Urusan pengampunan ini sama sekali bukanlah soal mudah... Kita berkata, "baiklah, kalau orang itu menyesal dan mohon maaf pada saya, saya akan memaafkannya, lalu saya akan mengalah". Kita menjadikan pengampunan sebagai hukum timbal balik. Dan ini tidak pernah berhasil. Karena kami berdua bersama-sama berkata dalam hati, "Orang itu yang harus mengambil langkah pertama". Dan kemudian saya mengamati seperti elang untuk melihat apakah orang itu akan memberi tanda pada saya dengan matanya, atau apakah saya bisa mendeteksi semacam petunjuk yang tersirat yang memperlihatkan ia menyesal. Saya selalu siap memaafkan... tapi saya tidak pernah memaafkan. Saya sangat terlalu adil...
(dari buku Philip Yancey, "Keajaiban Kasih Karunia" [Batam: Gospel Press])