Hukum Allah menuntut, "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ul. 6:5). Tetapi kita lebih mengasihi hal lain. Inilah dosa: tidak menghormati Allah dengan lebih memilih hal lain daripada diriNya. Kita mendahulukan apa yang paling kita suka, sayangnya yang kita sukai bukanlah Allah.
Oleh sebab itu, dosa bukan perkara kecil, karena dosa bukan melawan pemegang kedaulatan kecil. Seriusnya hinaan meningkat sesuai dignitas pihak yang dihina. Sang Pencipta alam semesta seharusnya berhak mendapatkan hormat dan pujian serta loyalitas yang tak terbatas. Oleh karena itu, kegagalan mengasihi Dia bukanlah perkara sepele - ini adalah pengkhianatan. Kegagalan ini mencoreng nama baik Allah dan menghancurkan kebahagiaan manusia.
Karena Allah itu adil, kejahatan layak dihukum "sebab upah dosa ialah maut" (Rm 6:23). "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati" (Yeh. 18:4). "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat (Gal. 3:10).
Tetapi kasih Allah tidak berhenti karena kutuk yang membayangi manusia yang telah berdosa. Maka Allah mengutus AnakNya yang tunggal untuk menanggung murkaNya dan menanggung kutuk tersebut demi semua manusia yang percaya kepadaNya, "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita" (Gal. 3:13).