Senin, 05 Januari 2015

Berhala-Berhala Dalam Gereja

Dalam masa kontemporer ini, kita sering mendengar hal-hal yang secara sadar atau tidak sadar sudah dijadikan berhala dalam gereja. Betapa semua ini adalah kejijikan di mata Tuhan. Hanya satu yang harus ada dalam gereja yakni Tuhan. Sisanya, siapapun dia, apapun itu, hanyalah pelengkap yang boleh ada dan boleh tidak ada. Tuhan, Pencipta langit dan bumi, Penebus orang percaya, Pemelihara alam semesta, Dia-lah yang bertahta dalam gereja juga yang bertahta atas alam semesta.

Kita sering mendengar:

Hanya dengan minyak urapan orang disembuhkan, diselamatkan dari kecelakaan, memperoleh anak dan sebagainya. Minyak urapan telah diangkat menjadi berhala dalam gereja itu. Sebab, ada Tuhan tetapi tidak ada minyak urapan, tidak mungkin ada kesembuhan dll. Jikalau Tuhan yang dipercaya sebagai Allah yang berdaulat maka tidak ada minyak urapan pun, kalau Tuhan mau, demi kemuliaan-Nya, Ia berkuasa menyembuhkan, pada waktu-Nya.

Dalam sebuah seminar di suatu kota, seorang jemaat berkata, "pak, kalau di gereja sini, tidak ada makanan berat, seminar pasti sepi". Di kota ini, perkataan Tuhan Yesus telah dirubah. Bukan lagi, "manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah" (Mat. 4:4) tetapi "manusia hidup bukan dari Firman yang keluar dari mulut Allah saja tetapi terutama dari roti". Dalam konteks ini, berhala barunya adalah makanan. Tuhan Yesus berkata "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." (Yoh. 6:27).

Suatu kali, panitia KKR dari suatu organisasi menghubungi pendeta-pendeta di suatu daerah untuk mengadakan KKR di daerah tersebut. Para pendeta dengan penasaran bertanya kepada panitia: "apakah nanti dalam KKR ini ada artis?" Panitia mengatakan tidak ada artis. Seorang pendeta lain bertanya, "apakah ada kesembuhan Ilahi?" Panitia berkata, "KKR ini berfokus kepada pemberitaan Firman Tuhan". Seorang pendeta lain lagi bertanya, "apakah ada band, musik yang keras dan ramai?" Panitia menjawab, "musiknya sederhana, yang penting hati sungguh-sungguh memuji Tuhan". Cerita ini menggambarkan berhala-berhala yang disembah oleh para pendeta, sadar atau tidak sadar: artis, musik, kesembuhan, door prize dan lain-lain. Mengapa pendeta-pendeta itu tidak bertanya: "Apakah pengkhotbah akan menyampaikan khotbah yang setia kepada Firman Tuhan? Apakah pengkhotbah akan menyampaikan isi hati Tuhan?"

Marilah kita berdoa bagi kebangunan rohani dalam gereja-gereja: agar Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja, bertahta atas gereja-Nya dan seluruh kemuliaan tidak dicuri oleh seorang pun tetapi dikembalikan kepada Tuhan semata-mata. Biarlah gereja seperti orang Israel, menolak semua berhala-berhala tersebut. Biarlah gereja Tuhan bertobat.

Oh yah, jangan lupa, ada satu berhala lagi: kalau tidak ada pohon Natal dalam gereja, itu bukan Natal. Padahal, ada pohon Natal tetapi tidak ada Kristus, itulah yang tidak layak disebut sebagai Natal. Natal: "Christmas" dari Old English: "Cristes+Maesse" yang berarti "Christ's Festival". Tanpa Kristus, itu bukan Natal sama sekali.