Markus mengawali Injilnya dengan menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Allah" (1:1), dan ketika dia sampai pada puncak tulisannya, ia mengisahkan bagaimana seorang perwira, ketika menyaksikan kematian Kristus di kayu salib berkata, "Sungguh, Orang ini adalah Anak Allah" (15:39). Jadi "Anak Allah" merupakan gelar yang pertama dan yang terakhir di antara gelar-gelar yang digunakan untuk Yesus dalam Injil Markus ini.
Sebagaimana yang sudah kita lihat dalam pembicaraan kita tentang Paulus, ungkapan tersebut bisa mempunyai arti yang dalam atau dangkal. Ungkapan itu bisa dipakai untuk kaum beriman sebagai anggota-anggota keluarga surgawi, meskipun Markus tidak memakai ungkapan tersebut dalam arti khusus ini (tetapi bdk. 2:5). Si perwira yang menyaksikan penyaliban Yesus mungkin memakai ungkapan tersebut dengan arti semacam itu, tetapi Philip H. Bligh mempunyai alasan yang kuat bahwa yang dimaksud oleh perwira itu adalah "Orang ini, bukan Kaisar, adalah Anak Allah".
Pasti Markus mencatat kata-kata tersebut karena ia melihat maknanya yang lebih mendalam. Istilah tersebut bisa mengacu pada seseorang yang mempunyai hubungan istimewa dengan Allah yang tidak dimiliki oleh orang lain. Tidak perlu diragukan lagi bahwa ketika Markus memakai ungkapan itu untuk Yesus, ia memberikan kepada ungkapan tersebut semua arti yang bisa dikandungnya.
bersambung...
(dari buku "Teologi Perjanjian Baru")