Zefanya merinci garis besar pemberitaan Amos tentang hari Tuhan (bnd Am 5:18-20) dan memperlihatkan sungguh-sungguh "Hari itu kegelapan, bukan terang" (ay 18; lihat juga Yes 2:9-22). Dengan memakai metafora yang unik, hari itu disamakan dengan perjamuan di mana orang-orang yang berharap menjadi tamu berbalik menjadi korban (Zef 1:7-8; bnd cerita tentang Ishak, Kej. 22:7). Maksudnya jelas. Orang Yehuda mengira Allah akan membela mereka di depan bangsa-bangsa lain. Tetapi Allah tetap bertujuan membela dan membenarkan keadilanNya secara universal (Zef 1:18; 2:4-15), walaupun tujuan itu membawa penderitaan kepada Yehuda, para tetangga dan para musuh mereka.
Sebagai penafsir Perjanjian Allah, Zefanya melihat bahwa hukuman Allah terhadap Yehuda memang keras, namun bukanlah akhir dari segalanya. Dengan memulihkan sisa umat itu, kasih Allah dalam perjanjianNya akan menang. Pemulihan ini merupakan segi positif dan kreatif dari penghukuman; tanpa itu sisa Israel yang dimurnikan tidak dapat muncul. Hukuman Allah berarti kehancuran bagi yang jahat dan pembenaran bagi yang benar yang karena dimurnikan oleh penderitaan dapat melayaniNya lebih murni. Mengikuti Amos 3:12; Yesaya 4:2-3 dan Mikha 5:7-8, Zefanya melihat sisa Yehuda akan berkuasa atas musuh-musuh Allah (Zef. 2:7), melayani Allah dengan rendah hati, jujur dan tulus (Zef 3:12-13) dan merupakan pasukan yang berjaya karena percaya kepada Tuhan (ayat 17), bukan karena keunggulan militer.
bersambung...
(dari buku "Pengantar Perjanjian Lama 2")