Bahwa Ia berkata: "Sudah selesai" lalu menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Hal itu memperlihatkan kuasa-Nya di tengah kematian-Nya sendiri. Kematian itu bukan tak terelakkan. Ia malah menunda-Nya sampai segala nubuat mengenai diri-Nya menjadi genap (sebab di dalam Mazmur masih dikatakan pula "dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam).
Dengan demikian diperlihatkan-Nya bahwa Ia berkuasa memberikan nyawa-Nya, seperti memang dinyatakannya sendiri. Ia menyerahkan nyawa-Nya dengan kerendahan hati, itulah yang dimaksudkan dengan "menundukkan kepala-Nya", sebagaimana Ia akan menerimanya kembali waktu bangkit dengan kepala tegak.
(dari buku "Bagai Terang di Hati" [Jakarta: Gunung Mulia])