Ketujuh, penciptaan merupakan fondasi bagi pemerintahan providensial Allah yang terus-menerus atas dunia. Penciptaan enam hari sekarang telah berlalu. Tetapi karya Allah yang memerintah dunia terjadi juga pada masa sekarang. Dan tindakan-tindakan penciptaan menikmati sebuah relasi yang terus-menerus dengan tindakan-tindakan memerintah pada masa sekarang. Misalnya, Allah menciptakan tumbuhan pada hari ketiga. "Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji, dan segala jenis pohon-pohonan menghasilkan buah yang berbiji" (Kej. 1:12). Tumbuh-tumbuhan menjadi ada sebagai respons kepada firman Allah. Tetapi sebuah pembacaan yang teliti mengenai firman Allah tersebut menunjukkan bahwa firman itu memiliki dua aspek.
Pertama, firman Allah menyebabkan munculnya tumbuh-tumbuhan. Kedua, firman Allah menjelaskan dan memerintah kemunculan yang terus-menerus dari tumbuh-tumbuhan yang dengannya mereka akan menghasilkan ulang, menghasilkan lebih banyak tumbuh-tumbuhan "menurut jenis mereka sendiri". Pada hari kelima Allah memberikan perintah, "Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah" kepada makhluk-makhluk laut (1:22). Perintah tersebut dengan jelas masih terus memerintah makhluk-makhluk laut sampai sekarang. Allah menciptakan mereka pada mulanya dan meletakkan aturan-aturan permanen bagi perkembangbiakan melalui banyak generasi. Makhluk-makhluk laut masih menaati aturan tersebut.
Keharmonisan antara penciptaan dan providensi sekali lagi menunjukkan keharmonisan dalam rencana dan pemerintahan Allah. Untuk tujuan-tujuan sains, itu berarti cara benda-benda berfungsi sekarang sama dengan awal mereka diciptakan. Hukum Allah yang memerintah mereka sekarang bukanlah sebuah pemikiran yang muncul setelahnya, diberikan kepada hal-hal yang pada mulanya diciptakan untuk tujuan tertentu yang berbeda secara radikal. Sebaliknya, hukum tersebut merupakan ekspresi dari tujuan awal Allah.
(dari buku "Menebus Sains" [Surabaya: Momentum])