Keempat, kita jangan menyandarkan pemahaman kita terhadap pasangan calon presiden/ wakil presiden semata-mata pada kesalahan masa lalu. Hal ini berarti kita menjadi orang yang dendam. Bukankah kita sendiri dulunya adalah orang-orang yang banyak kesalahan? Hanya karena belas kasihan Tuhan kita diampuni dosanya oleh Kristus yang mati disalibkan dan bangkit bagi kita. Sebagai orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus, kita tidak boleh jatuh ke dalam dendam dan kebencian.
Kelima, karena itu, fokus kita adalah bertanya soal apakah pasangan calon tersebut, per hari ini, mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugas sebagai pemimpin negara. Salah satunya yang bisa kita lakukan adalah mempelajari rekam jejak pasangan capres/cawapres. Yang disebut rekam jejak adalah apa yang sudah mereka lakukan ketika menduduki jabatan-jabatan sebelumnya. Mari kita mengejar informasi-informasi tersebut. Prestasi mereka yang harus diperhatikan, bukan terutama kesalahan mereka.
Keenam, kita memperhatikan moralitas dari capres/cawapres ketika mempersiapkan diri menjadi calon pemimpin negara. Apakah mereka membangun koalisi bersifat pragmatis, transaksional atau tidak. Hal ini penting, karena kita mengharapkan pemimpin yang mendapatkan jabatan melalui jalan yang benar. Sebagaimana kita mengharapkan juara Piala Dunia 2014 adalah tim yang memainkan sepak bola cantik dan strategis, bukan tim yang bermain curang dan kasar. Apakah pasangan capres/cawapres suka memainkan kampanye hitam, politik uang atau tidak. Hal ini penting.