Tanpa kekudusan-Nya, Allah direduksi menjadi Allah yang baik hati, bersahabat dan menyenangkan, mudah didekati, dan tidak berbahaya, tetapi dengan semua sifat-Nya yang menyenangkan dan ramah itu, Ia tidak sanggup menangani kejahatan di dalam dunia. Sebaliknya, perspektif Alkitab adalah kesabaran Allah dan sikap Allah yang berpanjang sabar suatu hari nanti akan berakhir. Akan tiba waktu-Nya ketika Ia bertindak menghakimi karena kekudusan-Nya. Dan ketika Ia melakukannya, Ia akan mendudukan kebenaran selamanya di atas tahta dan kejahatan selamanya di atas tiang gantungan. Semua yang telah menghancurkan dan mencemari kehidupan pada akhirnya dan sudah pasti akan digulingkan.
Doktrin tentang penghakiman Allah ini tidak seharusnya membuat gereja malu. Ini bukan semata-mata suatu doktrin yang negatif. Ini adalah suatu doktrin yang positif.
Di dalam doktrin inilah terkandung pengharapan gereja. Sebab di dalam dunia ini kejahatan sering kali menang, sering kali dibiarkan tanpa dihukum, dan apa yang baik serta benar seringkali ditolak atau bahkan diberi sanksi. Meskipun begitu, hal ini hanya berlaku untuk masa sementara ini. Pada akhirnya, kejahatan itu dihakimi, dunia dibersihkan dan gereja pada akhirnya ditebus. Itulah sebabnya orang-orang Kristen memiliki pengharapan.
(dari buku "Keberanian Menjadi Protestan" [Surabaya: Momentum])