Kamis, 14 Agustus 2014

David Wells: Apakah Dosa Itu?

Dosa, dalam pengertian alkitabiah, bukan semata-mata absennya kebaikan. Dosa juga berakibat pada perlawanan aktif kita terhadap Allah. Karena itu dosa adalah pemberontakan secara terang-terangan terhadap otoritas-Nya, penolakan terhadap kebenaran-Nya, tantangan terhadap kedaulatan-Nya yang di dalamnya kita menegakkan diri kita di dalam kehidupan untuk hidup menurut cara yang kita inginkan. Dosa adalah cara kita meronta untuk melepaskan diri dari ketaatan kepada Dia, melepaskan diri kita dari pegangan-Nya, dan menolak untuk membiarkan Dia menjadi Allah. Karena itu dosa adalah semau cara hidup kita yang sesuai dengan persyaratan kita sendiri, untuk mencapai tujuan-tujuan kita sendiri, dengan tidak bertanggung jawab kepada siapapun selain kepada diri kita.

Inilah yang sungguh-sungguh menjadi gagasan yang paling mendasar di dalam bahasa Alkitabiah. Dosa dideskripsikan sebagai meleset dari sasaran (Rm 3:9; 7:5), kegagalan untuk mencapai suatu standar, atau melanggar batasan-batasan (Rm 2:23; 5:20; Gal. 3:19). Meski begitu, target yang gagal dicapai, jalan yang ditinggalkan, otoritas yang ditentang, hukum yang dilanggar semuanya adalah milik Allah.

Dosa sepenuhnya adalah soal menentang Allah, memberontak secara terang-terangan terhadap Dia, menolak untuk tunduk kepada-Nya, dan memindahkan Dia dari pusat eksistensi. Kita kini tidak puas terhadap pemerintahan-Nya, gusar terhadap klaim-klaim-Nya atas hidup kita, memusuhi kebenaran-Nya di dalam Firman Alkitabiah, dan bertekad untuk mengejar nilai-nilai, sasaran-sasaran dan kesenangan-kesenangan kita sendiri dalam pemberontakan yang terangan-terangan terhadap apa yang telah dikatakan-Nya.

"Kebebasan" dari seluruh keberadaan Allah ini, dan dari semua yang telah dikatakan-Nya ternyata adalah sebuah ilusi.Ketika kita membebaskan diri kita dengan cara-cara ini, yang dimulai dengan kejatuhan, kita jatuh secara tidak terkendali ke dalam suatu penawanan yang gelap baik oleh diri kita sendiri dan lebih dari itu, oleh kuasa-kuasa kegelapan.

(dari buku "Keberanian Menjadi Protestan" [Surabaya: Momentum])