Keenam, utarakanlah perasaan-perasaan Anda, pergumulan-pergumulan Anda, dan ya, bahkan kegagalan-kegagalan Anda, kepada Tuhan Anda yang penuh pengertian. "Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu" (Mzm. 130:14). Curahkanlah isi hati Anda kepada gembala Anda atau seorang sahabat Kristen yang Anda percayai dan mintalah nasihat serta doa-doanya. Masalah yang dibagi, sering kali merupakan masalah yang berkurang.
Ketujuh, belajarlah untuk hidup dengan beberapa masalah yang tak terselesaikan. Yesus menyuruh kita melakukan ini ketika Ia berkata, "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak" (Yoh. 13:7). [catatan saya: maksudnya mungkin terjadi bahwa murid-murid Tuhan Yesus pun pernah hidup dalam ketidaktahuan atau ketidakmengertian].
Kedelapan, buanglah rasa kasihan pada diri sendiri - "jamur yang menyedihkan itu". Dalam banyak contoh, rasa kasihan pada diri sendiri bersifat merusak. Merasa kasihan pada diri sendiri terus menerus adalah tiket satu arah menuju kesepian. Dalam suatu pengertian, rasa kasihan pada diri sendiri adalah penyangkalan pada tanggung jawab pribadi kita untuk menghadapi kondisi, dan itu menghilangkan kemungkinan untuk sembuh. Jika kita bersikeras memusatkan pikiran-pikiran kita pada diri kita sendiri, itu hanya akan menyiram minyak ke atas api kesepian. Jika, sebaliknya, kita memalingkan pikiran-pikiran kita keluar, dan mula mempedulikan orang lain, kondisi kita dapat dibalik, dan kita akan sanggup menghancurkan cangkang kesendirian kita sendiri.
Kesembilan, bila keadaan-keadaan tidak dapat diubah, terimalah itu semua lebih dari pada melawannya, lalu sesuaikan diri Anda pada keadaan-keadaan itu dan berusahalah untuk menjadikan itu semua indah.
(dari buku "Kemuridan Rohani" [Batam: Gospel Press])