Sembari Tuhan 
persiapkan Yusuf, iman sangatlah memegang peranan. Yusuf yang semula adalah 
murid Tuhan yang tersembunyi, harus berani menyatakan diri pada saat Tuhan mau 
memakai dia. Hal ini sangatlah beresiko bagi dia karena dia akan dianggap 
sebagai pengkhianat dalam Sanhedrin. Orang Yahudi tidak akan membiarkan hidup 
orang yang mengganggu keberadaannya, dan salah satu orang yang sudah dimatikan 
adalah Tuhan Yesus. Inilah iman Yusuf, dia rela meresikokan nyawanya sekalipun 
demi untuk Tuhan Yesus. Orang yang kaya jika berkorban adalah lebih sulit 
daripada orang yang miskin jika berkorban. Karir yang sudah dirintis puluhan 
tahun, kekayaan yang sudah diperolehnya harus rela dilepaskannya, bahkan 
nyawanya sekalipun. 
Sebagai Saulus, hidup 
jauh lebih enak karena punya kedudukan, punya kuasa, dihormati banyak orang; 
tetapi sebagai Paulus, hidup jauh lebih tidak enak karena dipukuli, dimasukkan 
penjara, bahkan mati sebagai martir. Saulus bukanlah anak Tuhan, orang yang 
sangat jahat, orang binasa; sedangkan Paulus adalah anak Tuhan yang beroleh 
anugerah Tuhan. Sebagai orang Kristen sejati, seharusnya kita berani menanggung 
resiko dalam menjalankan misi Tuhan. Sebagai orang Kristen sejati yang berdiri 
dalam kebenaran, jangan pernah kita mengorbankan kebenaran dan mengikuti yang 
salah, justru kita harus dapat membawa yang salah kepada yang benar. 
Yusuf dari Arimatea 
telah mengambil langkah yang sangat dahsyat di dalam iman. Dia muncul bukan pada 
saat Yesus lagi naik daun melainkan ketika Yesus sudah mati. Secara logika 
manusia, apa yang didapatkan oleh Yusuf dengan membela mayat, bukankah hanya 
kerugian semata? Mata Yusuf melihat beda dengan mata orang lain melihat. Situasi 
kengerian tengah ada dalam Sanhedrin pada waktu itu karena terngiang di telinga 
mereka perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa Dia akan bangkit pada hari 
ketiga. Mereka tengah memikirkan cara untuk menutupi isu kebangkitan Yesus. 
Yusuf justru tenang karena dia yakin bahwa Yesus memang akan bangkit, bukan 
murid-murid-Nya yang akan mencuri mayat-Nya. Yusuf yakin bahwa yang dilakukannya 
bukan untuk mayat tetapi untuk Tuhan Yesus yang akan bangkit. Inilah masalah 
iman, dimana pikiran manusia bisa sejalan dengan pikiran Tuhan. Sebagai anak 
Tuhan seharusnya kita bisa masuk ke jalur itu, dimana cara pikir kita sejalan 
dengan pikiran/ kehendak Tuhan dan melihat sebagaimana Tuhan melihat.