Sabtu, 10 Januari 2015

Bill Hybels: Disiplin Berdiam Diri

Orang yang betul-betul ingin mendengar suara Allah paham bahwa ada harga yang harus dibayar, yaitu berdiam diri yang dilakukan secara disiplin.

Orang yang paling tidak punya waktu untuk berdiam diri, tentu Yesuslah orangnya. Berduyun-berduyun orang mengikuti-Nya kemana pun Ia pergi. Ia berkhotbah, mengajar, menyembuhkan sepanjang hari dan setiap hari. Namun Yesus mengembangkan disiplin berdiam diri di hadapan Allah sekalipun banyak peranan dan tanggung jawab yang harus dipikul-Nya.

Markus 1:35 mengatakan, "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang terpencil dan berdoa di sana". Jadi jelaslah, saat berdiam diri dan menyendiri penting bagi Dia. Pada saat Ia menyendiri, Ia bukan saja mencurahkan isi hati-Nya kepada Bapa, melainkan juga mendengarkan Bapa dengan sungguh-sungguh.
...
Jika Yesus satu-satunya tokoh yang disebutkan di dalam Alkitab yang menyediakan waktu untuk mendengarkan Allah, telada n itu saja sudah kuat untuk kita ikuti. Namun itu tidaklah benar - tidak hanya Yesus yang melakukan itu. Raja Daud, penulis banyak Mazmur "masuk dan duduk di hadapan Tuhan" (2 Sam. 7:18). Nabi Yesaya, sebelum mendapatkan pengutusan yang sulit dari Allah, mendengar Allah di Bait Suci (Yes 6). Rasul Petrus "naik ke atas rumah untuk berdoa" kira-kira pukul dua belas dan di sana Allah berbicara kepadanya (Kis. 10:9-20).

Alkitab penuh dengna cerita tentang orang-orang yang menyediakan waktu untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan Allah kepada mereka.

[Hari ini, firman Allah sudah dinyatakan dalam Alkitab. Marilah sediakan waktu berdiam diri, merenungkan firman Tuhan dalam Alkitab setiap pagi. Setelah itu, bersyafaatlah...]

(dari buku "Terlalu Sibuk? Justru Harus Berdoa")