Bertahun-tahun silam, seseorang pernah berkata, "Hikmat yang lebih kecil dari hikmat Allah akan terdorong untuk menghalangi, mengelak, atau melawan pekerjaan yang lebih baik dari rencana yang [seolah-olah dianggap sangat] kejam ini. Ini merupakan fakta bahwa umat Allah acap kali berusaha melakukan hal ini sendiri, atau berseru tak henti-hentinya kepada Tuhan bahwa Dia boleh melakukan hal itu. Dengan demikian, doa-doa kerap tampak tak terjawab. Karena kita diatur oleh hikmat yang sempurna, hikmat yang dapat menggapai apa yang [direncanakan] dengan cara menguasai segala sesuatu dan manusia yang diizinkan untuk mengalami hal yang buruk itu dan menjadikan mereka bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan".
Kemudian, hikmat Allah yang tidak terbatas diperlihatkan lewat kebaikan yang muncul dari hal-hal jahat yang terjadi, keindahan yang muncul dari keburukan yang terjadi. Hikmat-Nya ditunjukkan dengan mengubah semua kekuatan yang jahat yang menimpa anak-anak-Nya menjadi kebaikan bagi mereka. Akan tetapi, kebaikan yang dibawa-Nya kerap kali berbeda dengan kebaikan yang kita bayangkan.
(dari buku "Apakah Allah Benar-Benar Memegang Kendali?" [Bandung: Pionir Jaya])