Kedua, mari kita bedakan masalah dengan kekuatiran. Dalam pandangan saya, kekuatiran lebih besar dari permasalahan itu sendiri. Bila kita beri skala dalam skala 10, masalah itu 3, maka kekuatiran bisa menggelembungkannya menjadi 7. Yang seharusnya kita hadapi adalah masalah secara jernih. Itu sebabnya, kita perlu berpikir dengan tenang dan jernih dalam menghadapi masalah. Manakah sebenarnya yang merupakan masalah dan manakah yang merupakan kekuatiran. Tuhan Yesus berkata kepada Marta: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan dirimu dengan banyak perkara" (Luk. 10:41). Orang yang kuatir, bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi malah menyusahkan dirinya dengan masalah-masalah baru.
Misalnya, orang tua di daerah tiba-tiba merasa kuatir dengan anaknya. Apalagi setelah menyaksikan di televisi, kalau di Jakarta sedang ada demonstrasi buruh besar-besaran. Lalu, tanpa konfirmasi dan pikiran tenang, langsung berangkat ke Jakarta. Akhirnya, dengan membuang uang yang mahal membeli tiket pesawat, meninggalkan pekerjaan di daerah dan berangkat ke Jakarta. Padahal sebenarnya anaknya tidak mengalami masalah apa-apa. Ini hanyalah sebuah contoh yang ekstrim. Keadaan seperti inilah yang kerap dimanfaatkan oleh orang-orang jahat yang tiba-tiba menelepon dan berkata: "Anak bapak ditangkap polisi karena membawa narkoba..."; "Anak ibu sedang di UGD Rumah Sakit karena kecelakaan...". Ujung-ujungnya; "transferlah...". Kalau kita tidak kuatir dan panik, maka penipu-penipu demikian tidak bisa mengambil kesempatan apa-apa.
Ketiga, kalaupun memang ada masalah, marilah kita dengan pikiran tenang menggumulkan beberapa hal. Apakah maksud Tuhan dengan semua masalah ini? Apakah yang harus saya belajar dari masalah ini? Mengapa masalah ini terjadi? Lalu kita juga mulai memikirkan, kalau perlu meminta pendapat orang yang tepat, untuk menyelesaikan masalah itu, asal sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan. Dengan hikmat bijaksana yang diberikan Allah, mari kita belajar mengurai dan mencari penyelesaian yang tepat dan benar.
Terakhir, ini hal yang paling penting, mari kita belajar seperti Kaleb dan Yosua. Di tengah ketakutan seluruh bangsa Israel, mereka melihat kehebatan Allah (Bil. 13). Mari kita belajar percaya bahwa Allah yang kita sembah, yang menebus kita adalah Allah yang berdaulat atas alam semesta. Kalau kita terlalu kuatir dan takut kepada manusia, maka kita menghina Tuhan. Mari kita belajar mempercayakan banyak hal kepada Tuhan. Ambil waktu untuk berdoa. Kalau perlu berpuasa.
Tuhan memberkati...