Pada masa tuanya Musa menuliskan syair yang dapat kita baca di dalam Mazmur 90 ini, "masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan" (ayat 10). Hidup manusia penuh dengan penderitaan dan keluhan. Ini bukan suatu konsep yang pesimis atau negatif. Kita harus mengetahui segala kesulitan yang ada tetapi dengan iman kita menyatakan kemenangan di dalam segala kesulitan itu. Kita tidak boleh menjadi orang pesimis yang tidak berpengharapan.
Secara pesimis kita harus melihat bahwa kesulitan memang ada, tetapi secara optimis kita juga harus melihat bahwa kita berpengharapan di dalam iman kepercayaan kita. Maksudnya kita harus dapat melihat segala kemungkinan keadaan yang paling jelek, tetapi setelah itu kiat harus berani bertindak dengan iman menghadapi dan menyelesaikan segala kesulitan itu.
Inilah iman yang sejati, yang dinamis dan memberikan pengharapan serta kemenangan kepada manusia. Sejarah umat manusia telah ditulis oleh orang-orang melankolik yang luar biasa pintar sekali, sebab mereka sudah melihat atau memikirkan segala kesulitan sebelum mengalaminya. Tetapi, setelah melihat segala kesulitan lalu kehilangan pengharapan, celaka sekali.
Mengapa Musa menulis syair dengan kalimat seperti demikian? Karena Musa menyaksikan sendiri orang-orang yang dipimpinnya keluar dari tanah Mesir satu per satu mati dihukum oleh Tuhan karena dosa dan ketidaktaatan mereka, dan kebanyakan mereka yang mati itu berumur 70 sampai 80 tahun. Mengapa Musa sendiri berumur 120 tahun? Karena Tuhan ingin memberikan tugas khusus kepadanya. Mus adalah orang pertama yang menerima Wahyu Allah untuk menuliskan kelima kitab yang pertama dalam Kitab Suci. Dia menerima Wahyu dan mengetahui bahwa dunia ini dicipta oleh Tuhan dan segala rencana Allah di dalam sejarah. Musa mengetahui bahwa hidup manusia penuh dengan penderitaan dan keluhan.
(dari buku "Waktu dan Hikmat")