Minggu, 21 September 2014

Ajith Fernando: Meredakan Murka Allah (2)

Propisiasi berfokus pada seriusnya dosa dan murka Allah terhadapnya, yang ditanggung oleh Yesus. Salah satu alasan mengapa kita sulit menerima hal ini adalah karena doktrin tentang murka Allah telah diabaikan oleh gereja. Pada masa kini, kita sulit membayangkan kata-kata seperti ini keluar dari mulut Yesus: "Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?" (Mat. 23:33).

Kita terkejut melihat penggambaran Allah seperti ini: "Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman" (Hab. 1:13). Kita telah kehilangan rasa jijik terhadap dosa seperti yang ditemukan dalam Alkitab.

Sejarah gereja menunjukkan usaha-usaha untuk melemahkan ajaran mengenai murka Allah...
Pandangan ini ditentang dan terbukti tidak sejalan dengan kesaksian Alkitab. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, murka dilihat sebagai bagian dari natur esensial Allah.

Kita akan banyak kehilangan arti penting dari kematian Kristus, jika murka tidak diperhitungkan. Kita juga akan kehilangan sebagian dari kebebasan karena pengampunan jika tidak menyadari bahwa murka Allah atas dosa ktia telah sepenuhnya ditanggung oleh Yesus.

(dari buku "Supremasi Kristus" [Surabaya: Momentum]