Melalui pencobaan kita mempelajari beberapa hal di antaranya:
Pertama, menghindarkan kita dari percaya diri yang salah (penilaian diri terlalu tinggi).
Kedua, membawa kita bergumul, berjuang sehingga memiliki semangat juang, dan melaluinya kita bertumbuh.
Ketiga, iman kita dimurnikan. Seperti pengalaman bangsa Israel yang tidak bertobat dari dosa mereka, Tuhan mengirim orang Kasdim untuk menyerang mereka (lihat kitab Habakuk). Dengan cara itu, Israel belajar dimurnikan imannya dan mengalami pertobatan sejati.
Keempat, kehidupan yang berjaga-jaga, memelihara kesadaran eskatologis, dan tidak lengah, ini adalah ciri khas orang-orang pilihan yang sejati.
Di akhir hidupnya, Martin Luther ingin sekali menulis satu buku tentang 'Anfechtung' (pencobaan/ penggocohan dari iblis). Menurut Luther, tanpa itu seseorang tidak bisa mengerti firman Tuhan, tidak bisa mengerti apa itu iman, tidak bisa mengerti takut akan Tuhan, dan tidak bisa mengerti cinta kasih Tuhan. Barangsiapa tidak pernah mengalami pencobaan, ia tidak pernah bisa mengetahui apa itu pengharapan.
Dalam kehidupan Luther, kita melihat bahwa dia mengalami banyak pergumulan dan justru melalui pergumulan tersebut dia dibentuk menjadi seseorang yang dipakai Tuhan dengan luar biasa. Jika dalam perjalanan iman, kita kadang-kadang merasa penat, lelah dan mungkin bahkan jenuh karena pergumulan yang tidak ada habis-habisnya, kita justru harus belajar bersyukur karena sesungguhnya Tuhan sangat mengasihi kita. Orang yang dikasihi Tuhan justru dibentuk, dididik dan disempurnakanNya.
(dari buku "Ajarlah Kami Bertumbuh: Refleksi atas Surat 1 Korintus")