Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: 'Inilah dia, tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki'. Sebab itu seorang laki-laki akan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu (Kej. 2:21-25).
Allah membuat manusia tidur nyenyak. Komentar von Rad: "Allah tak boleh diamati kalau sedang menciptakan. Manusia tidak boleh melihat bagaimana Allah berkarya, manusia hanya dapat mengagumi hasil ciptaan Allah". Maka sampailah kita pada puncak Kejadian 2. Untuk memenuhi kebutuhan laki-laki yang tidak baik kalau tinggal sendirian, Allah menyediakan baginya seorang yang mirip dengan dia, seorang penolong yang sepadan. Ketidaklengkapan laki-laki itu tanpa perempuan, sekarang dipenuhi oleh pemberian seorang yang diambil dari sisi tubuhnya, untuk berdiri di sisinya.
Pertama, kita lihat bagaimana Adam menyambut perempuan itu, yang dibawa Allah kepadanya seperti seorang ayah membawa pengantin laki-laki: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku". Ungkapan ini menyatakan hubungan manusia yang paling akrab, yang 'menempatkan laki-laki dan perempuan pada derajat kemanusiaan yang sama, yang berbeda dari derajat binatang-binatang.
Di dalamnya terdengar juga nada lega sebab masa menunggu sudah berakhir. Perempuan yang disediakan Allah itu serasi sekali dengan apa yang dibutuhkannya, dan dalam sambutan poetis Adam kepada istrinya, marak luapan sukacita seorang manusia yang menantikan pasangannya. Mudah dimengerti mengapa Karl Barth menganggap kemanunggalan (persekutuan) laki-laki dan perempuan sebagai bagian yang sentral dari makna gambar dan rupa Allah.
Kedua, seperti yang diungkapkan Matthew Henry dnegan penuh keharuan yang jenaka, 'perempuan itu tidak dibuat dari kepala laki-laki supaya jangan mengepalainya, tidak dibuat dari kakinya supaya jangan diinjak-injak olehnya, melainkan dibuat dari sisinya, supaya sederajat dengan dia, di bawah lengannya supaya terlindung, dan di dekat hatinya supaya dicintai'.
Kejadian 1 dan 2 menjelaskan tegas, bahwa laki-laki dan perempuan sederajat dan bersama-sama merupakan gambar dan rupa Allah (sekalipun sesudah kejatuhan ke dalam dosa hubungan antara keduanya menjadi rusak). Diambilnya rusuk laki-laki itu untuk menjadikan perempuan berarti bahwa kelamin yang satu tidak lengkap tanpa yang lain. Laki-laki membutuhkan perempuan demi keutuhannya sebagai laki-laki, perempuan membutuhkan laki-laki demi keutuhannya sebagai perempuan. Kebutuhan keduanya sama. Mereka saling membutuhkan hubungan satu sama lain.
(dari tafsiran "Kejadian 1-11")