Jumat, 15 Februari 2013

John Piper: Allah Mengasihi KemuliaanNya (2)

Mengapa Allah mengumbar bangsa Israel yang suka memberontak itu di padang gurun, sebelum akhirnya membawa mereka masuk ke tanah perjanjian? "Aku bertindak karena namaKu, supaya itu tidak dinajiskan di antara bangsa-bangsa" (Yeh. 20:14). Mengapa Ia tidak membinasakan bangsa Israel ketika mereka menolak Dia untuk menjadi Raja atas mereka dan justru ingin menjadi seperti bangsa-bangsa lain (1 Sam. 8:4-6)? "Tuhan tidak akan membuang umatNya, sebab namaNya yang besar" (1 Sam. 12:22). Kasih Allah akan kemuliaan namaNya sendiri bagaikan mata air sumber karunia sekaligus gunung batu tempat perlindungan kita.

Mengapa Allah melepaskan bangsa Israel dari tawanan bangsa Babilonia? Daniel berdoa: "Ya Allah kami... sinarilah tempat kudusMu yang telah musnah ini dengan wajahMu, demi Tuhan sendiri" (Dan. 9:1&). Mengapa Allah Bapa mengirim Allah Putra yang berinkarnasi itu kepada bangsa Israel? "Untuk mengokohkan janji yang telah diberikanNya kepada nenek moyang kita, dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmatNya" (Rm 15:8-9).

Mengapa Allah Putra menjemput ajalNya sendiri? "... untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah namaMu" (Yoh. 12:27-28). Kristus mati demi memuliakan Allah Bapa dan demi menanggung semua kutukan oleh jasaNya. Satu-satunya pengharapan kita adalah bahwa kematian Kristus memuaskan tuntutan keadilan Allah untuk menerima pujian yang layak dari ciptaanNya (Rm 3:24-26). Saudaraku, Allah mengasihi kemuliaanNya! Ia dengan kedaulatanNya yang mutlak dan kekal itu telah berketetapan untuk menyatakan kemuliaanNya dan melestarikan kebesaran namaNya.

Rasul Paulus menyatakan dalam 2 Timotius 2:13 bahwa, "jika kita tidak setia, Ia tetap setia", bukan berarti kita diselamatkan sekalipun tidak setia. Sebab ayat sebelumnya menyatakan, "jika kita menyangkal Dia, Ia pun akan menyangkal kita". Yang lebih tepat adalah ketika ayat tersebut menyatakan, "Dia tetap setia" itu berarti Dia tidak dapat menyangkal diriNya. Komitmen Allah yang paling mendasar adalah kepada diriNya sendiri.

Kita telah beratus-ratus kali berkata kepada jemaat kita, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 1 Korintus 10:31. Namun sudahkah kita memberi dasar bagi mereka untuk perintah ini? Allah mengasihi kemuliaanNya. Ia mengasihi itu dengan komitmen, hasrat, dan energi yang tak terbatas. Dan Roh Allah terbakar oleh kasih ini. Itu sebabnya anak-anak Allah mengasihi kemuliaan Allah; mereka dipimpin oleh Roh Allah yang membakar ini (Rm 8:14).

Mari kita dengan lantang dan berani memproklamirkan apa yang paling dikasihi Allah. Yakni kemuliaan Allah. Mari kita membentengi diri kita dari arus keberpusatan kepada manusia yang mengepung kita. "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari embusan nafas. Dan sebagai apakah ia dianggap?" Fondasi, sarana, tujuan, dari kasih agape Allah bagi para pendosa adalah kasihNya yang lebih utama, lebih mendalam, dan ultimat itu kepada kemuliaanNya sendiri. Maka, saudaraku, beritakanlah jemaat anda dasar mulia dari berita Injil ini, yakni bahwa Allah mengasihi kemuliaanNya.

(dari buku "Brothers, We Are Not Professional")