[Paulus memuji Kitab Suci, pertama berdasarkan otoritasnya, dan kedua berdasarkan kegunaan yang timbul darinya. Untuk menjunjung tinggi otoritas Kitab Suci, ia menyatakannya sebagai diinspirasikan secara ilahi (divinitus inspiratam); karena jika demikian Kitab Suci tidak terbantahkan dan manusia harus menerimanya dengan hormat...
...
Maka siapapun yang ingin mengambil keuntungan dari Kitab Suci, biarlah ia lebih dahulu menetapkan sebagai pengertian yang tetap, pendiriannya ini - bahwa Hukum Taurat dan kitab para nabi bukanlah ajaran yang dihasilkan oleh kehendak manusia tetapi didiktekan (dictatam) oleh Roh Kudus...
...
Musa dan para nabi tidak mengucapkan dengan sembarangan apa yang kita miliki dari tangan mereka tetapi karena mereka berbicara oleh dorongan ilahi, mereka dengan yakin dan tanpa takut menyaksikan sebagaimana sesungguhnya halnya, bahwa mulut Tuhanlah yang berbicara...
Kita menghormati Kitab Suci sama seperti kita menghormati Allah, karena Kitab Suci telah keluar dari Dia saja, dan tidak ada pikiran manusia apapun yang tercampur di dalamnya...
(dari buku David Hall & Peter Lillback, "Penuntun Ke Dalam Theologi Institutes Calvin" [Surabaya: Momentum])