Banyak orang saat ini mengatakan bahwa Yesus tidak berperasaan dan tidak mengasihi karena membiarkan Lazarus mati. Dan mereka akan menambahkan kritik ini: yaitu bahwa Ia arogan dan menyombongkan diri karena Ia termotivasi oleh hasrat untuk mempertontonkan kemuliaan-Nya sendiri.
Hal ini memang memperlihatkan bahwa buat kebanyakan orang, nilai kehidupan yang bebas rasa sakit itu jauh melampaui kemuliaan Allah. Bagi kebanyakan orang, kasih adalah peletakan nilai kemanusiaan dan kesejahteraan manusia pada tingkat tertinggi. Dengan demikian tidaklah masuk akal bagi mereka bila dikatakan bahwa tindakan Yesus adalah perilaku mengasihi.
Namun marilah kita mempelajari dari Yesus apakah itu kasih dan apakah kesejahteraan kita yang sesungguhnya. Kasih adalah melakukan apa saja yang Anda butuhkan untuk menolong orang melihat dan mencecap kemuliaan Allah dalam Kristus untuk selama-lamanya. Kasih menempatkan Allah di pusat. Meniru Yesus dalam hal ini tidak berarti mengasihi dengan mempertontonkan kemuliaan kita. Meniru berarti kita memperlihatkan kemuliaan-Nya.
Yesus memperlihatkan kemuliaan diri-Nya dan Bapa-Nya. Kita harus memuliakan Yesus dan Bapa-Nya. Yesus adalah Pribadi di alam semesta ini yang untuk-Nya ekaltasi diri merupakan kebajikan tertinggi dan tindakan kasih terbesar. Kita bukanlah Allah. Karena itu, bukanlah kasih namanya jika kita mengarahkan orang lain kepada diri kita sebagai landasan bagi sukacita mereka. Yang seperti itu adalah sebuah gangguan yang tidak berdasarkan kasih. Kasih berarti menolong orang lain melihat dan mengecap Kristus untuk selama-lamanya.
(dari buku "God is the Gospel" [Malang: Literatur SAAT])