Jika rencana-rencana Calvin benar-benar menjadi kenyataan, ia sendiri pasti sudah melakukan banyak diskusi dan percakapan di surga. Dalam suratnya kepada Martin Luther, yang tidak pernah Luther terima, Calvin menuliskan bahwa mereka segera akan bersama di sorga, di mana mereka dapat melanjutkan diskusi mereka dengan tenang. Ia menuliskan hal yang sama kepada Philipp Melanchthon, dengna siapa ia juga ingin melakukan jamuan di sorga, meskipun tidak satupun dari mereka berdua yang suka berpesta.
Namun demikian, Calvin tidak mungkin berada di balik citra kaum Calvinis yang tidak menunjukan emosi pada waktu kematian, yang menguburkan orang-orang yang mereka kasihi tanpa mencucurkan air mata, dan dengan demikian konon bermaksud menunjukan bahwa mereka itu siap menerima apapun yang berasal dari tangan Allah sebagai Bapa. Calvin adalah seorang dengan hati, dengan emosi-emosi, seorang yang tahu betapa hidup dapat menyusahkan dan betapa besar duka yang dapat disebabkan oleh kematian. Ia juga adalah seorang yang tahu bahwa Allah dari Kitab Suci adalah Allah yang ingin menjadi bapa yang murah hati bagi orang berdosa, dan yang membimbing mereka melalui badai kehidupan ke dalam pelabuhan yang aman di mana, bersama dengan semua anak-anakNya, kita akan menikmati jamuan selama-lamanya.
(dari buku "Penghargaan Kepada John Calvin")