinya menyangkal diri memikul salib, dan mengikuti Kristus serta meneladani semua langkah dan cara hidup Kristus, orang demikian tidak menuntut hak, melainkan menuntut diri bagaimana menjadi berkat di tangan Tuhan yang dapat dibagikan kepada banyak orang.

Saya sendiri mendapat pengaruh dan berkat melalui buku ini dan saya sangat menginginkan setiap orang yang membaca buku ini mau sekali lagi mengintrospeksi diri dan mendapatkan koreksi dari Roh Kudus melalui Kristus, yang telah mempengaruhi Paulus, dan selanjutnya mempengaruhi Mabel Williamson yang telah menjadi contoh hidup bagi kita, dan yang akan membawa hidup kita menuju hidup yang berkelimpahan melalui kehidupan yang rela menghampakan diri sendiri.

Kiranya Tuhan melatih kita dan memakai kita melalui prinsip ini untuk menjadi orang yang mengerti bahwa hak terbesar yang dimiliki seorang Kristen justru adalah hak untuk melepaskan hak. Soli Deo Gloria.

(dari buku Mabel Williamson, "Tidakkah Kami Mempunyai Hak?" [Surabaya: Momentum, 2007])

Kamis, 04 Juli 2013

John Frame: Van Til dan Presaposisi (2)

[John Frame membahas pemikiran Cornelius Van Til (1895-1987), seorang pembela iman Kristen dari kalangan Reformed yang gigih. Ia adalah mantan dosen apologetika di Westminster Theological Seminary].

Juga terdapat bagian-bagian di dalam tulisan Van Til di mana kata 'presaposisi' dipakai bukan untuk manusia, melainkan menyangkut argumentasi, metode, pengetahuan, disiplin akademis, kondisi permasalahan (seperti dapat dipahaminya alam semesta ini). Di dalam konteks-konteks seperti ini, hal yang dipresaposisikan adalah suatu kondisi yang niscaya atau hal yang melegitimasikan. Mungkin kita bisa mengaitkan definisi ini kepada definisi dasar kita dengan berkata bahwa jika x mempresaposisikan y, maka jika ia mau mempertanggungjawabkan perihal x, ia harus menerima y.

Van Til kadang mempergunakan frase-frase lain untuk menyebut presaposisi, khususnya 'titik awal' dan 'titik rujukan'. Dalam penilaian saya, frase-frase terakhir ini kurang jelas. 'Titik awal' mengindikasikan suatu urutan temporal yang mana, seperti yang telah kit aperhatikan, tidak niscaya bagi konsep presaposisi.

Akhirnya, Van Til memakai frase 'berargumentasi dengan presaposisi' untuk menunjukkan 'argumentasi transendental' bagi teisme Kristen. Karena ia menganjurkan jenis argumentasi ini, mak dalam satu pengertian, Van Til jelas bisa disebut seorang presaposisionalis.

(dari buku "Cornelius Van Til: Suatu Analisis Terhadap Pemikirannya" [Surabaya: Momentum, 2002])

John Frame: Van Til dan Presaposisi (1)

John Frame membahas pemikiran Cornelius Van Til (1895-1987), seorang pembela iman Kristen dari kalangan Reformed yang gigih. Ia adalah mantan dosen apologetika di Westminster Theological Seminary.

Van Til mempergunakan istilah 'presaposisi' untuk mengindikasikan peran yang seharusnya dimainkan oleh wahyu ilahi dalam pemikiran manusia. Saya tidak percaya Van Til pernah mendefinisikan istilah ini. Saya mencoba untuk mendefinisikannya baginya sebagai suatu 'komitmen dasar hati'. Bagi orang Kristen, komitmen ini ditujukan kepada Allah sebagaimana Ia mewahyukan diriNya. Orang non Kristen menggantikannya dengan hal lain - allah lain, diri sendiri, kesenangan, uang, rasionalitas, atau apapun - yang menjadi sasaran komitmen ultimat mereka dan yang akan memerintah seluruh hidup mereka, termasuk pemikiran mereka.

Komitmen ultimat kita memainkan peran yang sangat penting di dalam pengetahuan kita. Komitmen ini menentukan kriteria ultimat kita mengenai benar dan salah, ketepatan dan kekeliruan. Selama kita mempertahankan komitmen ultimat kita secara konsisten, maka kita tidak bisa menerima hal apapun yang berkonflik dengan komitmen itu sebagai benar atau tepat.

Terdapat sejumlah kesempatan di dalam tulisan-tulisan Van Til di mana ia mempergunakan istilah 'presaposisi' secara berbeda. Misalnya, ia mendesak apologet untuk menunjukkan 'kepada orang non Kristen bahwa bahkan di dalam penyangkalannya yang jelas akan Allah, ia toh sebenarnya mempresaposisikan Allah'. Jelas bahwa ketika orang tidak percaya 'mempresaposisikan' Allah dalam pengertian ini, ia tidak mengakui Allah sebagai komitmen ultimatnya.

Poin Van Til di sini adalah bahwa di dalam mengasumsikan bahwa dunia ini dapat dipahami, orang tidak percaya telah mengasumsikan bahwa dunia ini dapat dipahami, orang tidak percaya telah secara implisit mengakui eksistensi Allah yang disangkalnya secara eksplisit. Bagi orang tidak percaya, untuk mempresaposisikan Allah dalam konteks ini berarti berpikir atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan inklinasi diri sendiri, yang mengindikasikan bahwa pada level tertentu dari kesadarannya, ia memiliki pengenalan akan realitas dan signifikansi Allah.

bersambung...

(dari buku "Cornelius Van Til: Suatu Analisis Terhadap Pemikirannya" [Surabaya: Momentum, 2002])

Rabu, 03 Juli 2013

Katekismus Jenewa: Pengakuan Iman Rasuli

Pertanyaan 16: Tuturkan isi pengakuan itu.
Jawaban: Aku percaya kepada Allah Bapa, Yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yagn menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Kudus. Aku percaya kepada Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging dan hidup yang kekal.

Pertanyaan 17: Atas berapa bagian kita bagikan pengakuan iman itu, untuk memperjelaskannya secara rinci?
Jawaban: Atas empat bagian utama.

Pertanyaan 18: Apa bagian-bagian itu?
Jawaban: Bagian pertama mengenai Allah Bapa. Bagian kedua mengenai AnakNya Yesus Kristus; dalam bagian itu dituturkan seluruh sejarah penebusan kita. Yang ketiga mengenai Roh Kudus. Yang keempat mengenai Gereja dan mengenai karunia-karunia yang Allah anugerahkan kepadanya.

(dari buku Th. van den End, "Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme" [Jakarta: Gunung Mulia, 2004])

Katekismus Jenewa: Firman Tuhan

Pertanyaan 12: Apalagi yag diperlukan?
Jawaban: Kita harus yakin Dia mengasihi kita dan mau menjadi Bapa dan Penyelamat kita.

Pertanyaan 13: Bagaimana kita mengetahui hal itu?
Jawaban: Melalui firmanNya. Dalam Firman itu Dia menyatakan kepada kita kemurahanNya dalam Yesus Kristus dan memberi kita kepastian tentang cinta kasihNya kepada kita.

Pertanyaan 14: Jadi, dasar yang memungkinkan kita benar-benar mempercayai Allah ialah mengenal Dia dalam Yesus Kristus (Yoh. 17:3)?
Jawaban: Benar.

Pertanyaan 15: Akan tetapi, apa inti pokok pengetahuan itu?
Jawaban: Pengetahuan itu tercantum dalam pengakuan iman, yang diikrarkan semua orang Kristen. Biasanya orang menyebut pengakuan iman itu "Pengakuan Iman Rasuli", sebab pengakuan itu merupakan ikhtisar kepercayaan yang benar, yang senantiasa dianut di kalangan orang Kristen, dan yang disimpulkan dari ajaran rasuli yang murni.

(dari buku Th. van den End, "Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme" [Jakarta: Gunung Mulia, 2004])

Selasa, 02 Juli 2013

Kalimat Penting: Karakter

"Karakter artinya siapa Anda ketika berada di dalam gelap".

"Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya..." (Ams. 11:3).

(dari buku "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Ayah" [Batam: Gospel Press, 2002])

Kalimat Penting: Kehormatan

"Kehormatan itu lebih baik dari pada gelar kehormatan".

"...siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati..." (1 Sam. 2:30).

(dari buku "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Ayah" [Batam: Gospel Press, 2002]).

Senin, 01 Juli 2013

Philip Graham Ryken: Memuliakan Allah (2)

Apalagi yang dapat kita lakukan untuk memuliakan Allah? Memuliakan Allah dengan perbuatan-perbuatan baik. Yesus mengatakan, dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu. Buah yang Yesus miliki dalam pikiranNya adalah buah dari perbuatan-perbuatan baik. Sehingga berilah pada Allah kemuliaan dengan memberi makan yang lapar, memberi pakaian yagn telanjang, memulihkan yang sakit, mengasihi yatim piatu, menolong setiap orang yang memerlukan.

Muliakanlah Allah dengan menceritakan pada orang lain mengenai Yesus di setiap kesempatan yang ada. Jika mereka dipimpin untuk mempercayai Allah dan bertobat dari dosa-dosa mereka, lalu Allah akan mendapat tambahan satu orang pemuja.

Memuliakan Allah dengan mendukung pekerjaan misi. Alasan gereja mengirim misionaris keluar adalah ceritakanlah kemuliaanNya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib di antara segala suku bangsa (1 Taw. 16:24). Berdoa untuk atau membiayai penginjil bertujuan menolong menyebarkan kemuliaan Allah.

Muliakanlah Allah dengan kesenian dan musi,, dengan hal yang Anda buat dan apa yang Anda pertunjukkan. Seorang yang melakukan ini ialah Johann Sebastian Bach, yang menandatangani komposisi-komposisinya dengan S.D.G yang merupakan singkatan dari 'Soli Deo Gloria', kemuliaan hanya bagi Allah. Contoh perbuatan baik yang lain adalah pemain musik Duke Ellington, yang menulis Concerts for Sacred Music (Konser-Konser Musik Kudus). Bach dan Ellington menulis dan memainkan musik mereka bagi kemuliaan Allah. Bahkan jika Anda kurang berbakat dibandingkan mereka, Anda dapat memberi kemuliaan yang sama bagi Allah.

Muliakanlah Allah dalam permainan Anda dengan bersandar pada kemurahanNya. Muliakanlah Dia dalam pekerjaan-pekerjaan kecil di rumah. Allah menerima kemuliaan saat piring di cuci, laintai dipel. Koran di daur ulang atau bahkan ketika popok diganti dalam namaNya.

Pendeknya, memuliakan Allah dalam setiap dan segala kegiatan hidup dengan melakukannya dalam pelayanan dan menuruti kehendakNya. Jadi, engkau makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1 Kor. 10:31).

(dari buku "Mengenal Allah Melalui Kisah-Kisah dalam Alkita

Philip Graham Ryken: Memuliakan Allah (1)

Bagaimana Anda memancarkan kemuliaan Allah?

Pertama, dengan meletakkan iman Anda dalam Dia. Sampai Anda mempercayai Allah, sangat mustahil Anda dapat memuliakan Dia. Anda harus mulai dengan mengakui Anda tidak dapta menyelamatkan Anda sendiri, hanya Yesus yang dapat menyelamatkan Anda. Sekali Anda melakukannya, segala kemuliaan bagi keselamatan Anda akan kembali pada Allah. Anda seperti Abraham, yang sangat kuat dalam iman, memberikan kemuliaan bagi Allah (Rm. 4:20).

Langkah berikut, memuliakan Allah dengan mengaku dosa-dosa Anda. Ada seorang pria di Alkitab yang memuliakan Allah dengan mengakui dosanya. Ia bernama Akhan. Ia melakukan dosa yang melibatkan penipuan, pengkhianatan, pencurian serta pembunuhan. Ketika dosa Akhan diketahui, ia dibawa ke hadapan Yosua, pemimpin umat Allah.

Apa yang dikatakan Yosua pada Akhan sangat penting; Anakku, hormatilah TUHAN, Allah Israel dan mengakulah di hadapanNya; katakanlah kepadaku apa yang kau perbuat, jangan sembunyikan kepadaku (Yos. 7:19). Akhan mengakui dosanya dan lalu ia dibawa keluar dan dibunuh untuk tindakannya. Alkitab tidak mengatakan apakah ia mendapatkan hidup kekal atau tidak. Mungkin ia mendapatkannya. Namun dalam setiap kasus, Akhan memuliakan Allah dengan mengakui dosanya. Pertobatan, seperti juga iman, memberikan kemuliaan kepada Allah.

Kemudian, muliakanlah Allah dalam ibadah Anda. Inilah yang pemazmur sering anjurkan kita lakukan. Berilah kepada TUHAN kemuliaan namaNya (Mzm 29:2A). Mazmurkanlah kemuliaan namaNya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! (Mzm 66:2A). Aku hendak bersyukur kepadaMu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku dan memuliakan namaMu, untuk selama-lamanya (Mzm 86:12). Kapanpun kita menyembah Allah, ktia melakukan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai ciptaan. Dalam doa-doa dan pujian-pujian kita, menyatakan bahwa Allah sendirilah yang mulia.

bersambung...

(dari buku "Mengenal Allah Melalui Kisah-Kisah dalam Alkitab" [Batam: Interaksara, 2001]).