Manusia hanya bisa hidup dalam persekutuan. Itulah kebenaran asasi tentang keinsanian. Gerakan Pencerahan memang telah berbuat banyak dengan mengangkat ke permukaan berbagai ihwal yang tidak pantas, namun filsafatnya yang mendatangkan malapetaka ialah pendapat yang diajarkannya bahwa individu adalah pusat rasional dari kesadaran dirinya. Konsekuensinya pada hari ini ialah, manusia mengutamakan diri saja.
Seperti telah diutarakan di atas, akibat filsafat Pencerahan ialah pemilah-milahan yang sangat disayangkan dalam kebudayaan kita sehingga menganga jarak antara fakta dan nilai, antara akal budi dan tubuh, antara pemikiran dan emosi, antara roh dan materi, antara subyek dan obyek, dengan konsekuensi bahwa pengertian seperti makna, tujuan, persekutuan, dan komunitas, menjadi tidak bisa dihayati orang lagi.
Padahal 'gambar dan rupa Allah' berarti hubungan yang pribadi dan bukan hubungan hanya antara Allah dan manusia melainkan juga hubungan antara manusia dan lingkungan sesamanya. Perasaan sunyi dan terisolasi yang melanda banyak orang dalam masyarakat modern, yang sewaktu-waktu bisa juga menimpa semua anggota dari suatu keluarga yang tinggal serumah pada saat bersama-sama menonton TV yang sama, karena mereka tidak punya persekutuan lagi, menggarisbawahi ucapan dalam Kitab Kejadian, yang mengatakan 'tidak baik kalau manusia seorang diri saja'.
Karena itu, Tuhan Allah merencanakan 'Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia' (2:18). Marilah kita simak arti kita-kata ini, sebelum membaca tentang pembentukan perempuan dalam ayat 21-22.
Perkataan 'ezer kenegdo' (Ibrani) diterjemahkan 'penolong yang sepadan'. Arti 'ezer' ialah seorang yang membantu dan memberi semangat, yang melengkapi kekurangan dari orang yang dibantunya. Istilah ini sering dipakai dalam PL, berkenaan dengan bantuan dari Allah (misalnya Mzm 33:20). Kata sifat 'kenegdo' agaknya bertalian dengan kata kerja yang berarti 'menjadi jelas atau kentara'. Kata benda yang bertalian menunjuk kepada seorang yang ulung.
Jadi dengan 'seorang penolong yang sepadan' mungkin yang dimaksud ialah penolong yang sama ulungnya, atau sama kekhususannya. Ini menunjukkan bahwa penolong ini pasti layak berdiri di hadapan manusia sebagai imbangannya, temannya, pelengkapnya. Tidak terkandung di sini rasa inferioritas, rasa di bawah ukuran atau rasa diperuntukkan sebagai budak, melainkan seorang yang mirip dengan dia tapi 'kebalikan dari dia' (arti bahasa Ibrani yang harfiah). Mereka yang mendengung-dengungkan superioritas lelaki atas perempuan tidak akan mendapat dukungan dari ayat ini.
Tapi sebelum penolong yang sepadan ini ditemui, pembaca diingatkan bahwa Tuhan Allah menjadikan hewan ternak, binatang dan burung juga, dan semuanya dibawa ke hadapan manusia.
(dari tafsiran "Kejadian 1-11").