Ia telah sudi menjadi manusia, apa lagi yang Saudara inginkan? Apakah Allah bagi Saudara belum cukup direndahkan? Ia yang tadinya Allah, telah menjadi manusia [Allah sejati yang dilahirkan sebagai manusia. Ia tetap Allah dan sekaligus manusia sejati]. Tempat Ia ditampung, menyesakkan: dibungkus dalam lampin, Ia dibaringkan di dalam palungan. Saudara mendengarnya tadi waktu Injil dibacakan. Siapa yang tidak tercengang mendengarnya?
Yang mengisi dunia tidak mendapat tempat di rumah penginapan. Yang dibaringkan di dalam palungan telah menjadi santapan kita. Hendaklah kedua hewan mendekati palungan, kedua bangsa, sebab "lembu menenal pemiliknya", "keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya" [Kedua bangsa adalah orang beriman baik Yahudi maupun non Yahudi; kutipan berasal dari kitab Yesaya 1].
Pergilah ke palungan dan jangan malu menjadi hewan beban untuk Tuhan. Saudara akan memikul Kristus, Saudara tidak akan sesat di jalan. Jalan itu mengendarai Saudara. Masih ingatkah Saudara keledai yang dibawa kepada Tuhan? Kitalah keledai itu, tak seorang pun perlu malu karenanya. Biarlah Tuhan mengenderai kita dan memanggil kita kemana pun menurut kehendak-Nya. Kita hewan beban-Nya. Selama Dia yang mengendarai kita, kita tidak merasa dibebani, tetapi diringankan. Selama Dia yang menjadi pandu, kita tidak sesat; kita berjalan menuju Dia, oleh Dia; di jalan itu kita tidak akan binasa.
(dari buku "Bagai Terang di Hati" [Jakarta:Gunung Mulia & Kanisius])