Ketiga, Kitab Suci juga menyebut prinsip ketiga untuk membatasi penggunaan hal-hal duniawi, dan hal ini telah disebutkan ketika kita membicarakan prinsip-prinsip tentang penyangkalan diri. Sebab meskipun semuanya ini diberikan kepada kita karena kebaikan Allah dan ditujukan bagi kebaikan kita, semuanya ini juga mreupakan titipan yang dipercayakan kepada kita, dan yang harus kita pertangungjawabkan suatu hari nanti.
Karena itu kita wajib mengaturnya sedemikian rupa seolah-olah kita terus-menerus mendengar peringatan ini di telinga kita: "berilah pertanggungjawaban atas penatalayananmu".
Keempat, marilah kita juga mengingat siapa yang menuntut pertanggungjawaban ini. Yaitu Dia yang sangat menuntut pengendalian diri, hikmat, sikap hemat, dan kesederhanaan. Yaitu Dia yang membenci pemborosan, kesombongan, sikap pamer, dan penampilan yang sia-sia. Yaitu Dia yang tidak akan menyetujui pengaturan kita atas berkat-berkat-Nya kecuali jika kita didorong oleh kasih. Yaitu Dia yang dengan mulut-Nya sendiri, menegur dengan keras segala kesenangan yang menjauhkan kita dari kesederhanaan dan kemurnian, dan yang menjadikan kita tidak bijaksana dan bodoh (Flp. 4:12; Luk 6:2)
(dari buku "Mutiara Kehidupan Kristen" [Surabaya: Momentum])