Keajaiban-keajaiban sepertinya berarti hal-hal agung dalam dunia yang abadi. Daud telah memandang keajaiban-keajaiban dunia ini - ia telah mengalihkan pandangannya pada keajaiban-keajaiban alam semesta, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pepohonan dan sungai-sungai. Ia telah melihat banyak keajaiban seni; tetapi sekarang ia ingin melihat keajaiban rohani yang ada di dalam Alkitab. Ia ingin tahu mengenai Allah sendiri dalam seluruh kemuliaan, kesucian, dan kasih karunia-Nya. Ia ingin mengetahui jalan keselamatan melalui Juruselamat yang disalibkan, dan kemuliaan yang kemudian menyertai hal itu. Inilah keajaiban-keajaiban yang ingin dilihat Daud.
"Singkapkanlah mataku". Mata Daud tidak buta, matanya juga tidak kabur. Ia sebetulnya bisa membaca Alkitab dari awal sampai akhir, namun ia merasa bahwa membutuhkan lebih banyak cahaya terang. Ia merasa bahwa ia perlu melihat lebih dalam, perlu dibukakan mata hatinya. Ia merasa bahwa bila ia hanya memiliki mata jasmani dan pengertian alami belaka, ia tidak akan mampu menemukan keajaiban-keajaiban yang begitu didambakannya. Ia menginginkan pengajaran Ilahi - obat penawar bagi mata batinnya; dan karena itu seolah-olah ia tidak mau membuka Alkitab tanpa doa, "singkapkanlah mataku".
(dari buku "Tujuh Permata Sukacita" [Jakarta: Gunung Mulia])