Setiap masyarakat dibangun di atas prinsip-prinsip yang khas. Masyarakat Yunani-Romawi mempresuposisikan kepercayaan kepada kebaikan dan supremasi manusia. Agustinus, yang diilhami oleh ajaran Alkitabiah, justru mengajarkan bahwa Allah harus menjadi batu penjuru bagi perkembangan sosial.
Agustinus memberi penekanan pada natur ketrinitasan Allah. Bukunya yang penting "De Trinitate" [Allah Tritunggal] menerima pemahaman Nicea tentang Allah. Ia berkata, "Bapa, Anak dan Roh Kudus berarti satu kesatuan ilahi dari satu substansi yang sama, sebab itu bukan tiga Allah melainkan satu Allah" (1.7.4). Dengan menulis tentang Trinitas, ia berharap dapat memperkuat iman orang-orang Katolik di mana-mana dan menolong mereka untuk memahami Allah yang maha penting bagi masa kini dan masa depan mereka. Ia hendak memperkuat kasih dan komitmen mereka kepada Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Empat bab pertama dari 15 bab De Trinitate berfokus pada ajaran Alkitabiah tentang Allah. Tiga bab berikut mengajarkan tentang kesatuan Allah dan juga bahwa masing-masing dari ketiga Pribadi itu bereksistensi dalam distingsi [perbedaan] terhadap pribadi-pribadi lain dalam keberadaan mereka yang kekal. Delapan bab terakhir, meski pun merujuk kepada Alkitab, merupakan usaha yang rasional dan kreatif untuk menerangkan tentang Trinitas.
bersambung...
(dari buku "Membangun Wawasan Dunia Kristen 2" [Surabaya: Momentum])