Rabu, 10 September 2014

Achim Teschner: Panggilan Yesaya (2)

"Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam". Di sini, di bait Allah surgawi, jelas tampak perbedaan antara Yahweh dan semua makhluk ciptaan termasuk para serafim itu: TUHAN mutlak kudus tapi semua yang diciptakan-Nya tidak. Kudus juga tidak hanya berarti tanpa dosa dan sempurna dalam segala sesuatu. Malaikat-malaikat termasuk dalam kategori ini sehingga mereka dapat melayani TUHAN di hadapan-Nya. Meski demikian mereka harus menutupi wajah mereka. Dengan kata lain masih ada perbedaan besar antara makhluk yang tidak berdosa (malaikat) dan Allah. Perbedaan itu terletak pada kekudusan-Nya yang mutlak.
...
Setelah Yesaya mengaku dosa (ay 5), TUHAN memerintahkan penghapusan dosa Yesaya. Dalam hal ini dapat dimengerti maksud yang terkandung dalam nama Serafim (membakar, membakar sampai habis). Mereka adalah penolong Allah dalam hal kasih dan karya keselamatan. Kasih Allah merupakan satu-satunya alasan mengapa Allah mengutus Sang Penebus ke dunia ini (1 Yoh. 4:10). "Kasih Serafim" ialah istilah yang digunakan gereja purba. Bara itu merupakan simbol atau gambaran bagi Anak Allah yang menjadi manusia.

"Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: Siapakah yang mau Ku utus dan siapakah yang mau pergi untuk kami? Maka sahutku: Ini aku, utuslah aku!".
...
Sesudah dosanya dihapuskan, Yesaya merasa siap menerima tugas dari Allah. Dia bersedia untuk menjadi utusan Allah. Yesaya memahami, tidak ada anugerah yang melebihi pengampunan dosa. Dia telah mengalaminya dan ingin memberitakan kabar baik itu kepada saudara sebangsanya. Di sini terlihat perbedaan mencolok antara Yesaya dan Musa atau Yeremia, yang mula-mula menolak panggilan Tuhan.

(dari buku "Rangkaian Visi Mutiara Kitab Yesaya" [Jakarta: YKBK OMF])