Yesus tidak bergulat dengan Bapa-Nya yang sedang murka di lantai surga dan merebut cambuk dari tanganNya. Yesus tidak memaksa Allah Bapa untuk berbelas kasihan kepada manusia. KematianNya tidak membuat Allah terpaksa mengampuni manusia berdosa. Tidak, apa yang Yesus lakukan ketika Ia menderita dan mati merupakan ide BapaNya.
Tetapi hal yang paling mengagumkan dari substitusi Kristus bagi orang berdosa adalah bahwa semua ini merupakan rencana Allah sendiri. Kristus bukan tiba-tiba menerobos masuk ke dalam rencana Allah untuk menghukum orang berdosa; Allah telah merencanakan agar Dia ada di dalam rencana itu. Salah satu nabi PL berkata "TUHAN berkehendak meremukan dia dengan kesakitan" (Yes. 53:10).
Hal tersebut menjelaskan paradoks dari Perjanjian Baru. Di satu sisi, penderitaan Kristus merupakan pencurahan murka Allah karena dosa; tetapi di sisi lain, penderitaan Kristus merupakan tindakan penundukkan diri dan ketaatan yang mengagumkan kepada kehendak Bapa. Alkitab tetap berkata bahwa "Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah" (Efe. 5:2).