Selasa, 17 September 2013

Vern Poythress: Implikasi Doktrin Penciptaan (1)

Pertama, kesatuan Allah mengimplikasikan kesatuan, tatanan dan harmoni dalam dunia yang Dia telah ciptakan. Dalam politheisme, dewa-dewa berhubungan satu sama lain dalam sebuah kebiasaan yang semi kacau, dan mengancam untuk membuat kekacauan sebagai sebuah aspek permanen dari pengalaman praktis. Jika seorang dewa campur tangan pada satu titik, efek-efeknya tergantung kepada hukum atau agenda dewa tertentu. Kemudian, seorang dewa dengan agenda yang lain datang. Karena itu, hukum-hukum berubah. Pada dasarnya, jalannya dunia tidak dapat diperkirakan. Politheisme tidak menawarkan dasar bagi hukum-hukum yang stabil dan permanen yang sains dapat selidiki.

Sebaliknya, monotheisme Alkitab [Tritunggal] menawarkan sebuah fondasi bagi keandalan dan kekonstanan hukum. Satu Allah yang konsisten dengan satu tujuan yang konsisten memerintah dunia. Para ilmuwan dapat menyelediki dunia dalam pengharapan bahwa mereka dapat menemukan kekonsistenan dalam pemerintahan Allah.

Kedua, di dalam politheisme, keterbatasan dalam kekuasaan seorang dewa manapun atau bahkan semua dewa bersama-sama memberikan kepada dunia kebebasan tertentu. Orang-orang politheis menggambarkan dewa-dewa yang campur tangan, di sana-sini, tetapi juga melihat dunia sebagai yang berjalan menurut jalannya sendiri dengan kebebasan tertentu ketika para dewa terlibat dalam persoala lain.

Sebaliknya dalam wawasan dunia Alkitab, Allah secara konstan dan intim terlibat dalam dunia dan dunia secara mutlak berada dalam kendaliNya. Dunia tidak semi bebas. Sekali lagi, hal ini memiliki implikasi bagi sains. Sebuah dunia yang bebas atau tidak bergantung dapat menampilkan tanda-tanda irasionalitas pada banyak poin; tetapi sebuah dunia yang diatur oleh Allah Alkitab yang rasional, personal, mahakuasa akan menyingkapkan rasionalitas tujuanNya. Seorang ilmuwan dapat berharap untuk memahami suatu mengenai tujuan-tujuan Allah daripada melupakan kemungkinan tersebut karena pada dasarnya dunia bersifat tidak rasional.

bersambung...

(dari buku "Menebus Sains" [Surabaya: Momentum])