Bagaimana Allah menentukan usaha dan pekerjaan manusia itu. Allah menempatkan Adam di situ, bukan seperti menempatkan Lewiatan di dalam air supaya bisa bermain di situ, melainkan supaya menghiasi taman itu dan mengurusnya. Firdaus itu sendiri bukanlah tempat supaya ia bisa bebas dari pekerjaan. Perhatikanlah di sini,
Pertama, tidak seorangpun dari kita yang dihadirkan di dunia ini untuk bermalas-malasan. Dia menciptakan kita lengkap dengan jiwa dan tubuh, telah memberi kita sesuatu untuk dikerjakan. Dan Dia yang memberi kita bumi ini untuk ditempati telah menyediakan sesuatu bagi kita untuk dikerjakan. Jika keturunan bangsawan, harta berlimpah, daerah kekuasaan yang luas, ketulusan sempeurna, kecondongan untuk bersaat teduh, atau keluarga kecil mampu memberi manusia izin untuk bersenang-senang, Adam tidak akan diberi tugas untuk bekerja. Namun, Dia yang telah menjadikan kita juga telah memberi kita tugas untuk melayani Dia dan angkatan kita, serta mengerjakan keselamatan kita. Jika kita melalaikan tugas, kita tidak layak menerima keberadaan kita serta pemeliharaan-Nya.
Kedua, pekerjaan dunia akan berhasil dengan baik apabila dikerjakan dengan ketulusan dan hidup bersekutu dengan Allah. Sementara berada di dunia ini, anak-anak Tuhan serta pewaris sorga mempunyai sesuatu untuk dikerjakan dengean bumi ini, yang patut menerima waktu dan pikiran mereka ini. Jika mereka melakukannya sambil mengingat Allah, mereka juga beribadah kepada-Nya sama seperti ketika mereka sedang berlutut.
Ketiga, panggilan seorang petani merupakan panggilan terhormat yang berlaku sejak zaman dahulu, yang dibutuhkan bahkan di taman Firdaus. Taman Eden yang meskipun tidak perlu dibersihkan dari gulma atau rumput liar (sebab ketika itu tanaman berduri belum menjadi gangguan) tetap saja harus ditata dan dipelihara. Alam, bahkan dalam keadaaan paling awalsekalipun, menyisakan ruang untuk meningkatkan keterampilan dan ketekunan. Ini adalah panggilan yang pantas dalam keadaan tanpa dosa, untuk membuat pembekalan bagi kehidupan dan bukan untuk hawa nafsu, serta memberi manusai kesempatan untuk mengagumi Sang Pencipta sambil mengakui pemeliharaan-Nya. Sementara tangannya sibuk mengurus pepohonan, hatinya bisa tetap bersama Allah.
Keempat, terdapat sukacita sejati dalam panggilan untuk melaksanakan tugas yang dberikan Allah kepada kita. Tugas Adam sama sekali bukan menjadi beban melainkan justru menambah kesenangan di taman firdaus. Ia tidak akan bahagia seandainya bermalas-malasan. Hukum ini masih saja berlaku: orang yang tidak mau bekerja tidak berhak untuk makan (2 Tes. 3:10; Ams. 27:23).
(Tafsiran Kitab Kejadian [Surabaya: Momentum])