Selasa, 13 Mei 2014

10 Negara Tempat Orang Percaya Teraniaya (1)

[Ada banyak negara di mana orang Kristen dianiaya. Namun demikian, 10 negara ini merupakan peringkat paling atas dimana orang percaya sangat dianiaya. Doakan]
1. Korea Utara
    Selama 12 tahun berturut-turut, Korea Utara menempati peringkat pertama sebagai negara dengan tingkat penganiayaan tertinggi terhadap umat Kristen. Presiden Kim Jong Un dengan Serikat Pekerjanya mutlak memerintah negara ini dengan ketat. Tidak ada siapapun yang boleh atau sanggup menantang atau mempertanyakan segala peraturan yang ditetapkan pemerintah.
    Di Korea Utara, menghormati bahkan menyembah Presiden selayaknya "tuhan" adalah kewajiban seluruh warga negara tanpa terkecuali. Akibatnya, semua agama dilarang termasuk Kekristenan. Segala bentuk pergerakan di luar nuansa Dinasti Kim dianggap mengancam stabilitas negara dan pasti akan segera dimusnahkan.
    Tidak adanya kebebasan beragama dan beribadah di Korea Utara dikarenakan agama dipandang sebagai ancaman luar yang dapat melenyapkan keaslian budaya bangsaOleh karena itu, dalamSongbun (strata sosial di Korea Utara), setiap pengikut Kristus akan dianggap sebagai musuh negara. Siapapun yang ketahuan menjadi pengikut Kristus, atau bila ada yang melarikan diri ke China, atau berupaya menyelundupkan Alkitab dan buku Kristen lainnya, akan dihukum bahkan eksekusi mati dapat dijalankan tanpa ampun.
    2. Somalia
    Somalia bergeser naik ke peringkat kedua tahun ini dari peringkat kelima dalam WWL 2013 lalu. Sebagian besar umat Kristen di Somalia adalah para petobat baru dari latar belakang M, yang biasa kami panggil dengan sebutan kaum SALAM, ditambah segelintir populasi dari para relawan kemanusiaan yang bertugas di sana. Kelompok ekstrimis memang masih menjadi sumber utama penganiayaan terhadap umat Kristen di Somalia, tetapi selain itu, konflik antarsuku dan korupsi terorganisir yang dilakukan oleh para pemimpin dan penguasa negara juga mewarnai dinamika penganiayaan di sana. Tim Open Doors yang melakukan pengamatan di Somalia mengatakan, persoalan ekstrimisme dan korupsi terorganisir adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan saling terkait.
    Somalia adalah sebuah negara dengan mayoritas penduduk beragama M. Para pemuka agama dan pemerintah yang berkuasa atas negara ini telah menyatakan tidak akan membuka kesempatan sekecil apapun bagi Kekristenan untuk dapat bernafas di Somalia. Terkait sikap dan pernyataan ini, kelompok teroris militan Al-Shabaab memanfaatkannya untuk menyerang umat Kristen, terutama para petobat baru yang datang dari latar belakang SALAM, di berbagai wilayah di Somalia. Tidak hanya itu, pernyataan pemerintah yang menolak Kekristenan juga berdampak pada eksistensi sejumlah organisasi asing (Barat) dengan misi kemanusiaan yang mulai diusir keluar dari wilayah Somalia karena dianggap sebagai antek-antek Kristen. 
    3. Suriah
    Untuk pertama kalinya dalam sejarah World Watch List, Suriah masuk ke dalam jajaran sepuluh teratas. Pada awal meletusnya perang saudara di Suriah, rasa takut akan penguasa yang otoriter menjadi "wajah" penganiayaan umat Kristen, tetapi kini telah terjadi pergeseran dalam hal ini. Kelompok ekstrimis kini telah menjadi sumber penganiayaan terhadap umat Kristen di Suriah. Hampir separuh dari para pemberontak Suriah datang dari latar belakang kelompok ekstrimis garis keras.
    Pengaruh kelompok fanatik yang semakin kuat dalam partai oposisi Suriah menyebabkan umat Kristen menjadi target kekerasan, bahkan kini mereka juga kian gencar melancarkan upaya "penghijauan" di Suriah. Umat Kristen menghadapi penganiayaan karena iman pada Kristus dalam segala aspek kehidupan. Koresponden Open Doors di lapangan melaporkan, hampir setiap hari ada orang percaya yang disekap, dianiaya secara fisik, bahkan dibunuh.
    Selama perang saudara yang masih bergejolak ini, banyak gereja yang sengaja dirusak atau dihancurkan, salah satu contohnya adalah peristiwa 21 Oktober 2013, ketika Kota Sadad dengan populasi 15.000 jiwa diserbu oleh salah satu kelompok militan. Sebanyak 14 gereja di Kota Sadad hancur akibat serangan, 45 orang Kristen menjadi martir, 30 orang mengalami luka-luka, sementara 10 orang lainnya hingga kini masih dilaporkan hilang. Kerusakan infrastruktur yang dialami kota tersebut diperkirakan mencapai 65 persen.
    4. Irak
    Situasi berbahaya bagi umat Kristen yang terjadi di wilayah tengah dan selatan Irak sejak tahun lalu belum menunjukkan perubahan positif di awal tahun 2014 ini. Sumber penganiayaan terhadap umat Kristen di Irak masih sama yaitu kelompok ekstremis. Kini, semakin banyak kelompok militan yang menginginkan pembersihan agama non-M agar dapat segera memproklamirkan Irak sebagai negara M murni. Gereja-gereja tradisional (seperti Gereja Ortodoks Asyiria, Gereja Katolik Kasdim/Suriah, Gereja Armenia), gereja-gereja pekabaran Injil di wilayah Nineveh, Bagdad dan Basra, serta umat Kristen dari latar belakang M, semuanya sama-sama menerima penganiayaan karena menjadi saksi Kristus. Umat Kristen di Irak menerima perlakuan diskriminasi dari pemerintah, tokoh agama, dan berbagai kelompok fanatik.
    Hukum Syariah yang mengatur pelarangan pindah agama tentu saja menyulitkan umat Kristen dari latar belakang M dalam mengubah status kepercayaan pada kartu identitas mereka. Sebagai kelompok minoritas, umat Kristen juga menjadi sasaran empuk para penculik, yang dibuktikan dari meningkatnya jumlah laporan serangan dan ancaman terhadap umat Kristen selama tahun 2013 lalu. Nara sumber kami di Kota Mosul melaporkan, setiap dua atau tiga hari sekali ada saja orang Kristen yang dibunuh, diculik, atau dilecehkan.
    5. Afghanistan
    Sumber utama penganiayaan terhadap umat Kristen di Afghanistan adalah kelompok ekstremis, sementara dalam berbagai hal, konflik antarsuku dan korupsi terorganisir juga menjadi pemicu penganiayaan di sana. Semua orang Kristen Afghanistan berasal dari latar belakang M, dan jika tahuan murtad maka tekanan berat dari pihak keluarga dan masyarakat akan segera mereka terimaPara pemuka agama ditengarai menjadi penghasut dalam masyarakat, sementarapemerintah setempat seringkali terlibat dalam penganiayaan terhadap umat Kristen. Setiap individu harus menjunjung tinggi nilai luhurkeluarga, desa, sukudan bangsanya sendiri. Oleh karenanya, jikaada seseorang yang berani berpaling dari sukunya dan dari nilai-nilai kuno demi hal-hal yang dianggap baru atau asing, maka ia akan dicap pengkhianat dan dikeluarkan dari kelompok masyarakat. Kekristenanmasih dianggap sebagai agama Barat yang merupakan musuh besar bagi budaya masyarakat Afghanistan.
    Sama sekali tidak ada bangunan gereja di Afghanistan, bahkan untukkaum ekspatriat sekalipun, sehingga ibadah dan persekutuan orang percaya dilakukan secara sembunyi-sembunyiSemua orang percaya harus merahasiakan identitas keimanannya dan selalu berhati-hatiatas setiap perkataan dan kepada siapa mereka berbicara. Afghanistan adalah sebuah negara yang sangat menekan Kekristenan, dan penarikan pasukan internasional pada tahun 2014ini dikhawatirkan akan memberi persoalan baru bagi negara dalam menghadapi ancaman kelompok ekstrimis Taliban yang berusaha mengambil alih kekuasaan.