Jumat, 31 Mei 2013

John Stott: Salam Perpisahan: Pentingnya Buku

John Stott adalah salah seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan luar biasa, dan pemimpin terkemuka dari seorang Injili. Stott dianggap sangat berpengaruh dalam gerakan Injili. Pada November 2004, dalam editorial tentang John Stott, kolumnis New York Times David Brooks mengutip Michael Cromartie dari the Ethics and Public Policy Center yang berkata "jika orang Injil dapat memilih seorang Paus, maka John Stott lah yang akan dipilih". 

John Stott ditetapkan sebagai "Commander of the Order of the British Empire" (CBE) oleh Ratu Elizabeth II dan dianggap 100 orang paling berpengaruh oleh majalah Time. Tetapi penghargaan tertinggi adalah ketika di akhir zaman nanti Tuhan berkata "masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuhanmu". Ia meninggal pada 27 Juli 2011 dalam damai sambil mendengarkan lagu-lagu dari Oratorio Messiah karangan komponis G F Handel dan Alkitab dibacakan oleh teman-temannya.

Setiap kali seorang hamba Tuhan yang setia dipanggil Tuhan, kita harus bersyukur karena seluruh hidupnya adalah sebuah panggung mempertontonkan betapa hebatnya dan berkuasanya Tuhan dalam memelihara dan memakai hambaNya yang tidak layak.

Berikut ini salam perpisahan dari buku terakhirnya "Radical Disciple": 

Ketika saya meletakkan pena saya untuk terakhir kalinya (ini dalam makna hurufiah, harus saya akui bahwa saya bukanlah orang yang dapat menggunakan komputer) pada usia delapan puluh delapan. Saya berusaha menyampaikan pesan perpisahan ini kepada para pembaca saya. Saya berterimakasih untuk dukungan Anda sekalian, karena banyak dari Anda yang telah menuliskannya kepada saya. 

Di masa yang akan datang nanti, tentu saja tidak ada satupun dari kita yang mengetahui akan seperti apa percetakan dan penerbitan buku di masa depan. Tapi secara pribadi saya yakin bahwa di masa depan, buku tetap terjamin keberadaannya, meskipun ia akan semakin diperlengkapi, buku-buku tersebut tidak akan pernah sepenuhnya tergantikan. Sebab buku memiliki keunikan tersendiri. Buku-buku kesukaan kita akan menjadi semakin berharga bagi kita dan bahkan kita akan membangun relasi yang semakin hidup dan semakin mencintai buku-buku tersebut. Mungkinkah hal ini adalah suatu yang terlalu berangan-angan bahwa ketika kita memegang, mengelus, bahkan mencium aroma buku-buku tersebut, kita menganggap hal itu sebagai tanda rasa kecintaan dan penghargaan kita atas buku itu? 

Saya tidak sekedar menunjukkan hal ini kepada perasaan dari seorang penulis terhadap apa yang telah ia tulis, tapi pada semua pembaca dan perpustakaan pribadi mereka. Saya telah membuat hal ini menjadi sebuah peraturan yaitu untuk tidak mengutip dari buku apapun juga kecuali jika saya telah menguasai dan memahami buku tersebut. Jadi izinkan saya mendorong Anda untuk tetap membaca dan menyemangati sanak saudara dan rekan-rekan anda untuk melakukan hal yang sama. Sebab ini adalah anugerah yang paling sering diabaikan. 

(dikutip dari Wikipedia dan buku "Murid Yang Radikal" [Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2010])