Rabu, 08 Januari 2014

Pelajaran Kehidupan Dari Musik Klasik (2)

Ketiga, permainan alat musik atau suara yang dinyanyikan harus memperhitungkan yakni kapan waktu yang tempat untuk memulainya. Setiap suara baik instrumen maupun penyanyi tidak boleh sembarang dibunyikan/ dinyanyikan. Dalam satu komposisi, terkadang pemusik harus menunggu bermenit-menit bahkan berpuluh-puluh menit hanya untuk memainkan beberapa nada saja. Meski demikian, ia harus sabar sampai pada waktu yang tepat supaya tetap harmonis dan indah dan tidak merusak pementasan. Demikian pula hidup kita. Kita harus selalu memperhitungkan kapan waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu misalnya pernikahan, studi lanjut, atau bahkan berkata-kata atau membeli sebuah barang. Hidup yang bijaksana adalah hidup yang memahami kapan waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu. Waktu yang tepat seharusnya tentu adalah waktu Tuhan. Di sinilah keindahan kehidupan seorang Kristen.

Keempat, setia kepada teks. Secara umum komposisi-komposisi yang dibuat menuntut pemusik/ penyanyi untuk setia kepada teks. Ia tidak boleh mengembangkan improvisasi-improvisasi sendiri "semau gue". Pemusik/ penyanyi malah dipersilahkan mencipta komposisi baru yang bahkan dibuat berdasarkan karya dari komponis lain tetapi bukan improvisasi "semau gue" seperti yang dilakukan pada musik rock/ pop. Hal ini menjadi pelajaran bagi orang percaya. Pemusik saja dituntut untuk setia kepada karya komponis apalagi orang percaya, seharusnya setia kepada Alkitab sebagai Firman Allah, dan tidak menafsirkan "semau gue" apalagi hidup "semau gue".

Silahkan menyaksikan pementasan musik klasik di Aula Simfonia Jakarta dan membaca tulisan-tulisan saya mengenai konser-konser musik klasik di blog Musik Klasik Itu Indah