Senin, 30 September 2013

Kalimat Penting: Berdoa & Air Mata

"Berdoa berarti membiarkan hati kita sendiri menjadi tempat di mana air mata Tuhan dan air mata anak-anak Tuhan dapat larut menjadi satu dan menjadi air mata pengharapan".

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur" (Mat. 5:4).

(dari buku "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pendoa")

Kalimat Penting: Berdoa & Bersungut-Sungut

"Bila orang-orang Kristen berdoa sebanyak mereka bersungut-sungut, segera mereka tidak akan punya alasan untuk bersungut-sungut".

"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda sebagai anak-anak Allah" (Flp. 2:14, 15).

(dari buku "Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pendoa")

Minggu, 29 September 2013

Kalimat Penting: Pdt. Stephen Tong: Firman Tuhan Melampaui Bahasa

"Paling tidak berguna bahasanya bagus tetapi tidak ada isinya. Firman Tuhan melampaui bahasa. 'Message is more important than language'. Pada waktu John Sung berkhotbah dalam bahasa Inggris, bahasanya kurang bagus tetapi kuasa Roh Kudus yang menyertainya luar biasa. Pendengar tetap diberkati karena mereka memperoleh 'message'-nya".

(disampaikan dalam berbagai kesempatan, parafrase oleh saya sendiri).

Kalimat Penting: Pdt. Stephen Tong: Tipe-Tipe Khotbah

"Khotbah terdiri dari beberapa macam. Pertama, 'right sermon' yaitu khotbah yang doktrinnya benar sesuai dengan firman Tuhan. Kedua, 'necessity sermon' yaitu khotbah yang bukan saja doktrinya benar tetapi juga dibutuhkan oleh jemaat/ pendengar. Ketiga, 'good sermon' yaitu di antara beberapa khotbah, bukan saja doktrinnya benar tetapi bersifat sangat baik. Keempat, 'great sermon',  khotbah-khotbah yang agung, yang besar, yang melampaui yang biasa".

(disampaikan dalam berbagai kesempatan dengan pembagian yang bervariatif, diparafrasekan oleh saya).

Sabtu, 28 September 2013

Ayat-Ayat: Bangsa & Negara Menurut Amsal (2)

20:28  Kasih dan setia melindungi raja, dan dengan kasih ia menopang takhtanya.

21:1  Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.

22:11  Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja.

22:29  Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.

24:21  Hai anakku, takutilah TUHAN dan raja; jangan melawan terhadap kedua-duanya.

25:2  Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.

25:3  Seperti tingginya langit dan dalamnya bumi, demikianlah hati raja-raja tidak terduga.

25:5  Sisihkanlah orang fasik dari hadapan raja, maka kokohlah takhtanya oleh kebenaran.

29:4  Dengan keadilan seorang raja menegakkan negerinya, tetapi orang yang memungut banyak pajak meruntuhkannya.

29:14  Raja yang menghakimi orang lemah dengan adil, takhtanya tetap kokoh untuk selama-lamanya.

31:3  Jangan berikan kekuatanmu kepada perempuan, dan jalanmu kepada perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja.

31:4  Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman keras,

Ayat-Ayat: Bangsa & Negara Menurut Amsal (1)

8:16  Karena aku [hikmat] para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi.

11:14  Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada.

14:28  Dalam besarnya jumlah rakyat terletak kemegahan raja, tetapi tanpa rakyat runtuhlah pemerintah.

14:34  Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.

14:35  Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi, tetapi kemarahannya menimpa orang yang membuat malu.

16:10  Keputusan dari Allah ada di bibir raja, kalau ia mengadili mulutnya tidak berbuat salah.

16:12  Melakukan kefasikan adalah kekejian bagi raja, karena takhta menjadi kokoh oleh kebenaran.

16:13  Bibir yang benar dikenan raja, dan orang yang berbicara jujur dikasihi-Nya.

16:14  Kegeraman raja adalah bentara maut, tetapi orang bijak memadamkannya.

16:15  Wajah raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya seperti awan hujan musim semi.

19:12  Kemarahan raja adalah seperti raung singa muda, tetapi kebaikannya seperti embun yang turun ke atas rumput.

20:2  Kegentaran yang datang dari raja adalah seperti raung singa muda, siapa membangkitkan marahnya membahayakan dirinya.

20:8  Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala yang jahat dengan matanya.

20:26  Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik, dan menggilas mereka berulang-ulang.

Jumat, 27 September 2013

Charles Hodge: Makna Doa (2)

Asumsi kedua, Allah, meskipun suatu Pribadi, tetapi bukannya Ia tinggal jauh di dalam keluasanNya (immensity) dan tidak memiliki komunikasi dengan ciptaanNya di dunia. Doa dengan demikian mengasumsikan bahwa Allah dekat dengan kita, bahwa Ia bukan saja dapat tetapi mau berkomunikasi dengan kita, mendengar dan menjawab, bahwa Ia mengetahui pikiran kita dan doa-doa yang tak tersampaikan pun Ia pahami.

Ketiga, doa mengasumsikan bahwa Allah memiliki kontrol personal atas seluruh alam semesta; semuanya keluar dari Dia; bahwa Ia memerintah semua ciptaan dan tindakanNya. Doa mengasumsikan bahwa Ia bukan hanya menciptakan segala sesuatu dan melimpahkan dengan materi dan pikiran serta kekuatan dan dorongan tetapi bahwa Ia hadir di segala tempat, mengendalikan segala kekuatan dan kuasa, sehingga tidak ada hal apapun yang terjadi tanpa arahan atau ijin Tuhan.

(dari buku "Systematic Theology" Vol. III)

Charles Hodge: Makna Doa (1)

Doa adalah percakapan jiwa dengan Allah. Di dalamnya kita memanifestasikan atau menyatakan kepada Allah, penghormatan dan cinta kepada kesempurnaan IlahiNya, syukur kepada semua belas kasihanNya, pengakuan dosa kita, pengharapan kita akan kasih pengampunanNya, ketundukkan kita kepada otoritasNya, keyakinan kita akan pemeliharaanNya, keinginan kita untuk berkenan kepadaNya, dan untuk kebutuhan-kebutuhan berkat pemeliharaan dan berkat rohani yang diperlukan oleh kita dan orang lain.
...
Doa mengasumsikan yang pertama adalah bahwa Allah itu berpribadi (personality of God). Hanya suatu pribadi yang dapat mengatakan "Saya" dan disebut "Engkau"; hanya pribadi yang dapat menjadi subyek dan obyek dari aksi intelektual, dapat memahami dan menjawab, dapat mengasihi dan dikasihi dan bercakap-cakap dengan orang lain. Bila Allah hanyalah sebuah nama untuk kuasa yang tidak dikenal, atau untuk tatanan moral dari alam semesta, maka doa menjadi irasional dan tidak mungkin.

bersambung...

(dari buku "Systematic Theology" Vol. III)

Kamis, 26 September 2013

Masalah Jangan Jadi Berhala (2)

Kedua, mari kita bedakan masalah dengan kekuatiran. Dalam pandangan saya, kekuatiran lebih besar dari permasalahan itu sendiri. Bila kita beri skala dalam skala 10, masalah itu 3, maka kekuatiran bisa menggelembungkannya menjadi 7. Yang seharusnya kita hadapi adalah masalah secara jernih. Itu sebabnya, kita perlu berpikir dengan tenang dan jernih dalam menghadapi masalah. Manakah sebenarnya yang merupakan masalah dan manakah yang merupakan kekuatiran. Tuhan Yesus berkata kepada Marta: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan dirimu dengan banyak perkara" (Luk. 10:41). Orang yang kuatir, bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi malah menyusahkan dirinya dengan masalah-masalah baru.

Misalnya, orang tua di daerah tiba-tiba merasa kuatir dengan anaknya. Apalagi setelah menyaksikan di televisi, kalau di Jakarta sedang ada demonstrasi buruh besar-besaran. Lalu, tanpa konfirmasi dan pikiran tenang, langsung berangkat ke Jakarta. Akhirnya, dengan membuang uang yang mahal membeli tiket pesawat, meninggalkan pekerjaan di daerah dan berangkat ke Jakarta. Padahal sebenarnya anaknya tidak mengalami masalah apa-apa. Ini hanyalah sebuah contoh yang ekstrim. Keadaan seperti inilah yang kerap dimanfaatkan oleh orang-orang jahat yang tiba-tiba menelepon dan berkata: "Anak bapak ditangkap polisi karena membawa narkoba..."; "Anak ibu sedang di UGD Rumah Sakit karena kecelakaan...". Ujung-ujungnya; "transferlah...". Kalau kita tidak kuatir dan panik, maka penipu-penipu demikian tidak bisa mengambil kesempatan apa-apa.

Ketiga, kalaupun memang ada masalah, marilah kita dengan pikiran tenang menggumulkan beberapa hal. Apakah maksud Tuhan dengan semua masalah ini? Apakah yang harus saya belajar dari masalah ini? Mengapa masalah ini terjadi? Lalu kita juga mulai memikirkan, kalau perlu meminta pendapat orang yang tepat, untuk menyelesaikan masalah itu, asal sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan. Dengan hikmat bijaksana yang diberikan Allah, mari kita belajar mengurai dan mencari penyelesaian yang tepat dan benar.

Terakhir, ini hal yang paling penting, mari kita belajar seperti Kaleb dan Yosua. Di tengah ketakutan seluruh bangsa Israel, mereka melihat kehebatan Allah (Bil. 13). Mari kita belajar percaya bahwa Allah yang kita sembah, yang menebus kita adalah Allah yang berdaulat atas alam semesta. Kalau kita terlalu kuatir dan takut kepada manusia, maka kita menghina Tuhan. Mari kita belajar mempercayakan banyak hal kepada Tuhan. Ambil waktu untuk berdoa. Kalau perlu berpuasa.

Tuhan memberkati...

Masalah Jangan Jadi Berhala (1)

J.I Packer mengatakan bahwa prinsip dasar Alkitab adalah apapun yang membentuk dan mengendalikan hidup seseorang adalah berhala yang disembahnya. ("Allah dan Kebudayaan" [Surabaya: Momentum]). Dengan kata lain, apapun yang mengendalikan hati, pikiran bahkan tindakan manusia itu sebenarnya adalah berhala dalam hidupnya.

Secara tidak sadar, orang percaya kadang-kadang memberhalakan masalah. Ketika ditanya: "apa yang mau didoakan?" Jawabannya adalah "ada banyak masalah". Seluruh hidup dibaca dalam kacamata/ framework masalah. Suami/istri adalah pembuat masalah. Kantor adalah pabrik masalah. Anak adalah penggembur masalah. Gereja adalah penambah masalah. Tidak heran, hidup begitu melelahkan karena seluruh lembaran hidup berwarna gelap yakni penuh dengan masalah.

Pada tataran ini, kita sebenarnya sedang memberhalakan masalah. Mengapa demikian? Karena hati, pikiran, hidup dan bisa-bisa tindakan kita dikendalikan oleh yang namanya masalah.

Kalau kita dapat menguraikan dengan tenang maka:

Pertama, tidak semua yang dianggap masalah itu sebenarnya memang bermasalah. Mari kita definisikan apakah masalah itu sebenarnya. Salah satu definisi dari TheFreeDictionary adalah situasi di mana seseorang berhadapan dengan kesulitan. KamusBahasaIndonesia versi online melihat masalah sebagai sesuatu yang harus dipecahkan yang ada kerumitannya. Jadi, bagi saya, masalah itu adalah sesuatu yang pelik, yang tidak langsung ada pemecahannya, yang sulit. Konflik, kontradiksi, simalakama, yang sulit dipecahkan, merupakan sebagian gambaran dari apa yang disebut masalah.

Jadi, sebagai contoh, mengantar anak sekolah bukan masalah. Kalau tidak mempunyai uang membayar sekolah dan mengantar anak sekolah, barulah timbul masalah. Memang hal itu sudah merupakan tugas kita sebagai orang tua. Kita mau menikah, harus bersedia mempunyai anak. Jadi, karena itu, harus mengantar anak ke sekolah. Apalagi kita sudah memiliki kendaraan: mobil/ sepeda motor sehingga sebenarnya sudah ada penyelesaian. Rutinitas bukan masalah. Contoh lain, berbelanja rutin di supermarket bukan masalah. Kalau tidak ada uang untuk belanja, itu baru masalah. Hidup kita harus jalan terus. Kita perlu sabun, shampoo, garam, sabun cuci, beras, bumbu, sehingga kita harus berbelanja. Hal ini bukan masalah. Mari kita jalani dengan sukacita.

(bersambung...)

Rabu, 25 September 2013

Sebuah Doa bagi Pergantian Zaman

"Ya Tuhan, zaman sedang terus berganti dari satu filsafat kepada filsafat yang lain, dari satu arus kepada arus yang lain. Sekarang kami melihat hamba-hamba Tuhan yang Engkau pakai, sudah di penghujung perjalanan mereka. Berikanlah kami kekuatan untuk melihat pimpinanMu dan pekerjaanMu di masa pergantian zaman ini. Kiranya, kami bukan saja tidak dibuang tetapi dipimpin untuk berada dalam jalur yang tepat dan tempat yang tepat. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin".

Sebuah Doa bagi Pengkhotbah Kebangunan

"Tuhan, kami mohon kiranya Engkau membangkitkan hamba-hamba Tuhan yang diurapi dengan kuasa kebangunan untuk memimpin zaman yang akan datang kembali kepada Tuhan. Urapilah hamba-hamba Tuhan dengan kuasa kebangunan dua kali lipat dari hamba-hamba Tuhan sebelumnya dan berikanlah kekuatan kepada mereka untuk memikul salib yang dua kali lipat pula. Biarlah melalui hamba-hamba Tuhan itu, keagunganMu dinyatakan dan manusia dibawa kembali kepada Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin".

Selasa, 24 September 2013

Kalimat Penting: John Calvin: Pembenaran Melalui Iman

[Doktrin pembenaran melalui iman adalah melalui iman kita percaya kepada Tuhan Yesus dan pada saat itu, kita dinyatakan benar oleh Allah. Pembenaran bukan menjadikan orang berdosa menjadi orang benar karena ini ketidakadilan. Pembenaran adalah Allah mengumumkan bahwa orang percaya itu orang benar karena orang percaya memakai pakaian kebenaran Kristus]

"Apabila doktrin ini dikesampingkan, kemuliaan Kristus akan padam, agama akan dibuang, gereja akan dihancurkan, dan pengharapan akan keselamatan akan runtuh".

Kalimat Penting: Martin Luther: Pembenaran Melalui Iman

[Doktrin pembenaran melalui iman adalah melalui iman kita percaya kepada Tuhan Yesus dan pada saat itu, kita dinyatakan benar oleh Allah. Pembenaran bukan menjadikan orang berdosa menjadi orang benar karena ini ketidakadilan. Pembenaran adalah Allah mengumumkan bahwa orang percaya itu orang benar karena orang percaya memakai pakaian kebenaran Kristus]

"Doktrin ini sendiri, secara independen, mampu menumbuhkan, merawat, menegakkan, memelihara, dan menopang gereja Allah; dan tanpa doktrin ini, gereja Allah takkan bertahan barang satu jam pun".


Senin, 23 September 2013

John Piper: Rendah Hati = Bergantung Anugerah

Kerendahan hati identik dengan pemahaman bahwa segala pengetahuan keimanan, kehidupan dan tindakan itu bergantung kepada anugerah. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang memegahkan diri" (Efe. 2:8-9). "Dan apakah yang engkau punyai yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri seolah-olah engkau tidak menerimanya?" (1 Kor. 4:7). "Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaanNya... Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu" (Yak. 1:18, 21).

Mungkin ilustrasi paling tepat dalam Alkitab yang menjelaskan relasi antara memegang erat kedaulatan Allah dan melepaskan arogansi yang tercatat dalam Yakobus 4:13-16. Di sini Kitab Yakobus menuliskan bahwa apa yang kita yakini sebagai pemeliharaan Allah yang menyeluruh termasuk hal-hal yang mendasar terkait rencana harian kita, akan menunjukkan apakah kita 'arogan'.

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata 'Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapatkan untung', sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang kelihatan sebentar saja lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: 'Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu'. Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah" (Yak. 4:13-16).

Jadi, kerendahan hati identik dengan melakukan yang sebaliknya. Kerendahan hati berarti menaklukkan momen demi momen kepada kontrol kedaulatan Allah atas rutinitas kehidupan kita, dan dengan tenteram  menempatkan diri kita dalam ketetapan hikmat Allah Sang Pengasih yang teguh sekaligus lembut itu.

(dari buku "Brothers, We Are Not Professionals" [Bandung: Pionir Jaya])

John Piper: Rendah Hati = Konfirmasi Kebenaran & Mengasihi Kristus

Kerendahan hati mengkonfirmasi kebenaran bukan demi memperbesar ego melalui kontrol atau kemenangan dalam perdebatan melainkan demi melayani Kristus dan mengasihi musuh.

"Kasih... bersukacita karena kebenaran" (1 Kor. 13:6). "Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang... Janganlah kamu takut" (Mat. 10:27-28). "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2 Kor. 4:5).

Jika kebenaran itu berharga, maka itu merupakan bagian penting dari kasih. Dan jika kebenaran merupakan instrumen bagi penyelamatan dan pengudusan dan pemeliharaan dan kemerdekaan dan sukacita, maka membicarakan kebenaran merupakan bagian mendasar dari kasih. "Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh. 8:32). "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran" (Yoh. 17:17). "(Orang-Orang) binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka" (2 Tes. 2:10).

Maka, membicarakan kebenaran merupakan pelayanan kepada Kristus dan manifestasi kasih kepada sesama, bahkan sekalipun mereka menganggap diri mereka musuh anda. Ini paling jelas dalam konteks penginjilan, di mana Anda dituduh arogan karena memberitakan Injil kepada kaum Muslim  atau Yahudi atau Buddhis. Ini selalu benar pada masa lampau dalam konteks ladang misi, dan benar pula pada masa kini dalam konteks pusat-pusat keramaian di Amerika yang masyarakatnya lebih dari sekedar toleran itu, di tempat di mana relativisme bukan lagi bermakna bahwa, penegasan Anda atas kebenaran, tidak lebih sah daripada penegasan saya; namun sekarang lebih berarti bahwa, Anda tidak boleh menegaskan bahwa Anda telah berkata benar. Jika tidak demikian, Anda akan dituduh paling bagus, sebagai arogan dan paling buruk sebagai pelaku kejahatan melalui penyebaran rasa permusuhan...

Kita perlu saling mengingatkan bahwa menyampaikan berita Injil itu bukanlah tindakan arogan tetapi justru penuh kasih.

(dari buku "Brothers, We Are Not Professionals" [Bandung: Pionir Jaya])

Minggu, 22 September 2013

Ayat-Ayat: Janji Tuhan dalam Mazmur 119 (2)

119:116  Topanglah aku sesuai dengan janji-Mu, supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu dalam pengharapanku.

119:123  Mataku sangat merindukan keselamatan dari pada-Mu dan merindukan janji-Mu yang adil.

119:133  Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku.

119:140  Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya.

119:148  Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji-Mu.

119:154  Perjuangkanlah perkaraku dan tebuslah aku, hidupkanlah aku sesuai dengan janji-Mu.

119:158  Melihat pengkhianat-pengkhianat, aku merasa jemu, karena mereka tidak berpegang pada janji-Mu.

119:162  Aku gembira atas janji-Mu, seperti orang yang mendapat banyak jarahan.

119:170  Biarlah permohonanku datang ke hadapan-Mu; lepaskanlah aku sesuai dengan janji-Mu.

119:172  Biarlah lidahku menyanyikan janji-Mu, sebab segala perintah-Mu benar.

Ayat-Ayat: Janji Tuhan dalam Mazmur 119 (1)

119:11  Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.

119:38  Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu.

119:41  Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku, ya TUHAN, keselamatan dari pada-Mu itu sesuai dengan janji-Mu,

119:50  Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji-Mu menghidupkan aku.

119:57  Bagianku ialah TUHAN, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman-firman-Mu.

119:58  Aku memohon belas kasihan-Mu dengan segenap hati, kasihanilah aku sesuai dengan janji-Mu.

119:67  Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.

119:76  Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.

119:82  Habis mataku merindukan janji-Mu; aku berkata: "Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?"

119:103  Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.

Sabtu, 21 September 2013

John Piper: Rendah Hati = Tidak Berhak Diperlakukan Baik

Kerendahan hati tidak memiliki keterkaitan dengan perasaan berhak untuk memperoleh perlakuan lebih baik daripada yang diterima Yesus Kristus.

"Jika tuan rumah dipanggil Beelzebul, apalagi seisi rumahnya" (Mat. 10:25). Itu sebabnya, kerendahan hati tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Kerendahan hati tidak membangun kehidupan atas dasar hak-hak yang superfisial. "Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya... Ketika... Ia menderita, ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil" (1 Ptr. 2:21-23).

Mayoritas kemarahan dan sakit hati yang kita alami dalam berelasi bersumber dari asumsi bahwa kita berhak diperlakukan dengan baik. Namun seperti kata George Otis dalam sebuah pertemuan di Manila, "Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan sebuah pertarungan yang adil". Kita hendaknya mengantisipasi perlakuan buruk dan tidak perlu merasa marah jika kita mengalaminya. Akan tampak seperti inilah kerendahan hati itu. Rasul Petrus (1 Ptr. 2:21-23) dan rasul Paulus (Rm 12:19) memberi kita dukungan moral dalam melaksanakan tugas sulit ini dengan mengingatkan kita bahwa Allah akan menghakimi dengan adil dan ketidakadilan fana itu takkan disapu ke bawah kolong langit. Itu akan dihakimi - di atas kayu salib ataupun di dalam neraka. Kita tidak perlu menuntut balas. Kita diajar untuk memberi tempat kepada murka Allah.

(dari buku "Brothers, We Are Not Professionals" [Bandung: Pionir Jaya])

John Piper: Rendah Hati = Takluk Pada Allah

Kerendahan hati berawal dari perasaan takluk kepada Allah di dalam Kristus.

"Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya" (Mat. 10:24). "Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat" (1 Ptr. 5:6).

Inilah faktanya: Allah ada di atas. Kita ada di bawah. Kita tidak layak bahkan untuk sekadar melepaskan ikatan tali sepatuNya. Jarak antara Allah dengan kita adalah mutlak. KeagunganNya, kuasaNya, hikmatNya, keadilanNya, kebenaranNya, kekudusanNya, kemurahanNya dan berkatNya, mengatasi keberadaan kita, setinggi langit dari bumi.

Selain fakta bahwa Allah ada di atas dan kita di bawah, ada perasaan tulus terhadap fakta tersebut. Selain kebenaran, ada pengertian sekaligus perasaan terhadap kebenaran tersebut. Ini sama krusialnya dengan pengetahuan tentang kebenaran itu. Apakah kita merasakan adanya jarak yang terbentang di antara Allah yang ada di atas dengan diri kita yang ada di bawah? Apakah kita menjadi rendah hati oleh karena pemahaman itu, atau sebaliknya, kita justru menjadi sombong karena menyadari bahwa kita memiliki pemahaman itu. Oh, betapa halus kontaminasi kesombongan itu merangkak masuk.

(dari buku "Brothers, We Are Not Professionals" [Bandung: Pionir Jaya])

Jumat, 20 September 2013

Kalimat Penting: Billy Graham: Hasil Penginjilan

"Sebagian penginjil menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan dan bahkan merencanakan bagaimana cara mencapai hasil yang bisa dilihat. Ini adalah suatu jebakan yang mudah menjatuhkan".

[Maksudnya: tugas kita adalah memberitakan Kristus. Hasilnya diserahkan kepada Roh Kudus]

(dari "Billy Graham in Quotes" [Yogyakarta: Kairos])

Kalimat Penting: Billy Graham: Penginjilan Bukan Pesiar

"Pelayanan penginjilan adalah pertempuran, bukan pesiar".

[Komentar saya: karena itu harus banyak berjaga-jaga, berdoa dan bersandar kepada Tuhan, meminta kuasa memenangkan jiwa-jiwa dan memenangkan pertempuran dengan setan]

(dari buku "Billy Graham in Quotes" [Yogyakarta: Kairos])

Kamis, 19 September 2013

Kalimat Penting: John Piper: Perbuatan Baik dan Anugerah

"Perbuatan-perbuatan baik bukan membayar kembali anugerah; mereka meminjam lebih banyak anugerah".

[komentar saya: jika kita bisa berbuat baik, itu bukan dianggap membalas anugerah Tuhan, malah berhutang anugerah Tuhan yang lebih banyak lagi]

(dari buku "Brothers, We Are Not Professionals" [Bandung: Pionir Jaya])

Kalimat Penting: John Piper: Kekudusan & Kemuliaan Allah

"KekudusanNya merupakan keunikan mutlak dan signifikansi absolut dari kemuliaanNya. Keadilan-kebenaranNya merupakan komitmen mutlakNya untuk selalu menghormati dan menyatakan kemuliaan itu. Dan kemuliaanNya yang maha berdaulat itu dihormati dan dinyatakan terutama oleh karyaNya bagi kita, lebih daripada karya kita bagi Dia. Dan inilah kasih itu."

(dari buku "Brothers, We Are Not Professionals" [Bandung: Pionir Jaya]).

Rabu, 18 September 2013

Vern Poythress: Implikasi Doktrin Penciptaan (4)

Ketujuh, penciptaan merupakan fondasi bagi pemerintahan providensial Allah yang terus-menerus atas dunia. Penciptaan enam hari sekarang telah berlalu. Tetapi karya Allah yang memerintah dunia terjadi juga pada masa sekarang. Dan tindakan-tindakan penciptaan menikmati sebuah relasi yang terus-menerus dengan tindakan-tindakan memerintah pada masa sekarang. Misalnya, Allah menciptakan tumbuhan pada hari ketiga. "Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji, dan segala jenis pohon-pohonan menghasilkan buah yang berbiji" (Kej. 1:12). Tumbuh-tumbuhan menjadi ada sebagai respons kepada firman Allah. Tetapi sebuah pembacaan yang teliti mengenai firman Allah tersebut menunjukkan bahwa firman itu memiliki dua aspek.

Pertama, firman Allah menyebabkan munculnya tumbuh-tumbuhan. Kedua, firman Allah menjelaskan dan memerintah kemunculan yang terus-menerus dari tumbuh-tumbuhan yang dengannya mereka akan menghasilkan ulang, menghasilkan lebih banyak tumbuh-tumbuhan "menurut jenis mereka sendiri". Pada hari kelima Allah memberikan perintah, "Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah" kepada makhluk-makhluk  laut (1:22). Perintah tersebut dengan jelas masih terus memerintah makhluk-makhluk laut sampai sekarang. Allah menciptakan mereka pada mulanya dan meletakkan aturan-aturan permanen bagi perkembangbiakan melalui banyak generasi. Makhluk-makhluk laut masih menaati aturan tersebut.

Keharmonisan antara penciptaan dan providensi sekali lagi menunjukkan keharmonisan dalam rencana dan pemerintahan Allah. Untuk tujuan-tujuan sains, itu berarti cara benda-benda berfungsi sekarang sama dengan awal mereka diciptakan. Hukum Allah yang memerintah mereka sekarang bukanlah sebuah pemikiran yang muncul setelahnya, diberikan kepada hal-hal yang pada mulanya diciptakan untuk tujuan tertentu yang berbeda secara radikal. Sebaliknya, hukum tersebut merupakan ekspresi dari tujuan awal Allah.

(dari buku "Menebus Sains" [Surabaya: Momentum])

Vern Poythress: Implikasi Doktrin Penciptaan (3)

Kelima, penciptaan merupakan sebuah tindakan bebas Allah. Yaitu, Allah tidak harus menciptakan dunia apapun. Dengan memutuskan untuk menciptakan, Dia menciptakan dunia dalam sebuah tindakan yang konsisten dengan karakterNya sendiri. Tetapi Dia juga menciptakan pilihan-pilihan mengenai dunia yang tidak ingin dibuatNya. Kejadian 1 tidak banyak berbicara mengenai hal ini, tetapi mengimplikasikannya melalui seluruh pernyataan mengenai kedaulatan dan kendali Allah. Allah mengucapkan perintah yang menciptakan terang dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Implikasinya, Dia mengucapkan perkataan ini, bukannya banyak kata yang lain yang dia Dapat ucapkan. Dia membuat pilihan-pilihan untuk mencipta tepat seperti apa yang Dia lakukan.

Kebebasan Allah ini sekali lagi menyatakan ketuhananNya atas ciptaan. Tetapi kebebasan ini juga memiliki implikasi-implikasi bagi sains. Para ilmuwan tidak dapat berharap untuk menarik kesimpulan mengenai karakter dunia secara rinci, hanya dari prinsip-prinsip utama. Mereka tidak dapat melakukan demikian meskipun prinsip-prinsip utama tersebut mencakup mengenai apa yang mereka ketahui mengenai Allah. Karena Allah menciptakan secara bebas dalam cara ini dan bukan cara itu, kita harus keluar dan melihat apa yang Dia putuskan untuk ciptakan dari pada menyimpulkan dari apa yang dikatakan telah Dia ciptakan.

Di sini, kita menemukan fondasi dan dorongan bagi percobaan sains, dan keharusan untuk menguji teori-teori melalui percobaan. Tentu saja, pada saat yang sama, karena Allah bersifat rasional dan dapat dikenali, teori-teori sebagai spekulasi-spekulasi rasional mengenai apa yang mungkin telah Allah lakukan, sama pentingnya dengan percobaan, Allah bebas (sehingga menuntut percobaan) dan tidak dapat berubah dalam karakterNya (menuntut pemikiran rasional dari kita).

Keenam, tindakan-tindakan penciptaan terjadi dalam waktu, pada masa lalu yang jauh, dan sekarang telah selesai. Allah berhenti pada hari ketujuh, (Kej. 2:2). Kita mengetahui dari bagian-bagian lain Alkitab bahwa Allah terus bertindak dalam providensi (Mzm. 147:13-18), dalam mujizat-mujizat, dan dalam tindakan-tindakan penebusan (Yoh. 5:17). Tetapi tindakan-tindakan penciptaan Kejadian 1 tidak terus-menerus terjadi. Allah menciptakan terang pada hari pertama. Dia tidak harus melakukannya lagi (walaupun Dia menopang dunia dan membawakan terang kepada kita melalui providensiNya). Dia menciptakan manusia, dan tidak harus melakukan hal itu lagi - walaupun dalam sebuah pengertian yang lebih rendah Dia yang menciptakan setiap bayi baru yang masuk ke dalam dunia (Mzm. 139:14-16).

Penciptaan yang selesai memiliki sebuah hubungan yang penting bagi sains. Jika Allah terus-menerus menciptakan makhluk-makhluk jenis baru, atau mungkin bahkan mengumumkan hukum-hukum baru, sains akan sulit dipertahankan dengan berjalannya waktu. Hukum-hukum Allah kelihatannya terus berubah, dan berkaitan dengan itu, ilmuwan akan menemukan dirinya terus berubah untuk mengikutinya. Kepermanenan susunan benda-benda yang ada sekarang adalah penting jika tidak sains akan gagal karena peraturan-peraturan yang terus berubah.

bersambung...

(dari buku "Menebus Sains" [Surabaya: Momentum])

Selasa, 17 September 2013

Vern Poythress: Implikasi Doktrin Penciptaan (2)

Ketiga, tidak ada materi utama yang kekal. Ketaatan dunia yang sepenuhnya kepada Allah mengimplikasikan ketuhanan Allah yang sepenuhnya. Dalam kesesuaian dengan ketuhananNya, kita sebagai manusia dipanggil untuk taat kepadaNya. Kita tidak perlu takut kepada tuhan-tuhan saingan yang membuat kita tergoda untuk mengambil hati mereka. Menyingkirkan materi utama juga menyingkirkan irasionalitas yang di luar lingkup Allah. Penyingkiran irasionalitas memberikan sebuah dasar yang teguh bagi sains.

Keempat, karena dunia sepenuhnya diciptakan dan ditundukkan kepada Allah, ia tidak bersifat semi-ilahi. Ia bukan merupakan sebuah 'emanasi' dari Allah yang berbagian dalam Keberadaan Ilahi. Ia bukan untuk disembah. Kejadian 1 secara tajam menyatakan bahwa matahari, bulan, dan bintang-bintang diciptakan oleh Allah, yang bertentangan dengan pemikiran budaya di sekitarnya bahwa hal-hal ini bersifat ilahi. Dalam cara ini doktrin penciptaan tidak mengkeramatkan (desacralize) makhluk ciptaan. Ciptaan adalah ciptaan, bukan ilah, walaupun ia menyatakan keilahian dari Dia yang menciptakannya. Maka, tidak seperti orang-orang animis yang takut akan mengganggu roh-roh dalam pepohonan, orang-orang Kristen menyelidiki dunia yang dicipta tanpa ketakutan.

(dari buku "Menebus Sains" [Surabaya: Momentum])

Vern Poythress: Implikasi Doktrin Penciptaan (1)

Pertama, kesatuan Allah mengimplikasikan kesatuan, tatanan dan harmoni dalam dunia yang Dia telah ciptakan. Dalam politheisme, dewa-dewa berhubungan satu sama lain dalam sebuah kebiasaan yang semi kacau, dan mengancam untuk membuat kekacauan sebagai sebuah aspek permanen dari pengalaman praktis. Jika seorang dewa campur tangan pada satu titik, efek-efeknya tergantung kepada hukum atau agenda dewa tertentu. Kemudian, seorang dewa dengan agenda yang lain datang. Karena itu, hukum-hukum berubah. Pada dasarnya, jalannya dunia tidak dapat diperkirakan. Politheisme tidak menawarkan dasar bagi hukum-hukum yang stabil dan permanen yang sains dapat selidiki.

Sebaliknya, monotheisme Alkitab [Tritunggal] menawarkan sebuah fondasi bagi keandalan dan kekonstanan hukum. Satu Allah yang konsisten dengan satu tujuan yang konsisten memerintah dunia. Para ilmuwan dapat menyelediki dunia dalam pengharapan bahwa mereka dapat menemukan kekonsistenan dalam pemerintahan Allah.

Kedua, di dalam politheisme, keterbatasan dalam kekuasaan seorang dewa manapun atau bahkan semua dewa bersama-sama memberikan kepada dunia kebebasan tertentu. Orang-orang politheis menggambarkan dewa-dewa yang campur tangan, di sana-sini, tetapi juga melihat dunia sebagai yang berjalan menurut jalannya sendiri dengan kebebasan tertentu ketika para dewa terlibat dalam persoala lain.

Sebaliknya dalam wawasan dunia Alkitab, Allah secara konstan dan intim terlibat dalam dunia dan dunia secara mutlak berada dalam kendaliNya. Dunia tidak semi bebas. Sekali lagi, hal ini memiliki implikasi bagi sains. Sebuah dunia yang bebas atau tidak bergantung dapat menampilkan tanda-tanda irasionalitas pada banyak poin; tetapi sebuah dunia yang diatur oleh Allah Alkitab yang rasional, personal, mahakuasa akan menyingkapkan rasionalitas tujuanNya. Seorang ilmuwan dapat berharap untuk memahami suatu mengenai tujuan-tujuan Allah daripada melupakan kemungkinan tersebut karena pada dasarnya dunia bersifat tidak rasional.

bersambung...

(dari buku "Menebus Sains" [Surabaya: Momentum])

Senin, 16 September 2013

Rufus Anderson: Keselamatan Hanya Dalam Kristus

[Rufus Anderson adalah Dewan Komisaris Amerika untuk Misi di Luar Negeri; teks ini dari tahun 1870]

Pada hakikatnya, hanya ada dua agama saja: yang satu mencari keselamatan melalui kasih karunia; yang lainnya melalui karya [usaha manusia]. Prinsip kejahatan di antara semua [orang] yang tidak percaya adalah sama...

Sebelum Injil, dunia yang tidak percaya merupakan kumpulan orang berdosa yang memberontak dan tidak dapat dibedakan; tidak rela kalau Allah memerintah atas mereka; tidak rela diselamatkan kecuali oleh perbuatan-perbuatan mereka sendiri, dan menentang segala kesucian hati dan kehidupan yang sungguh-sungguh. Ada kuasa di dalam doktrin salib, melalui kasih karunia, untuk mengatasinya.

Doktrin salib - seperti yang akan menjadi semakin jelas bila kita tiba pada bukti-bukti keberhasilan dalam misi- adalah perangkat yang agung dalam penaklukan. Tidak satupun dari takhayul-takhayul besar dunia ini yang dapat menopang suatu tempat yang memerintah dalam jiwa manusia, setelah keyakinan seluruhnya dihasilkan, bahwa hanya di dalam Kristus ada keselamatan. Apapun sistem [mereka], [orang-orang] yang diyakinkan demikian, akan lari daripadanya, sebagaimana [mereka] akan lari dari sebuah rumah yang runtuh dalam guncangan-guncangan gempa bumi.

(dari buku Norman E. Thomas, "Teks-Teks Klasik Tentang Misi dan Kekristenan Sedunia").

Rufus Anderson: Metode Misi Paulus

[Rufus Anderson adalah Dewan Komisaris Amerika untuk Misi di Luar Negeri; teks ini dari tahun 1870]

Pertama, tujuan rasul tersebut adalah menyelamatkan jiwa-jiwa.

Kedua, sarana yang dipergunakannya untuk maksud ini bersifat rohani yakni Injil Kristus.

Ketiga, kuasa yang diandalkannya untuk membuat sarana-sarana ini ampuh bersifat ilahi; yakni pertolongan Roh Kudus yang telah dijanjikan.

Keempat, keberhasilannya terutama adalah di kalangan golongan menengah dan miskin - pengaruh Kristen meningkat dari sana.

Kelima, ketika ia membentuk gereja-gereja setempat, ia tidak segan-segan menahbiskan para penatua bagi mereka, yang terbaik yang dapat ditemukannya; dan kemudian melemparkannya kepada gereja-gereja yang dengan demikian mempunyai pejabat, tanggung jawab untuk memerintah diri sendiri, membiayai diri sendiri, dan mengembangkan diri sendiri. "Penatua-nya" di setiap gereja, berapapun jumlah dan tugas-tugasnya, jelas sekali mempunyai tanggung jawab penggembalaan terhadap gereja-gereja tersebut.

(dari Norman E. Thomas, "Teks-Teks Klasik tentang Misi dan Kekristenan Sedunia" [Jakarta: Gunung Mulia])

Minggu, 15 September 2013

Doakan Penganiaya Gereja

Doakan penganiaya gereja. Seperti Paulus, mereka juga merasa bahwa menganiaya orang percaya dan gereja adalah pelayanan kepada Allah. Setelah Tuhan bertanya kepada Paulus: "mengapa engkau menganiaya Aku?" Paulus baru kaget karena ternyata selama ini ia bukan saja menganiaya tubuh Kristus tetapi menganiaya Kristus. Karena, tubuh Kristus tidak mungkin dipisahkan dari Kristus.
Doakan supaya mereka diselamatkan.

Ada Jalan Yang Disangka Orang Lurus

Amsal 14:12: "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."

Doakan orang yang merasa dirinya benar, merasa apa yang dilakukan bagus padahal di mata Tuhan, yang dilakukannya adalah kekejian di mata Tuhan. Doakan agar Tuhan membuka mata rohani mereka sehingga mereka sadar bahwa jalan yang dianggap lurus itu sedang menuju maut.

Sabtu, 14 September 2013

Matthew Henry: Ajarlah Kami Menghitung Hari

Mazmur 90:12: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."

"Tuhan, berilah kami anugerah sepantasnya untuk dapat mengingat betapa sedikitnya hari-hari itu, dan betapa singkatnya hidup yang kami jalani di dunia ini". Perhatikanlah:

Pertama, sungguh merupakan keahlian yang luar biasa untuk dapat mengingat hari-hari kita dengan benar sehingga kita tidak keliru menghitung seperti orang yang menyangka masih akan berumur panjang tetapi malam itu juga nyawanya diambil. Kita harus senantiasa menjalani kehidupan dengan memperhitungkan betapa singkat dan tidak pastinya hidup ini, serta betapa semakin dekatnya kematian dan kekekalan. Kita juga harus menghitung hari-hari kita untuk dibandingkan dengan pekerjaan yang telah kita lakukan, memperhatikannya dengan ketekunan yang ditingkatkan seperti orang yang tidak punya waktu lagi untuk bermalas-malasan.

Kedua, orang-orang yang mampu menghitungnya harus berdoa untuk memperoleh pengajaran ilahi. Mereka harus datang kepada Allah memohon kepadaNya untuk mengajarkannya melalui RohNya, memampukan mereka untuk mengingat dan memberi mereka pemahaman yang baik.

Ketiga, kita telah menghitung hari-hari kita demi tujuan yang baik apabila hati kita kemudian tertuju dan terlibat dengan hikmat sejati, yakni menjalani kesalehan dengan sungguh. Hidup beragama berarti hidup dengan bijaksana. Ini adalah hal yang perlu kita terapkan di dalam hati yang membutuhkan dan layak menerima penerapan yang ketat. Sering memikirkan ketidakpastian kelangsungan hidup kita di dunia dan menyadari kepastian bahwa kita akan dipindahkan dari sini, akan sangat membantu.

(dari buku "Kitab Mazmur 51-100" [Surabaya: Momentum])

Matthew Henry: Allah Tempat Perteduhan Kami

Mazmur 90:1: "Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun".

Untuk memuji Allah atas perhatianNya terhadap umatNya sepanjang waktu, dan terhadap kita semasa hidup kita (ay. 1): 'Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami' atau 'tempat tinggal, tempat perlindungan' atau 'pertolongan turun temurun'. Sekarang, ketika perbuatan mereka membuat Allah tidak senang, dan mengancam untuk meninggalkan mereka, mereka pun memohon kebaikan yang dulu pernah ditunjukkanNya kepada nenek moyang mereka. Bagi para bapa leluhur mereka yang tinggal di dalam kemah suci, Kanaan merupakan negeri ziarah. Namun, ketika itu mereka tinggal bersama Allah.

Kemanapun mereka pergi mereka merasa nyaman dan tenteram di dalam Dia. Selama bertahun-tahun Mesir merupakan negeri perhambaan bagi mereka. Namun, bahkan di masa itu pun Allah adalah tempat perlindungan mereka. Di dalam Dia, umat yang tertindas dan malang itu tetap hidup dan terpelihara. Perhatikanlah, orang-orang percaya sejati merasa seperti di rumah sendiri saat berada di dalam Allah. Itulah penghiburan mereka berkenaan dengan semua kerja keras dan penderitaan yang mereka alami di dunia ini. Di dalam Dia kita dapat beristirahat dan berlindung seperti di dalam tempat tinggal kita sendiri.

(dari "Kitab Mazmur 51-100" [Surabaya: Momentum])

Jumat, 13 September 2013

Orang Kristen "Playboy" (2)

Ada jenis "Playboy" yang lain yaitu orang Kristen, terutama hamba Tuhan yang tidak berani mempunyai posisi teologis. Kelompok orang demikian selalu berkata: "kami Alkitabiah". Orang-orang ajaran sesat juga sering mengatakan "kami Alkitabiah". UUD yang ditulis begitu jelas dan detil saja masih bersifat multi-tafsir, apalagi Alkitab yang ditulis dalam sastra-sastra jaman dulu yang bukan tradisi kita seperti puisi dan narasi sehingga memerlukan penafsiran. Setiap aliran teologi mempunyai penafsiran tersendiri. 

Ada kebenaran-kebenaran yang umum diterima semua orang Kristen sejati seperti Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, Pengakuan Iman Athanasius dan lain-lain. Dalam hal kebenaran umum dalam kekristenan sejati ini, semua orang Kristen sejati apalagi hamba Tuhan tentu menerimaNya. Kecuali orang Kristen pura-pura yang tidak percaya Tuhan Yesus sebagai Tuhan-Juruselamat satu-satunya dan tidak menerima Alkitab sebagai firman Allah. 

Namun demikian, di dalam hal-hal yang lebih mendetil, orang Kristen dan terutama hamba-hamba Tuhan dapat masuk ke dalam aliran-aliran teologi tertentu yang dianggap paling konsisten dengan Alkitab. Hal ini tidak dapat dihindarkan. Ada banyak hamba Tuhan yang melayani dalam lembaga para-church (lembaga misi, lembaga mahasiswa, dll) yang bersifat inter-denominasi. Menurut thefreedictionary.com "denomination" adalah "a large group of religious congregations united under a common faith and name and organized under a single administrative and legal hierarchy" (sebuah grup besar jemaat agama yang disatukan di bawah satu iman, nama dan organisasi yang sama di bawah hirarki legal administratif tunggal). Kalau begitu, denominasi berarti satu sinode gereja. Jadi, interdenominasi adalah lintas gereja. 

Meskipun demikian, interdenominasi tidak boleh lintas teologi. Banyak lembaga misi yang memilih satu aliran teologi seperti Injili, Baptis, dan lainnya. Organisasi pelayanan mahasiswa dunia "International Fellowship of Evangelical Students" adalah organisasi yang berteologi Injili yang salah satu pemimpin terpenting sepanjang sejarah adalah John Stott. Jadi, lebih baik ada posisi teologis tertentu dari pada bersembunyi di balik topeng "Alkitabiah". Menerima satu posisi teologis tertentu memang ada resiko. Tapi seperti pernikahan, kita menerima kelebihan juga kekurangan pasangan kita. Di sini, kita tidak menjadi "playboy". Semoga...  

Orang Kristen "Playboy" (1)

Orang Kristen "Playboy" adalah orang Kristen yang sukanya menyenangkan orang, bukan menyenangkan Tuhan. Dengan demikian, ia tidak mempunyai prinsip. Di satu tempat ia bicara A dan dalam pengertian yang sama bicara B di tempat lain untuk menyenangkan orang. Ujung akhir dari upaya menyenangkan orang lain adalah mencari keuntungan sendiri dan mencari keamanan diri sendiri. Pdt. Stephen Tong mengatakan, orang demikian bukanlah hamba Tuhan sejati.

Paulus berkata dalam Galatia 1:10: "Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." Marilah kita jangan menyenangkan orang sampai mengorbankan prinsip-prinsip kebenaran Tuhan.

Kamis, 12 September 2013

Kalimat Penting: Tuhan Salah Pakai Orang Menurut Kacamata Manusia

"Tuhan seringkali memakai orang-orang yang menurut ukuran dan bijaksana manusia justru orang yang tidak tepat. Musa yang dipakai untuk membawa Israel keluar dari Mesir dengan menghadap Firaun adalah buronan istana Firaun. Daud yang dipakai untuk berperang melawan Goliat adalah orang yang elok, bukan yang besar badannya. Padahal yang diperlukan dalam perang bukan kegantengan tetapi postur yang kekar. Justru melalui orang-orang yang kelihatannya salah secara manusia, Tuhan membuktikan kuasanya".

Kalimat Penting: Orang Kecil Dipakai Tuhan

"Tuhan seringkali memakai orang yang sangat kecil, yang tidak berarti bahkan yang dihina dalam gereja supaya ketika ia melayani secara luar biasa, orang akan benar-benar melihat kemuliaan Tuhan. Ketika kemuliaan Tuhan terpancar, tidak bercampur dengan kemuliaan manusia. Kalau orang hebat yang dipakai Tuhan, ia akan mencuri kemuliaan Tuhan dan merasa dirinyalah yang hebat".

Rabu, 11 September 2013

G. J. Baan: Alkitab Bicara Dosa Dulu Baru Anugerah (2)

Kedua, Alkitab berulang kali menyebutkan urutan ini dalam pekerjaan Roh Kudus. 'Orang-orang berdosa' dipertobatkan, 'orang-orang fasik' diperdamaikan dengan Allah, 'orang-orang yang tidak benar' dibenarkan. Bayangkan saja Manasye yang suka membunuh, Rahab yang suka berzinah, Paulus yang suka mendendam, Lewi yang suka menipu dan orang-orang lainnya. Kuasa dosa itu sendiri di dalam hidup mereka, yang darinya mereka tidak pernah mampu membebaskan diri mereka sendiri, memberikan kesaksian tentang kuasa anugerah yang menaklukkan segala sesuatu. Justru karena keberdosaan inilah anugerah Allah dimuliakan sepenuh-penuhnya.

Ketiga, jika anugerah Allah bekerja di dalam hati seseorang maka ia sungguh-sungguh merasakannya. Tuhan bebas memilih bekerja dalam hati anak-anakNya dengan caraNya sendiri, tetapi biasanya Allah pertama-pertama meyakinkan manusia akan keadaannya yang jahat, rusak dan penuh dosa. Dengan cara ini, ada ruang yang tersedia bagi anugerah Allah, yang bisa didapatkan di dalam Yesus Kristus. Pada saat itulah anugerah ini sangat dihargai dan mulai bersinar seperti mutiara di dalam kehidupan orang-orang berdosa yang sudah diselamatkan.

(dari buku "TULIP" [Surabaya: Momentum])

G. J. Baan: Alkitab Bicara Dosa Dulu Baru Anugerah (1)

Banyak bagian Alkitab membicarakan anugerah Allah yang memulihkan di dalam Kristus, hanya setelah membahas dosa-dosa dan kerusakan manusia. Urutan ini juga diperhatikan dalam Pengakuan Iman Reformasi, yang beberapa di antaranya sudah disebutkan sebelumnya. Roh Kudus mengerjakan pemulihan ini di dalam hati umat Allah ketika mereka bertobat dan ditebus melalui anugerah Allah. Oleh karena itu, urutan dosa - anugerah merupakan hakekat dan kekhasan ajaran Reformasi.

Mengapa demikian? Beberapa alasan sebagai berikut mungkin cukup dapat menjelaskannya.

Di banyak perkumpulan dan gereja Injili bebas serta Karismatik, anugerah Allah terlalu ditekankan sedemikian rupa sehingga keberdosaan dan kerusakan manusia dikesampingkan. Rupa-rupanya, bagi mereka masalah keberdosaan dan kerusakan manusia tidak dapat dan tidak boleh mendapatkan banyak perhatian. Pada umumnya, mereka terlalu sering dan terlalu cepat mengandalkan anugerah Allah yang menyelamatkan dan dengan demikian seringkali segi keberdosaan dan kebersalahan manusia hanya ditempatkan sebagai latar belakang.

Hal ini bertentangan dengan gereja-gereja Reformasi dan doktrinnya. Misalnya, pada waktu menyampaikan Injil keselamatan dan penebusan melalui Yesus Kristus, gereja-gereja Reformasi percaya bahwa manusia bersifat duniawi (yaitu belum diperbarui). Secara asali, manusia itu berdosa, rusak, najis, dan tidak mampu melakukan apapun yang baik. Ini jelas bahwa jika ada penebusan, maka penebusan ini sangat penting dan sangat dibutuhkan, sebab seandainya manusia tidak berdosa, tidak jahat dan tidak najis, lantas apa pentingnya penebusan? Justru di dalam kalangan Injili bebas dan Karismatik, inilah kuasa Injil diremehkan, karena dosa jarang disebutkan (walaupun sebenarnya kita justru harus dibebaskan dari dosa).

bersambung...

(dikutip dari buku "TULIP" [Surabaya: Momentum])

Selasa, 10 September 2013

Jangan Sembarang...

Jangan sembarang pakai uang...

Jangan sembarang pakai waktu...

Jangan sembarang berbuat dosa...

Jangan sembarang puji orang...

apalagi...

menghina sesama...

sebab...

semuanya akan...

ditanyai oleh...

TUHAN...

yang adalah...

Hakim di atas segala hakim...

Jangan Gampang...

Jangan gampang berbicara...

Jangan gampang percaya...

Jangan gampang menyerah...

Jangan gampang marah...

Jangan gampang bertindak...

sebab...

Semuanya harus...

dipertanggungjawabkan...

kepada...

TUHAN...

Raja atas segala raja...

Senin, 09 September 2013

Charles Hodge: Kedaulatan Allah (2)

Mzm 24:1  Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.

Yeh 18:4  Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. 

Yes 45:9  Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: "Apakah yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya: "Engkau tidak punya tangan!" 

Mat 20:15  Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? 

Efe 1:11  Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya-- 

Rom 11:36  Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! 

Dari beberapa ayat yang sama dari Alkitab, adalah jelas: 

Pertama, bahwa kedaulatan Allah bersifat universal. 

Kedua, bahwa kedaulatan Allah bersifat mutlak. Tidak ada batasan yang bisa diberikan kepada otoritas Allah. Ia menjalankan kehendakNya kepada tentara-tentara surga dan penghuni bumi. 

Ketiga, kedaulatan Allah bersifat tidak berubah. Tidak bisa diabaikan juga tidak bisa ditolak. Kedaulatan Allah mengikat semua ciptaan, sama seperti hukum alam mengikat semua ciptaan yang bersifat materi. 

(diterjemahkan dari buku Systematic Theology [Hendrickson Publishers])

Charles Hodge: Kedaulatan Allah (1)

Kedaulatan bukanlah properti dari hakekat Allah tetapi prerogatif yang keluar dari kesempurnaan Allah yang Mahatinggi (Sovereignty is not a properti of the divine nature, but a prerogative arising out of the perfections of the Supreme Being). Bila Allah adalah Roh, dan juga pribadi, tidak terbatas, kekal dan tidak berubah dalam keberadaanNya dan kesempurnaanNya, maka Pencipta dan Pemelihara alam semesta berhak atas kedaulatan mutlak.

Bijaksana yang tidak terbatas, kebaikan dan kuasa, dengan hak kepemilikan yang menjadi milik Allah atas seluruh ciptaan merupakan dasar yang tidak berubah atas dominasi Allah.

[Berikut ini ayat-ayat yang diberikan oleh Hodge]:

Mzm 115:3  Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!

Dan 4:35  Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: "Apa yang Kaubuat?"

1Taw 29:11  Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. 

bersambung...

(diterjemahkan oleh saya dari buku Systematic Theology [Hendrickson Publisher])

Minggu, 08 September 2013

Ayat-Ayat: Taat dalam Perjanjian Lama (2)

[Perlu membaca ayat-ayat sebelum-sesudahnya dalam 1 pasal agar memahami konteksnya]

Yes_56:1  Beginilah firman TUHAN: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan.

Yer_31:22  Berapa lama lagi engkau mundur maju, hai anak perempuan yang tidak taat? Sebab TUHAN menciptakan sesuatu yang baru di negeri: perempuan merangkul laki-laki."

Yeh_11:19  Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat,

Yeh_36:26  Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.

Dan_9:6  dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri.

Ayat-Ayat: Taat dalam Perjanjian Lama (1)

[Perlu membaca ayat-ayat sebelum-sesudahnya dalam 1 pasal agar memahami konteksnya]

1Ra_14:8  Aku telah mengoyakkan kerajaan dari keluarga Daud dan memberikannya kepadamu, tetapi engkau tidak seperti hamba-Ku Daud yang tetap mentaati segala perintah-Ku dan mengikuti Aku dengan segenap hatinya dan hanya melakukan apa yang benar di mata-Ku.

1Taw_2:7  Keturunan Karmi ialah Ahar, yang mencelakakan orang Israel karena ia tidak taat dalam hal barang-barang yang dikhususkan itu.

2Taw_23:6  Siapapun tidak boleh memasuki rumah TUHAN selain dari pada para imam dan orang-orang Lewi yang bertugas. Mereka boleh masuk, karena mereka kudus, tetapi seluruh rakyat haruslah mentaati peraturan TUHAN.

Ams_13:13  Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.

Sabtu, 07 September 2013

Tuhan Sayang Manusia (2)

Kalau Tuhan begitu sayang kepada orang Niniwe sehingga Ia mau Yunus pergi memberitakan Injil maka Tuhan juga sayang kepada orang-orang berdosa yang berada di sekitar kita. Ia mau kita memberitakan Injil kepada mereka.

Kalau kita dari tempat ketinggian melihat kota Jakarta pada malam hari, mata jasmani kita menyatakan bahwa begitu indahnya kota ini. Mata kedagingan orang berdosa akan mencari di mana tempat untuk melampiaskan hawa nafsu. Tetapi mata rohani orang percaya akan menggelisahkan, karena begitu banyak orang yang sedang berjalan ke neraka.

Kebutuhan terbesar manusia bukanlah uang. Terbukti banyak orang kaya, konglomerat, artis, yang bunuh diri, padahal mereka kaya dan terkenal, siang malam masuk televisi. Apa yang kurang dalam jiwa mereka? Mereka belum ada Tuhan Yesus. Adakah orang yang tergerak mau memberitakan Injil kepada sesamanya di sekitarnya?

Bayangkan, orang-orang yang kita lihat setiap hari, mereka sedang menuju neraka. Siapakah yang memberitakan Injil kepada mereka? Bukankah Tuhan menciptakan mereka untuk kemuliaan Tuhan?

Saya terus berdoa agar Tuhan membangkitkan banyak orang percaya untuk memberitakan Injil. Biarlah setiap orang yang ditebus oleh darah Yesus mau memberitakan Injil dan jangan egois.

Saya berharap, suatu hari diijinkan Tuhan bisa melihat hamba Tuhan yang diurapi dengan kuasa kebangunan, dipakai Tuhan untuk memimpin ribuan orang kembali kepada Tuhan. Saya berdoa agar Tuhan membangkitkan hamba Tuhan dengan kuasa kebangunan 2x dari Pdt. Stephen Tong, sekaligus dengan kekuatan memikul salib yang 2x lipat.

Tuhan Sayang Manusia (1)

Yunus 4:10  Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
Yunus 4:11  Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"

Yunus sayang kepada pohon jarak yang untuknya sedikitpun ia tidak berjerih payah dan yang tidak ia tumbuhkan. Bagaimana mungkin Tuhan tidak sayang kepada manusia yang Ia ciptakan sendiri sebagai gambarNya dan Ia pelihara sampai sekarang?

Yunus sayang kepada pohon jarak yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana mungkin Tuhan tidak sayang kepada manusia yang kepada mereka Ia berikan kekekalan dalam jiwa manusia?

Yunus membenci Niniwe (mungkin karena pernah disakiti) tetapi Tuhan sayang. Jangan lupa, kadang-kadang orang kita benci adalah yang Tuhan sayang. Sebaliknya, apa yang dikagumi dunia dibenci oleh Allah.

Jumat, 06 September 2013

John Piper: Kefasihan George Whitefield

Cara lain untuk merasakan pentingnya pertanyaan: Apakah ada kefasihan Kristen? ialah dengan membandingkan apa yang dikatakan orang mengenai dua tokoh besar dalam masa Kebangunan Besar pertama yaitu George Whitefield dan Jonathan Edwards. Kedua orang ini disatukan secara mendalam secara theologis, namun berbeda secara signifikan dalam cara mereka berkhotbah.

Pada musim semi 1740, George Whitefield berada di Philadelphia, berkhotbah di lapangan kepada ribuan orang. Benjamin Franklin menghadiri sebagian besar dari khotbah-khotbah itu. Franklin, yang tidak percaya pada apa yang dikhotbahkan Whitefield, mengomentari khotbah-khotbah yang ditata dengan sempurna itu:

"Penyampaiannya... begitu berkembang seiring pengulangan sehingga setiap aksen, setiap penekanan, setiap modulasi suara, dengan sempurna dibentuk dan ditempatkan, sehingga tanap berminat pada pokok bahasannya, orang mau tak mau merasa senang dengan penyampaiannya: kesenangan yang sama dengan yang diterima dari mendengarkan sajian musik yang sangat baik".

Inilah khotbah yang begitu fasih sehingga anda dapt menyukainya tanpa memercayai sama sekali apa yang dikatkaan di dalamnya. Dengan kata lain, kata-kata itu sendiri - pemilihan kata, pengaturan kata, dan penyampaian kata - begitu menyenangkan bagi Franklin, yang sama sekali tidak perduli dengan apa yang dimaksudkan oleh kata-kata itu sendiri. Franklin menyukai kefasihan Whitefield tetapi menolak salib.

[John Piper kemudian memberikan 2 kriteria dari 1 Korintus 1 untuk menilai kefasihan: merendahkan diri dan memuliakan Kristus yang tersalib]

(dari buku "Kuasa Kata-Kata dan Keajaiban Allah" [Surabaya: Momentum])

John Piper: Kefasihan Alkitab

Apakah Alkitab itu fasih? Yang memperumit pertanyaan ini adalah: kebanyakan pakar Alkitab di sepanjang sejarah telah memberi perhatian pada kenyataan bahwa Alkitab itu sendiri memiliki bagian-bagian yang fasih. Sebagai contoh, John Calvin mengatakan, "Mari kita perhatikan gaya Yesaya, yang tidak hanya murni dan anggun, tetapi juga dihiasi dengan seni yang tinggi - dari situ kita dapat belajar bahwa mungkin kefasihan merupakan pelayanan yang besar kepada iman".

Begitu juga perhatikan kata penyair John Donne: "Dalam menuliskan Kitab Suci, Roh Kudus menyenangkan diriNya sendiri bukan hanya dnegan kesantunan, tetapi juga dengan kehalusan, harmoni, dan melodi bahasa: dengan tingginya metafora dan gambaran-gambaran lain, yang mungkin akan memberi kesan yang lebih dalam bagi para pembacanya". Dengan kata lain, Donne mengatakan bahwa ada kefasihan bahasa dalam Alkitab, dan sebagian dari dampak teks itu terhadap para pembaca disebabkan oleh kefasihan ini.
....
Saya menyimpulkan bahwa [Calvin dan Donne] itu benar. Alkitab berisi semua bentuk gaya bahasa untuk menambah dampak pada bahasanya: akrostik, aliterasi, analogi, antropomorfisme, asonansi, irama, kiasme, konsonansi, dialog, hiperbola, ironi, metafora, matra, onomatope, paradoks, paralelisme, pengulangan, rima, sindiran, kiasan - semuanya ada di sana dan masih banyak lagi.

(dari buku "Kuasa Kata-Kata dan Keajaiban Allah" [Surabaya: Momentum])

Kamis, 05 September 2013

Matthew Henry: Tidak Kaya di Hadapan Allah

Luk 12:21  Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Gambaran tentang orang duniawi: ia mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, bagi tubuhnya, bagi dunia, bagi dirinya dengan melawan Allah, untuk dirinya yang akan segera ditolak. 

Pertama, yang menjadi kesalahannya adalah dia menganggap bahwa tubuh jasmaninya adalah dirinya seolah-olah tubuh itu adalah manusia itu sendiri. Jika diri dinyatakan dan dimengerti dengan benar, maka hanya orang Kristen sejatilah yang sungguh-sungguh mengumpulkan harta untuk dirinya dan berlaku bijak bagi dirinya sendiri (Ams. 9:12; KJV). 

Kedua, yang menjadi kesalahannya adalah bahwa ia menjadikan usaha mengumpulkan harta untuk tubuh sebagai pekerjaan utamanya yang baginya berarti mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri. Segala jerih payahnya adalah untuk mulutnya (Pkh. 6:7). Ia membuat persediaan untuk tubuh. 

Ketiga, yang menjadi kesalahannya adalah bahwa ia menganggap hal-hal yang dikumpulkan untuk dunia, untuk tubuh dan untuk kehidupan sekarang adalah hartanya. Harta adalah kekayaan yang diandalkannya, yang dihabiskannya dan yang kepadanya ia mencurahkan segala perasaannya. 

Keempat, kesalahan yang paling besar dari semuanya itu adalah bahwa ia sama sekali tidak berusaha untuk menjadi kaya akan Allah, kaya menurut pandangan Allah, karena jika Dia menilai kita kaya, maka kayalah kita (Why. 2:9), kaya dalam perkara-perkara Allah, kaya dalam iman (Yak. 2:5), kaya dalam kebajikan, dalam buah-buah kebenaran (1 Tim. 6:18), kaya dalam anugerah, dalam penghiburan dan dalam karunia-karunia rohani. Banyak orang yang hidupnya berkelimpahan di dunia ini sama sekali tidak mempunyai sesuatu yang dapat memperkaya jiwa mereka, yang dapat membuat mereka kaya di hadapan Allah, kaya untuk kehidupan kekal. 

(dari "Injil Lukas 1-12" [Surabaya: Momentum])

Matthew Henry: Berjaga-Jagalah Terhadap Ketamakan

Luk 12:15  Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."

Apa yang harus diwaspadai itu (ay. 15): 'berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan'; 'horate' - awasilah dirimu, jagalah hatimu baik-baik, jangan sampai sikap tamak merasuki hatimu itu dan 'phylassesthe' - peliharalah dirimu, balutlah hatimu rapat-rapat, agar jangan sampai ketamakan menguasai dan memerintah di sana. Ketamakan adalah dosa yang harus terus kita waspadai, dan oleh sebab itu kita harus sering diperingatkan.

Alasan mengapa kita harus waspada terhadap ketamakan: karena hidup manusia tidak tergantung pada kekayaan yang dimilikinya. Artinya 'kebahagiaan dan kesenangan kita tidak tergantung pada kepemilikan atas kekayaan yang melimpah di dunia ini'.

Tidak diragukan lagi, kehidupan jiwa tidak tergantung pada kekayaan itu, dan jiwa adalah manusia itu sendiri. Harta benda duniawi tidak akan cocok dengan sifat jiwa, tidak bisa memenuhi kebutuhannya, tidak memuaskan keinginannya, dan juga tidak berlangsung lama seperti jiwa.

Bahkan kehidupan tubuh dan kebahagiaannya pun tidak terletak pada kelimpahan harta benda duniawi tersebut, karena banyak orang yang hanya mempunyai sedikit kekayaan duniawi namun hidup dengan sangat tenang dan puas, dan dapat melalui dunia ini dengan nyaman. (Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun dengan kebencian). Sebaliknya banyak orang yang mempunyai banyak hartadi dunia ini namun hidup mereka menyedihkan. Mereka memiliki harta berlimpah-limpah namun tidak dapat menikmatinya; mata mereka tidak puas dengan kekayaan (Pkh. 4:8). Banyak orang yang memiliki harta berlimpah namun selalu merasa tidak puas dan gusar, seperti Ahab dan Haman. Jadi apa gunanya kelimpahan harta itu bagi mereka?

(dari "Injil Lukas 1-12" [Surabaya: Momentum])

Rabu, 04 September 2013

Definisi Injil (2)

"Injil adalah kabar baik rencana kekal Sang Pencipta untuk berbagi kehidupan dan kasihNya dengan umat manusia yang berdosa dengan mengutus PutraNya, Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat dunia. Sebagai kuasa Allah yang menyelamatkan, Injil berpusat pada kehidupan, kematian, kebangkitan dan kedatangan kembali Yesus dan memimpin ke dalam suatu kehidupan yang kudus, bertumbuh dalam anugerah dan berisikan pengharapan meskipun ada harga mahal yang harus dibayar dalam pemuridan. Injil meliputi pemberitahuan tentang kemenangan Yesus atas kuasa kegelapan dalam ke-Tuhan-anNya yang tertinggi atas semesta".
[Amsterdam Declaration, 2000, Definitions 6].

(dari buku "Satu Iman" [Jakarta: Gunung Mulia])

Definisi Injil (1)

"Injil adalah kabar baik keselamatan Allah dari kuasa si jahat, penegakkan kerajaanNya yang kekal dan kemenangan finalNya atas segala yang melawan maksudNya. Dalam kasihNya Allah sudah merencanakan hal ini sebelum dunia dimulai dan menjalankan rencana pembebasanNya atas dosa, kematian dan penghukuman melalui kematian Tuhan kita Yesus Kristus. Kristuslah yang membuat kita bebas, dan mempersatukan kita dalam persekutuan dengan umat tebusanNya". 
[Manila Manifesto, 1989, Introduction]

(dari buku "Satu Iman" [Jakarta: Gunung Mulia])

Selasa, 03 September 2013

Katekismus Jenewa: Bapa Yang Mahakuasa

Pertanyaan 21: Tuturkan sekarang bagian pertama.

Jawaban: "Aku percaya kepada Allah Bapa, Yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi".
--------------
Pertanyaan 22: Mengapa engkau menyebut Dia Bapa?

Jawaban: Dengan memperhatikan Yesus Kristus yang adalah Firman kekal, yang diperanakkan dariNya sebelum segala abad, kemudian setelah tampil ke dalam dunia, diteguhkan dan dinyatakan sebagai AnakNya. Tetapi karena Allah adalah Bapa Yesus Kristus, maka Dia adalah juga Bapa kita.
-------------
Pertanyaan 23: Apa maksudmu bila kaukatakan Dia Mahakuasa?

Jawaban: Hal itu tidak hanya berarti bahwa Dia memiliki kuasa, namun tidak mempergunakannya. Sebaliknya, seluruh ciptaan berada di tanganNya dan tunduk padaNya; Dia mengatur semua hal melalui pemeliharaanNya, memerintah dunia melalui kehendakNya, dan mengendalikan segala kejadian sekehendak hatiNya.
-------------
Pertanyaan 24: Jadi, menurut perkataanmu, kuasa Allah bukannya menganggur, melainkan berdampak; artinya tanganNya senantiasa bekerja dan tidak terjadi apa pun kecuali oleh Dia atau dengan izin dan putusanNya?

Jawaban: Begitulah.

(Th van den End, "Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme").

Katekismus Jenewa: Allah Tritunggal

Pertanyaan 19: Melihat bahwa hanya ada satu Allah, apa yang mendorongmu untuk dalam tuturanmu menyebut Bapa, Anak dan Roh Kudus yang adalah tiga?

Jawaban: Sebab dalam satu Hakikat Ilahi yang tunggal kita harus memperhatikan Bapa sebagai awal dan asal, atau sebab pertama segala sesuatu; sesudah itu AnakNya, yang adalah hikmat kekal; dan Roh Kudus, yang adalah kekuatan dan kuasaNya, yang tersebar dalam seluruh ciptaan namun tetap berdiam dalam Dia.


Pertanyaan 20: Apakah dengan demikian engkau hendak berkata bahwa tidak ada alasan yang mencegah kita menganggap dalam keAllahan yang sama ada Tiga Pribadi secara tersendiri, dan bahwa Allah juga tidak terbagi?

Jawaban: Begitulah.

(Th. van den End, "Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme")

Senin, 02 September 2013

Kalimat Penting: Iman Sejati (2)

Inti iman adalah trust atau kebergantungan. Tanpa kebergantungan total kepada Tuhan, tidak mungkin ada iman sejati.

Kalimat Penting: Iman Sejati (1)

"Iman sejati haruslah kepercayaan kepada Allah yang tidak kelihatan. Kalau harus ada bukti baru percaya, bukan namanya iman. Iman melibatkan unsur tidak kelihatan".

Minggu, 01 September 2013

Niat (2)

Orang yang berniat untuk hidup kudus, akan sungguh-sungguh berjaga-jaga sehingga tidak terjerat oleh setan dan bersungguh-sungguh bersandar kepada Tuhan sehingga ia menang. Orang yang berniat berdoa akan bersungguh-sungguh dan mematikan telepon genggam sehingga bisa berkonsentrasi berdoa. Orang yang berniat kuliah atau sekolah akan terlihat dari kesungguhannya mengikuti kuliah atau mengerjakan tugas. Tidak main-main.

Orang yang berniat dipakai Tuhan akan sungguh-sungguh setia dalam perkara kecil. Orang yang berniat membuka toko/usaha, akan rajin dan tekun meski pelanggan masih sedikit. Orang yang berniat melayani Tuhan akan rajin meski tidak ada bayaran atau pujian.

Tanpa niat, hidup kita akan dijalani dengan separuh hati dan akhirnya kita menyesal. Waktu kita dipanggil Tuhan, kita sulit mempertanggungjawabkan hidup kita yang dijalani tanpa niat itu.

Niat (1)

Banyak orang percaya dalam Alkitab menunjukkan niat atau tekad yang positif. Bartimeus, pengemis yang buta dalam Lukas 18 sungguh-sungguh bertekad untuk bertemu dengan Tuhan Yesus meski ia dihalangi oleh banyak orang. Paulus juga menyatakan niat pelayanannya yang sungguh-sungguh ketika hendak berpisah dengan para penatua di Miletus dalam Kisah Para Rasul 20. Paulus bertekad untuk bahkan tidak menghiraukan nyawanya asal ia menyelesaikan tugas yang dipercayakan oleh Tuhan (ayat 24).

Orang yang berniat itu akan terlihat kesungguhannya. Orang yang berniat bekerja akan terlihat bahwa memang ia mempunyai tekad. Terlihat dari jam kedatangan, kepulangan, kesungguhan dalam bekerja dan seterusnya. Orang yang tidak berniat itu akan hidup secara lemas lunglai saja. Sebaliknya orang yang berniat akan bersungguh-sungguh dan bersemangat.

bersambung...