Rabu, 18 September 2013

Vern Poythress: Implikasi Doktrin Penciptaan (3)

Kelima, penciptaan merupakan sebuah tindakan bebas Allah. Yaitu, Allah tidak harus menciptakan dunia apapun. Dengan memutuskan untuk menciptakan, Dia menciptakan dunia dalam sebuah tindakan yang konsisten dengan karakterNya sendiri. Tetapi Dia juga menciptakan pilihan-pilihan mengenai dunia yang tidak ingin dibuatNya. Kejadian 1 tidak banyak berbicara mengenai hal ini, tetapi mengimplikasikannya melalui seluruh pernyataan mengenai kedaulatan dan kendali Allah. Allah mengucapkan perintah yang menciptakan terang dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Implikasinya, Dia mengucapkan perkataan ini, bukannya banyak kata yang lain yang dia Dapat ucapkan. Dia membuat pilihan-pilihan untuk mencipta tepat seperti apa yang Dia lakukan.

Kebebasan Allah ini sekali lagi menyatakan ketuhananNya atas ciptaan. Tetapi kebebasan ini juga memiliki implikasi-implikasi bagi sains. Para ilmuwan tidak dapat berharap untuk menarik kesimpulan mengenai karakter dunia secara rinci, hanya dari prinsip-prinsip utama. Mereka tidak dapat melakukan demikian meskipun prinsip-prinsip utama tersebut mencakup mengenai apa yang mereka ketahui mengenai Allah. Karena Allah menciptakan secara bebas dalam cara ini dan bukan cara itu, kita harus keluar dan melihat apa yang Dia putuskan untuk ciptakan dari pada menyimpulkan dari apa yang dikatakan telah Dia ciptakan.

Di sini, kita menemukan fondasi dan dorongan bagi percobaan sains, dan keharusan untuk menguji teori-teori melalui percobaan. Tentu saja, pada saat yang sama, karena Allah bersifat rasional dan dapat dikenali, teori-teori sebagai spekulasi-spekulasi rasional mengenai apa yang mungkin telah Allah lakukan, sama pentingnya dengan percobaan, Allah bebas (sehingga menuntut percobaan) dan tidak dapat berubah dalam karakterNya (menuntut pemikiran rasional dari kita).

Keenam, tindakan-tindakan penciptaan terjadi dalam waktu, pada masa lalu yang jauh, dan sekarang telah selesai. Allah berhenti pada hari ketujuh, (Kej. 2:2). Kita mengetahui dari bagian-bagian lain Alkitab bahwa Allah terus bertindak dalam providensi (Mzm. 147:13-18), dalam mujizat-mujizat, dan dalam tindakan-tindakan penebusan (Yoh. 5:17). Tetapi tindakan-tindakan penciptaan Kejadian 1 tidak terus-menerus terjadi. Allah menciptakan terang pada hari pertama. Dia tidak harus melakukannya lagi (walaupun Dia menopang dunia dan membawakan terang kepada kita melalui providensiNya). Dia menciptakan manusia, dan tidak harus melakukan hal itu lagi - walaupun dalam sebuah pengertian yang lebih rendah Dia yang menciptakan setiap bayi baru yang masuk ke dalam dunia (Mzm. 139:14-16).

Penciptaan yang selesai memiliki sebuah hubungan yang penting bagi sains. Jika Allah terus-menerus menciptakan makhluk-makhluk jenis baru, atau mungkin bahkan mengumumkan hukum-hukum baru, sains akan sulit dipertahankan dengan berjalannya waktu. Hukum-hukum Allah kelihatannya terus berubah, dan berkaitan dengan itu, ilmuwan akan menemukan dirinya terus berubah untuk mengikutinya. Kepermanenan susunan benda-benda yang ada sekarang adalah penting jika tidak sains akan gagal karena peraturan-peraturan yang terus berubah.

bersambung...

(dari buku "Menebus Sains" [Surabaya: Momentum])