Orang sering membandingkan [Martin] Luther dengan [John] Calvin, lalu mengatakan bahwa Calvin lebih memperhatikan susunan gereja dan hubungan gereja dengan dunia. Akan tetapi, orang sering lupa bahwa Calvin mempunyai tugas yang berbeda dibandingkan dengan Luther. Calvin hanya dapat memenuhi tugas ini di atas pundak reformator yang pertama. Selain itu, Calvin hidup dalam lingkungan yang lain sama sekali. Artinya, ia mempunyai lebih banyak kemungkinan ketimbang Luther di dalam kerajaan Sachsen yang bersuasana patriarkat. Metode-metode reformator Genewa tersebut sebenarnya juga mempunyai kekurangan-kekurangan. Akhirnya, kedua reformator tadi merupakan pribadi-pribadi yang berlainan sama sekali! Mereka mengalami perkembangan yang berbeda.
Calvin adalah seorang pemikir yang jauh lebih logis dari pada Luther, melihat persoalan dengan pandangan yang tajam, serta mengambil keputusan secara cepat dan radikal. Sesudah pergumulan yang melelahkan, Luther baru terlepas dari persoalan-persoalan tradisi. Ia bukan seorang manusia yang rasional. Ia tidak membangun suatu sistem teologi. Ia melakukan jauh lebih banyak: merangkum dalam pemberitaannya suatu kekayaan yang hidup, yang tidak dapat diuraikan atau diikhtiarkan, sekalipun paradoksal seperti Injil itu sendiri, secara lgosi dalam buku pelajaran manapun.
Luther dan Calvin tidak pernah bertemu satu sama lain. Seandainya hal itu terjadi, pertemuan tersebut pasti jauh lebih akrab dibanding pertemuan Luther dan Zwingli. Ia pun tidak pernah merasakan persahabatan dengan para pengikut Zwingli. Melanchton seringkali harus mengingatkan Luther tentang kebenciannya terhadap Calvin pada masa akhir hidupnya. Sikapnya sangat berlainan dengan Calvin yang masih muda. Pada tahun 1539, tampaknya ia setuju dengan anggapan Calvin tentang Perjamuan Kudus. Persoalan utama Luther dan Calvin dalam sakramen itu, ialah perbuatan Allah, bukan manusia.
Tatkala orang menunjukkan kepada Luther bahwa Calvin menenatang ajarannya tentang kehadiran jasmaniah dari tubuh dan darah Kristus dalam anggur dan roti, maka jawabnya, "Saya berharap suatu kali ia akan berpendapat lebih baik tentang kita. Namun, kita mesti sedikit bersabar terhadap jiwa yang besar seperti itu".
Pada tahun terakhir hidupnya, menurut surat kabar yang terpercaya, di sebuah toko buku di Wittenberg, Luther menemukan sebuah tulisan dari tangan reformator Genewa tentang Perjamuan Kudus yang baru saja diterbitkan. Di toko buku tadi ia juga mulai membacanya dan berkata kepada pedagang buku itu, "Orang yang membuat tulisan ini adalah seorang yang terpelajar dan saleh. Bila Oecolampadius dan Zwingli berpikir seperti dia, maka perbantahan semacam itu tidak akan pernah terjadi".
Calvin pun menaruh hormat yang sebesar-besarnya kepada Luther. "Saya ingin", tulis Calvin kepada seorang kawannya, "supaya engkau betul-betul mengingat betapa Luther merupakan seorang yang besar. Betapa ia dianugerahi dengan karunia-karunia yang luar biasa. Betapa ia memerangi kerajaan anti-Kristus dengan hati yang berani dan tetap melalui kecakapan serta kekuatan yang besar. Betapa ia bersusah payah menyebarkan ajaran keselamatan yang dilakukannya secara rajin".
(dari buku "Martin Luther" [Jakarta: Gunung Mulia])