Ketiga, tidak ada materi utama yang kekal. Ketaatan dunia yang sepenuhnya kepada Allah mengimplikasikan ketuhanan Allah yang sepenuhnya. Dalam kesesuaian dengan ketuhananNya, kita sebagai manusia dipanggil untuk taat kepadaNya. Kita tidak perlu takut kepada tuhan-tuhan saingan yang membuat kita tergoda untuk mengambil hati mereka. Menyingkirkan materi utama juga menyingkirkan irasionalitas yang di luar lingkup Allah. Penyingkiran irasionalitas memberikan sebuah dasar yang teguh bagi sains.
Keempat, karena dunia sepenuhnya diciptakan dan ditundukkan kepada Allah, ia tidak bersifat semi-ilahi. Ia bukan merupakan sebuah 'emanasi' dari Allah yang berbagian dalam Keberadaan Ilahi. Ia bukan untuk disembah. Kejadian 1 secara tajam menyatakan bahwa matahari, bulan, dan bintang-bintang diciptakan oleh Allah, yang bertentangan dengan pemikiran budaya di sekitarnya bahwa hal-hal ini bersifat ilahi. Dalam cara ini doktrin penciptaan tidak mengkeramatkan (desacralize) makhluk ciptaan. Ciptaan adalah ciptaan, bukan ilah, walaupun ia menyatakan keilahian dari Dia yang menciptakannya. Maka, tidak seperti orang-orang animis yang takut akan mengganggu roh-roh dalam pepohonan, orang-orang Kristen menyelidiki dunia yang dicipta tanpa ketakutan.
(dari buku "Menebus Sains" [Surabaya: Momentum])