Minggu, 27 Mei 2012

Pdt. Stephen Tong tentang Menghadapi Orang Yang Melawan

Di dalam dunia ini, tesis dan antitesis selalu ada bersama-sama. Kristus pun di dunia ini tidak disetujui oleh semua orang. Kita harus tenang dan dingin menghadapi semua perlawanan. Pada waktu orang berbeda dengan kita, kita harus evaluasi diri mana yang benar, mana yang salah. Kita harus bertanya mengapa orang melawan saya? Apakah mereka benar, saya salah atau saya benar mereka salah. Kalau mereka normal maka saya melawan arus, kalau saya normal maka mereka melawan kebenaran.

Waktu kita dilawan, perasaan tidak enak, tetapi yang melawan juga perasaannya tidak enak. Orang melawan karena merasa terancam. Hal ini berarti kita sudah menjadi ancaman. Tuhan Yesus di dunia menjadi ancaman bagi orang Yahudi. Kebudayaan Yahudi terancam sehingga mereka mengambil keputusan mematikan Yesus untuk melestarikan kebudayaan Yahudi. Tetapi apakah keputusan orang Yahudi ini sesuai dengan pimpinan Tuhan?

Meskipun menjadi ancaman, pemimpin harus memiliki independent opinion and decision (keputusan dan opini yang mandiri). Kalau seorang pemimpin menjadi ancaman tetapi dia benar, dia tidak boleh mundur atau menjadi jelek supaya tidak ada ancaman.

Penyebab orang merasa terancam adalah karena merasa kalah. Terancam karena ada perbandingan. Seperti Petrus merasa terancam karena Tuhan Yesus lebih mengasihi Yohanes (perhatikan Yohanes 21). Merasa terancam karena iri hati, mengapa tidak dihargai lagi, mengapa tidak diperlakukan sama rata. Kita merasa terancam karena tidak bisa mencapai apa yang dicapai orang lain. Kita merasa hak kita direbut. Padahal sebelum orang lain datang, kita merasa seperti merajalela.

Kalau rencana kekekalan datang maka orang yang kelihatannya adalah utama akan mundur. Sebab pada dasarnya ia adalah sementara. Seperti Saul adalah raja yang sementara Tuhan ijinkan atas desakan orang Israel. Tetapi rencana kekekalan dalam hati Tuhan adalah Daud menjadi Raja. Maka pada waktu Tuhan, Saul harus mundur dan digantikan oleh Daud.

Karena itu, ketika dilawan, jangan balas menyerang, lebih baik diam. Kalau kita ngomong keras bukan untuk sombong, bukan untuk memaki tetapi untuk membela kebenaran. Telor kalau dilempar akan pecah. Tetapi bola karet kalau dilempar akan melenting lebih tinggi. Jangan bela diri dan jangan menyerang waktu dilawan, tetapi bergantung kepada Tuhan. Tugas kita adalah membela kebenaran dan mengasihi musuh. Peribahasa Tionghoa mengatakan: "selalu pikir yang terburuk, kerja semua yang paling baik". Kalau diserang, jangan balik menyerang tetapi mengasihani orang yang melawan.
(Parafrase oleh Penulis)