Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Allah tidak berubah. Dalam Maleakhi 3:6, Tuhan berkata: "Bahwasannya Aku, TUHAN, tidak berubah". Ayub 23:13: "Tetapi Ia tidak pernah berubah - siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga". Tetapi pada sisi lain, Alkitab juga memerintahkan kita untuk berdoa. Dalam Matius 7:7-11, Tuhan Yesus menegaskan: mintalah, carilah, ketoklah!
Terdapat sejumlah persoalan dalam pertanyaan, "jika Allah tidak berubah, untuk apa harus berdoa". Pertama, motivasi berdoa untuk merubah Allah adalah hal yang tidak benar. Motivasi merubah Tuhan didasarkan pada perasaan diri layak yang bahkan merasa diri lebih tinggi dari Tuhan. Ini adalah kekejian di mata Tuhan. Pada waktu kita datang kepada Presiden, Menteri, Gubernur untuk memohon perkenanannya meresmikan sesuatu, permohonan kepada pejabatpun tidak dilakukan dengan motivasi merubah jadwalnya. Kita dengan rendah hati datang untuk memohon perkenanannya, kalau boleh, dapat meresmikan sesuatu. Apalagi bila kita berdoa kepada Raja di atas segala raja, kita memohon dengan sangat amat merendahkan diri, dengan perasaan diri tidak layak kepada Allah, tanpa motivasi merubah Tuhan, melainkan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
Kedua, di balik pertanyaan di atas, terdapat satu asumsi bahwa doa hanya permintaan saja bagi keperluan kita. Kita sebagai manusia pun akan memandang bersalah keluarga atau sanak famili yang hanya berkunjung ke rumah kita apabila memiliki keperluan. Mengapa tidak pernah berkunjung sebagai keluarga, demi saling mengasihi, demi saling berbagi. Terhadap Tuhan yang telah mencipta dan menebus kita, doa kita tidak boleh hanya permintaan melainkan harus secara limpah yakni terdapat keluh kesah, syukur, pujian, membagikan hati, perasaan, dan berusaha memahami perasaan Tuhan. Doa egois saja sudah dipandang bersalah oleh manusia, apalagi oleh Tuhan.
Ketiga, di belakang pertanyaan di atas, terdapat satu pikiran bahwa permohonan yang diajukan pasti benar dan harus dipenuhi. Banyak permohonan yang sebenarnya gugur sebelum disampaikan karena tidak sertai dengan pertobatan. Misalnya, seorang peminum alkohol, meminta kesembuhan dari penyakit lever tetapi sendirinya tidak bertobat dari dosa tersebut. Banyak permohonan juga yang sebenarnya keliru. Misalnya seorang yang mendoakan orang lain (ini baik), sepenuh hati (ini luar biasa), banyak waktu (ini bagus), tetapi seluruh doanya hanya berfokus pada hal-hal materi, yakni mendoakan agar orang lain mempunyai rumah, memiliki mobil, menambah deposito, tetapi tidak mendoakan agar orang lain bertobat, menerima Kristus, hidup kudus, melayani, menyerahkan diri, dan lainnya.