Kamis, 26 September 2013

Masalah Jangan Jadi Berhala (1)

J.I Packer mengatakan bahwa prinsip dasar Alkitab adalah apapun yang membentuk dan mengendalikan hidup seseorang adalah berhala yang disembahnya. ("Allah dan Kebudayaan" [Surabaya: Momentum]). Dengan kata lain, apapun yang mengendalikan hati, pikiran bahkan tindakan manusia itu sebenarnya adalah berhala dalam hidupnya.

Secara tidak sadar, orang percaya kadang-kadang memberhalakan masalah. Ketika ditanya: "apa yang mau didoakan?" Jawabannya adalah "ada banyak masalah". Seluruh hidup dibaca dalam kacamata/ framework masalah. Suami/istri adalah pembuat masalah. Kantor adalah pabrik masalah. Anak adalah penggembur masalah. Gereja adalah penambah masalah. Tidak heran, hidup begitu melelahkan karena seluruh lembaran hidup berwarna gelap yakni penuh dengan masalah.

Pada tataran ini, kita sebenarnya sedang memberhalakan masalah. Mengapa demikian? Karena hati, pikiran, hidup dan bisa-bisa tindakan kita dikendalikan oleh yang namanya masalah.

Kalau kita dapat menguraikan dengan tenang maka:

Pertama, tidak semua yang dianggap masalah itu sebenarnya memang bermasalah. Mari kita definisikan apakah masalah itu sebenarnya. Salah satu definisi dari TheFreeDictionary adalah situasi di mana seseorang berhadapan dengan kesulitan. KamusBahasaIndonesia versi online melihat masalah sebagai sesuatu yang harus dipecahkan yang ada kerumitannya. Jadi, bagi saya, masalah itu adalah sesuatu yang pelik, yang tidak langsung ada pemecahannya, yang sulit. Konflik, kontradiksi, simalakama, yang sulit dipecahkan, merupakan sebagian gambaran dari apa yang disebut masalah.

Jadi, sebagai contoh, mengantar anak sekolah bukan masalah. Kalau tidak mempunyai uang membayar sekolah dan mengantar anak sekolah, barulah timbul masalah. Memang hal itu sudah merupakan tugas kita sebagai orang tua. Kita mau menikah, harus bersedia mempunyai anak. Jadi, karena itu, harus mengantar anak ke sekolah. Apalagi kita sudah memiliki kendaraan: mobil/ sepeda motor sehingga sebenarnya sudah ada penyelesaian. Rutinitas bukan masalah. Contoh lain, berbelanja rutin di supermarket bukan masalah. Kalau tidak ada uang untuk belanja, itu baru masalah. Hidup kita harus jalan terus. Kita perlu sabun, shampoo, garam, sabun cuci, beras, bumbu, sehingga kita harus berbelanja. Hal ini bukan masalah. Mari kita jalani dengan sukacita.

(bersambung...)