Jumat, 26 April 2013

W S LaSor dkk: Teologi Kitab Habakuk

KEHIDUPAN UNTUK ORANG YANG SETIA
Allah memperlihatkan kepada Habakuk bahwa penghukuman terhadap Yehuda, walaupun dahsyat namun tidak akan bersifat menyeluruh. Ia menegaskan kembali janji bahwa Ia akan membiarkan sisa umatNya hidup untuk melanjutkan isi keselamatan dan berperan sebagai landasan untuk bangsa yang diperbarui. Keputusasaan Habakuk mengenai nasib orang benar (1:13) menggugah janji Allah bahwa mereka akan bertahan menghadapi hari yang mengerikan itu (2:4). Mereka dapat tetap hidup bila mereka setia, bergantung dan mengandalkan Allah sepenuhnya.

Asas ini menajdi tema untuk ajaran Paulus tentang pembenaran melalui iman. Penafsiran kembali terhadap PL secara drastis dalam terang pertobatannya sendiri membuat Paulus memusatkan perhatiannya pada dua nats, yakni Kej. 15:6 dan Habakuk 2:4. Terjemahan istilah Ibrani 'emuna' ke dalam bahasa Yunani 'pistis' (iman) merupakan penghubung yang sangat berguna antara pandangan Habakuk tentang hidup oleh percayanya dan ajaran Paulus. Apa yang Habakuk lihat sebagai prinsip kerja Allah dalam serbuan pasukan Babel, Paulus - pemahaman yang diilhami Allah - melihatnya sebagai prinsip penyelamatan Allah yang universal. Maka dapat dikatakan, pemberitaan Habakuk menjadi persiapan strategis untuk Injil dalam PB (lihat Rm 1:17; Gal. 3:11; Ibr. 10:38-39).

PEMAHAMAN MELALUI KERAGUAN YANG JUJUR
Seperti yang jelas dari pengalaman Ayub, keraguan yang jujur dapat merupakan sikap keagamaan yang lebih sejati daripada kepercayaan yang dangkal. Seperti Ayub, Habakuk tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaannya untuk melindungi diri sendiri dari tanggung jawab moral ataupun untuk menghindar dari tuntutan Allah atas hidupnya. Ia sungguh-sungguh bingung karena sifat Allah yang tidak dapat diramalkan dalam hidupnya. Ia mengajukan protes justru karnea ia sangat menghormati Allah dan sangat ingin melihat kebenaran Allah dibuktikan, selain kebenarannya sendiri. Pernyataan Allah mengenai diriNya sendiri menghilangkan keraguan nabi dan melahirkan kepercayaan yang lebih murni. Allah memakai pertanyaan-pertanyaan Habakuk sebagai alat anugerah untuk mendekatkan dia pada diriNya.

(dari buku "Pengantar Perjanjian Lama 2")