Bila sekarang ini kita merenungkan tentang kemuliaan kasih Kristus, maka kita akan menemukan kasih Allah Bapa di dalam natur IlahiNya. Tetapi bukannya itu saja, ketika Ia mengungkapkan kasihNya, Ia pun sedang berada dalam natur seorang manusia. Kasih di dalam dua natur tersebut begitu berbeda, namun datang dari satu Pribadi yakni Yesus Kristus. TindakanNya mengambil natur manusia merupakan suatu perwujudan dari kasih yang tak terkatakan namun ini merupakan tindakan yang semata-mata bersumberkan pada natur IlahiNya. Sebaliknya, kematianNya di kayu salib merupakan tindakan yang bersumberkan pada natur manusiawiNya saja. Namun demikian, keduanya adalah benar-benar tindakanNya sebagaimana yang kita baca dalam 1 Yohanes 3:16: "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita".
Saya ingin menganjurkan agar saudara secara terus menerus mempersiapkan pikiran saudara bagi hal-hal sorgawi, dengan secara serius merenungkan tentang kemuliaan kasih Kristus. Hal ini tidak dapat dilakukan jika pikiran kita penuh dengan hal-hal duniawi. Jangan hendaknya kita berpuas diri hanya dengan memiliki suatu pemikiran umum tentang kasih Kristus, tetapi berusahalah merenungkannya secara lebih terperinci:
Pertama, coba perhatikan. Siapakah sebenarnya yang memiliki kasih tersebut: kasih tersebut adalah kasih Anak Allah, yang adalah juga Anak Manusia. Sebagaimana Ia unik, demikian pula kasihNya unik.
Kedua, pikirkan tentang hikmat, kebaikan, dan anugerah yang dinyatakan melalui tindakan-tindakan kekalNya yang bersumber pada natur IlahiNya, dan pikirkan pula tentang kasih sayangNya yang bersumberkan pada natur manusiaNya, di dalam semua hal yang dilakukanNya serta dialamiNya demi kita (lih. Ef. 3:9; Ibr. 2:14, 15; Why. 1:5).
Ketiga, sesungguhnyalah kita patut memperoleh kebencian, namun ternyata Alkitab menyatakan "Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1 Yoh. 4:10). Kasih Kristus tidak menjadi berkurang, walaupun keberadaan kita secara rohani sama sekali tidak menarik.
Keempat, kuasa yang bersumberkan pada kasih sedemikian di dalam hidup kita akan memampukan kita untuk berbuah bagi kemuliaanNya. Selain itu kita dapat merenungkan pengajaran Kitab Suci yang mencatat tetnang manisnya kasih Kristus. Jangan merasa puas hanya dengan memiliki ide yang benar tentang kasih Kristus tetapi kecaplah dalam hati saudara betapa pemurahnya Allah itu (lih. Kid. 2:2-5). Kristus adalah makanan bagi jiwa kita. Tidak ada makanan rohani yang lebih bernilai dibandingkan dengan kasihNya kepada kita, yang seharusnya senantiasa kita rindukan.
(dari buku "Kemuliaan Kristus")