Sabtu, 25 Mei 2013

John D. Curid: Kesaksian Kebangunan Rohani Jonathan Edwards (1)

Tahun 1991 menandai peringatan ke 250 khotbah yang paling terkenal dalam sejarah Amerika, yakni "Orang  Berdosa di Tangan Allah Yang Murka" (Sinners in the Hands of an Angry God) yang dikhotbahkan oleh Jonathan Edwards (1703-1758) di Gereja Enfield, Connecticut, pada tanggal 8 Juli 1741. Edwards, pendeta dari Gereja Kongregasional di NorthHampton, Massachusetts, diundang untuk berkhotbah oleh Pendeta Enfield karena orang-orang di Enfield cenderung mengeraskan hati terhadap berita Injil. Lebih jauh, sikap jemaat tersebut dilukiskan oleh Pendeta Wheeloc, dari Second Church of Libanon, ketika itu, sebagai "orang-orang bebal dan tegar tengkuk". Konon, Edwards bukanlah orang yang direncanakan untuk menjadi pengkhotbah tamu pada minggu itu, melainkan sekedar menjadi pengkhotbah pengganti dalam keadaan darurat. Namun, saya tidak menemukan cukup bukti untuk meyakini klaim tersebut.

Distrik Enfield praktis tidak tersentuh oleh dampak kebangunan rohani besar yang terjadi di New England pada tahun 1734-1735. Dan faktanya, sebagaimana dilaporkan oleh Iain Murray, masyarakat Enfield tidak memperdulikan apakah kebangunan itu akan tiba pada mereka atau tidak. Sekalipun demikian, orang-orang Kristen di sekitar Enfield sangat prihatin terhadap keadaan di Enfield, dan karenanya, pada malam sebelum khotbah Edwards disampaikan, mereka menyempatkan diri untuk secara khusus berdoa agar kiranya "berkat Ilahi bukan sekedar dicurahkan ke atas mereka, tetapi juga ke atas masyarakat Enfield".

Respons jemaat Enfield terhadap khotbah yang disampaikan Edwards itu sungguh "menakjubkan." Sebelum khotbah itu selesai, orang-orang menangis, meratap, dan meneriakkan, "Apakah yang harus saya perbuat, supaya saya selamat?" Laporan seorang saksi mata yang juga didukung oleh seorang pendeta menyatakan bahwa "sayup-sayup terdengar suara seperti ratapan dan tangisan, sehingga sang pengkhotbah (Edwards) berusaha untuk berkhotbah dengan suara yang lebih keras dan meminta jemaat untuk tenang agar suaranya dapat didengar".

bersambung...

(dikutip dari buku "Orang Berdosa di Tangan Allah Yang Murka" [Surabaya: Momentum, 2004])