Masalah lain dari doktrin Pentakosta adalah pengertian yang tidak tepat berkenaan dengan Pentakosta. Peristiwa Pentakosta menandai peristiwa transisi di dalam sejarah Perjanjian Baru. Di Perjanjian Lama, hanya orang-orang percaya tertentu saja yang diberi kuasa oleh Allah dengan karunia untuk melayani (lihat Bilangan 11). Pola seperti itu berubah pada peristiwa Pentakosta. Pada peristiwa Pentakosta, semua orang percaya yang hadir (semua orang Yahudi) menerima baptisan. Demikian pula, setelah hari Pentakosta, orang Samaria yang bertobat (Kis. 8), orang percaya di rumah Kornelius (Kis. 10) dan murid-murid Yohanes yakni orang-orang non Yahudi yang tinggal di Efesus (Kis. 19) semua menerima baptisan dari Roh Kudus.
Orang-orang percaya pada abad pertama tidak menduga bahwa orang Samaria, orang-orang yang takut akan Tuhan dan murid-murid non Yahudi dari Yohanes dapat menjadi orang Kristen. Oleh karena itu, baptisan oleh Roh Kudus berfungsi sebagai konfirmasi keanggotaan mereka di dalam gereja. Sejak setiap kelompok ini mengalami baptisan dari Roh Kudus dengan cara yang sama seperti yang dialami oleh orang Yahudi pada hari Pentakosta, maka pencakupan mereka di dalam gereja tidak dapat disangkali. Petrus mengalami sendiri, yaitu pada waktu Petrus melihat Roh Kudus datang pada orang-orang Yahudi yang takut kepada Allah di rumah Kornelius, dia kemudian menyimpulkan bahwa tidak ada yang menghalangi mereka untuk menjadi anggota gereja secara penuh. Petrus berkata, "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?" (Kis. 10:47).
Peristiwa pembaptisan oleh Roh Kudus setelah hari Pentakosta harus dimengerti sebagai perluasan dari Pentakosta, di mana semua anggota tubuh Kristus diperlengkapi dengan karunia untuk melayani. Dalam gereja di Perjanjian Baru, tidak semua orang percaya berbahasa lidah, tetapi setiap orang Kristen diberi karunia Roh Kudus. Nubuat Yoel telah digenapi (Kis. 2:16-21).
[Kesimpulan]:
Pertama, baptisan Roh Kudus merupakan suatu karya khusus di mana Roh Kudus mengaruniakan kepada orang-orang percaya karunia untuk melayani.
Kedua, dalam Kisah Para Rasul, Roh Kudus dicurahkan pada empat kelompok: Yahudi, Samaria, orang-orang yang takut akan Allah, dan non Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka semua termasuk di dalam gereja ikatan Perjanjian Baru.
Ketiga, Pentakosta menggenapi nubuat Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa Roh Kudus akan dicurahkan pada semua orang percaya dan tidak hanya terbatas pada sebagian orang saja.
(dari buku "Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen" [Malang: SAAT]).