Jumat, 26 April 2013

W S LaSor dkk: Teologi Kitab Yoel

Di samping lukisan-lukisan meyolok tentang hari Tuhan dan sifat Allah yang penuh belas kasih, Yoel mengajarkan beberapa hal berharga khususnya bahwa Allah mengendalikan sepenuhnya alam semesta. Bagi Yoel, Allah saja yang menyebabkan tulah belalang itu: mereka adalah pasukanNya (2:11) yang diutus dan ditarik olehNya (2:20). Tiada tempat bagi dualisme yang menganggap bencana-bencana disebabkan oleh kekuatan-kekuatan di luar kuasa Allah dan pantheisme yang menyamakan Allah dengan ciptaanNya. Allah adalah Tuhan atas segala-galanya namun berkarya dalam semuanya.

Bagi orang Ibrani, karya Allah yang menciptakan dan memelihara dunia memberi kesatuan dan arti kepada realitas di sekitar mereka. Alam semesta adalah baik dan penting karena dibentuk oleh tangan Allah dan terus berada oleh kuasaNya.  Walaupun manusia dihunjuk sebagai pengatur ciptaan, ia tidak terpisah dari ciptaan itu. Malah, kedua-duanya menikmati hubungan tertentu karena merupakan makhluk ciptaan Allah. Perbedaan antara binatang dan manusia, benda hidup dan benda mati tidak begitu tajam dalam pemikiran Ibrani, sehingga penyair seperti Yoel dapat menggambarkan keadaan ladang-ladang kering dan binatang-binatang yang kelaparan seolah-olah mereka seperti manusia (1:10, 18-20; 2:21-22).

Hubungan yang erat antara ciptaan terlihat lebih jelas lagi: penghakiman atas dosa manusia merugikan alam, sementara pertobatan dan pemulihan tidak hanya membawa pengampunan tetapi juga kesuburan dan kemakmuran (3:18). Manusia dan ciptaan lainnya begitu erat terkait sehingga apa  yang mengenai yang satu akan mengenai yang lainnya, baik berupa penghakiman maupun berkat (bdk Amos 4:6-10; 9:13-15).

Gambaran yang dilukiskan Yoel tentang masa depan Israel yang penuh harapan berisikan juga unsur tanggung jawab. Pencurahan Roh Allah atas umatNya akan memberi kewajiban yang amat berat dari jabatan kenabian kepada sisa yang diselamatkan itu. Tidak ada yang terkecuali, tua atau muda, budak atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan (2:28-29). Nubuat itu mengharapkan penggenapan harapan Musa yang lama itu: "Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi RohNya hinggap kepada mereka!" (Bil. 11:29). Jadi, Israel harus berjanji untuk melaksanakan perjanjian dengan kepatuhan teguh (Yer. 31:31-34; Yeh. 36:27) dan mewujudkan serta mewartakan kasih Allah (Yes. 61:1).

Dalam mujizat yang terjadi pada hari Pentakosta, dengan ilham Roh, Petrus menemukan pernyataan Allah bahwa apa yang telah dinubuatkan oleh Yoel sedang terjadi dalam jemaat Kristen mula-mula (Kis. 2:17-21). Zaman Mesianik yagn dilihat Yoel, Zefanya dan nabi-nabi lain telah diambang pintu. Jemaat akan melanjutkan pelayanan para nabi dan mengharapkan Israel akan dipulihkan untuk ikut serta dalam pelayanan itu (Rm 11:24). Maka pada saat itu apa yang dipercayai dahulu oleh Yoel akan menjadi kenyataan dan misi Israel dan jemaat Kristen terlaksana.

(dari buku "Pengantar Perjanjian Lama 2")