Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada kita. Karena itu, marilah kita memberikan yang terbaik kepada Tuhan di dalam menyanyikan lagu-lagu untuk Tuhan dalam ibadah.
Pertama, siapkan hati yang jujur dan sungguh dalam menyanyi. Pada waktu kita datang ke rumah Tuhan, biarlah hati dan pikiran kita terfokus kepada Tuhan dan tidak bercabang hati dalam beribadah.
Kedua, pilihlah lagu-lagu yang kata-katanya dan nada-nadanya adalah yang terbaik. Hal ini sudah saya jelaskan dalam posting sebelumnya.
Ketiga, sebaiknya memahami sejarah penulisan lagu tersebut. Paling sedikit pemimpin pujian/ liturgis/ MC mempelajarinya dan kemudian menjelaskan kepada jemaat sehingga dapat mengerti motivasi, latar belakang mengapa lagu tersebut ditulis. Hal ini dapat membuat kita menyanyi dengan lebih baik.
Keempat, setia kepada teks. Lagu-lagu sudah dipersiapkan dan digumulkan dengan sungguh oleh para komponis sehingga kita bisa pakai untuk Tuhan. Banyak orang tidak berani sembarangan mengganti aksesoris mobil atau motor, misalnya spion, lampu dan sebagainya dengan alasan, pabrik sudah memperhitungkan dengan baik mengapa spion model ini yang dipakai, baik pada segi estetika maupun fungsinya. Demikian pula lagu-lagu hymn. Mari kita setia kepada nada dasar yang digunakan. Kalau nada dasarnya F, ya jangan diturunkan menjadi C. Kalau nadanya 1 3 5 3 5 6 5 3 5 6 6 5, yah kita setia pada teks dan jangan diimprovisasi semau sendiri. Karena itu, sebaiknya pada lembar pujian, nada-nadanya dicantumkan.
Kelima, perlu penyangkalan diri dalam ibadah. Dalam menyanyi, kita perlu menyangkal diri. Kesetiaan kepada teks merupakan salah satu bentuk penyangkalan diri. Orang yang menyanyi semau sendiri adalah orang yang meluapkan perasaannya sehingga ibadah sebenarnya bukan bertujuan menyenangkan Tuhan tetapi menyenangkan diri sendiri. Kalau setiap orang menyanyi dengan cara sendiri maka sebenarnya ibadah sudah berubah menjadi anarkisme yaitu setiap orang melakukan apa yang dia pandang benar. MC menyanyi dengan caranya dan loncat sana sini, masing-masing jemaat juga dengan semau sendiri melampiaskan perasaannya sehingga ibadah tidak beda dengan pasar atau kerusuhan.