Pada tahun 1759 tatkala musim oratorio dimulai pada bulan Maret, Handel mengumumkan serangkaian pertunjukan yang terdiri dari sepuluh konser. Komponis yang hampir buta ini mendirigeni semua konser itu, yang diakhiri dengan Messiah pada 6 April, tak lama sebelum hari Paskah. Ia membawakan pertunjukan terakhirnya ini hingga selesai tanpa menunjukkan rasa lelah, tetapi ia tahu bahwa waktu yang dimilikinya tidak lama.
Ia memberitahu beberapa temannya bahwa ia mempunyai satu keinginan yang masih tertinggal. "Aku ingin meninggal pada hari Jumat Agung", ujarnya, "dalam pengharapan untuk berbagian bersama Allah, Tuhan dan Juruselamatku yang baik, pada hari kebangkitan-Nya.
...
Tatkala pagi menjelang hari Jumat Agung, Handel mengucapkan selamat jalan kepada teman-temannya, lalu memberitahu pembantunya untuk tidak mengizinkan siapapun masuk karena seperti dikatakannya, "sekarang tugasku sudah selesai dengan dunia ini". Ia meninggal pada hari itu, pada tanggal 14 April 1759, dan dimakamkan di Poets Corner di Westminster Abbey. Bila mengingat GF Handel, dua ayat Kitab Suci terlintas dalam benak saya: "Tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali" (Ams. 24:16) dan "Sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku" (Mikha 7:8).
(dari buku "Karunia Musik". Pada Sabtu, 19 April ini, Aula Simfonia Jakarta akan mengadakan konser Paskah dengan mementaskan karya agung Handel, "Messiah" bagian II dan III dengan conductor Dr. Stephen Tong)